Sabtu, 21 Mei 2011

Hari Sabtu 9 April 2011

Menegur Dengan Kasih
Imamat 19 : 17
Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia 
Berbicara merupakan salah satu aktivitas setiap manusia normal. Tentu saja, berbicara bukan asal-asal saja, karena berbicara memiliki maksud tertentu. Bahkan, ada juga berbicara sebagai basa basi belaka, sehingga membutuhkan kesanggupan interpretasi dan ketajaman pribadi untuk memahaminya. Dalam hal ini berbicara tidak lagi mengambarkan keadaan apa adanya, melainkan sesuatu yang harus ditafsirkan!
Perenungan ini mengajak kita untuk berbicara secara jujur, apa adanya. Rasul Paulus sungguh risau ketika ia mengatakan ‘16 Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu? (Galatia 4:16)’. Kejujuran orang beriman dalam berbicara diteladankan juga oleh Tuhan Yesus.
Bila menegur itu juga adalah kasih, karena Yesus sendiri yang mengajarkan. menegur ada caranya dan tahapannya, yaitu secara pribadi (empat mata), dengan dua atau tiga orang, dan terakhir dihadapkan kepada jemaat (paroki). Bila kita mendapati saudara/i yang berdosa/bersalah (baca: melawan cinta kasih) maka seyogyanya kita menegornya dengan kasih (baca: mengembalikan kasih yang dilawan tersebut). Namun seringkali kita lebih suka mendiamkan/acuh tak acuh /sungkan untuk menegur jika saudara/i kita bersalah/berdosa dengan alasan takut menyinggung perasaan mereka, takut melukai hati mereka atau membuat mereka marah dsb. Atau sebaliknya, kita malah menggosippin saudara/i kita yang bersalah/berdosa itu atau menghakimi mereka dihadapan umum yang membuat mereka malu tanpa melalui tahap demi tahap.
Yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah; bagaimana kita harus menegur? Pertama-tama berusahalah kita hidup dalam kebenaran cinta kasih Allah, dan dengan semangat cinta kasih yang didahului doa barulah kita "siap" menegur seseorang. Bilamana kita mengasihi seseorang maka kita pun tidak akan segan menegur seseorang yang kita tahu ia bersalah/berdosa. Kita juga harus meminta Hikmat Allah dalam menegur, jangan berdasar emosional atau secara subyektif semata, namun yang terpenting, kita menegur karena kita mengasihi dia.Bila kita mengawali dengan kasih, maka kita juga akan mengakhiri dengan kasih. 

Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...