Yesus Memimpin Iman Kita
Ibrani 12 : 2
Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah
Iman berhubungan dengan dunia yang tidak tampak. Anda mungkin tidak sanggup melihat hal positif sedang terjadi dalam kehidupan dengan mata jasmani anda. Anda mungkin sedang mempunyai banyak masalah, sedangkan dunia tempat anda tinggal tidak menampakkan perubahan yang berarti. Tetapi jangan putus asa. Lihatlah ke dalam dunia supernatural itu, dan melalui mata iman anda, lihatlah keadaan itu berubah. Lihatlah sukacita dan damai sejahtera anda dikembalikan.
Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan persembahan ini harus diwujudkan ke dalam perilaku atau tindakan konkret. Orang yang menderita sakit, entah sakit hati, jiwa, akal budi atau phisik, yang juga berarti kurang beriman, jika menghendaki penyembuhan atau keselamatan harus mengutuhkan imannya kembali. Memang ada berbagai pihak yang terlibat dalam proses penyembuhan dan semuanya harus sungguh beriman.
Yang membuat sakit dan menderita adalah dosa-dosa baik yang kita lakukan sendiri maupun yang dilakukan oleh orang lain atau sesama kita. Kita dipanggil untuk meneladan Yesus dalam hidup beriman dengan ‘mengabaikan kehinaan tekun memikul salib’. Kita tidak perlu malu untuk senantiasa setia pada ‘salib’ atau diketahui bahwa kita adalah murid-murid Yesus Kristus. Pengalaman telah membuktikan bahwa cukup banyak orang yang ‘tekun memikul salib’ alias dikenal kekristenan atau kekatolikannya baik secara formal maupun kenyataan hidup sehari-hari dalam penghayatan iman, tetah mengalami ‘hinaan’ tersebut antara lain senantiasa menjadi sorotan mata atau tidak mungkin menduduki jabatan-jabatan terhormat di kantor/di dunia ini. Syukur dan terima kasih kepada mereka yang bertahan dalam ‘hinaan’ tersebut. Lebih baik tetap dalam ‘hinaan’ namun selamat, damai dan sejahtera, daripada menjadi ‘pejabat terhormat’ senantiasa merasa diri terancam karena tidak bermoral dengan dan melalui aneka macam bentuk korupsi yang telah dilakukannya. Jalan keselamatan, damai dan kesejahteraan adalah jalan salib; kesalamatan, damai dan kesejahteraan ada pada “Yang Tersalib”., dimana Ia mempersembahkan Diri secara total kepada Allah dan dunia/manusia.