Senin, 14 Februari 2011

Renungan Hari Jumat, 31 Desember 2010


Meneguhkan Perjanjian
                              Ulangan 8 : 11 – 18 
Allah tidak pernah memiliki tujuan untuk mencelakakan anak yang sedang Dia didik. Tujuan Allah selalu untuk men­datangkan kebaikan bagi anak-anak-Nya. Allah selalu setia pada tujuan-Nya, termasuk saat Dia memberikan ujian dan hukuman. Hal ini terlihat jelas dari cara Allah mendidik bangsa Israel. Saat Musa mena-sehati bangsa Israel untuk menaati perintah Allah (8:1), saat Allah membi­arkan bangsa Israel merasa lapar di padang gurun (8:2-3), bahkan saat Allah memberikan ancaman hukuman bila mereka tidak taat (8:19), Allah tetap setia pada tujuan-Nya dalam mendidik, yaitu membuat bangsa Israel men­jadi lebih baik.
            Sangatlah mudah bagi umat Israel melupakan kebaikan dan anugerah TUHAN, ketika kelak sesudah masuk ke tanah Kanaan. Bukankah penaklukan suatu daerah itu menunjukkan keperkasaan atau kehebatan mereka? Umat Israel perlu diingatkan bahwa penaklukyang sesungguhnya adalah TUHAN, bukan Israel (ayat 11). Inilah yang coba diingatkan oleh Musa, bahwa TUHAN lah yang telah menetapkan seluruh perjalanan Israel. Selama empat puluh tahun di padang gurun, lsrael menghadapi banyak kesulitan, tetapi TUHAN tidak pernah meninggalkan mereka dan mereka juga tidak pernah kekurangan. Israel dipelihara oleh TUHAN secara ajaib (ayat 3-4). Bahkan TUHAN mengaruniakan suatu negeri—Kanaan—yang berlimpah susu dan madu. Musa mengingatkan dengan berkata,"Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepadaTUHAN Allahmu sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini." (Ul. 8:17-18). Marilah dengan pemahaman yang sama kita melihat keberadaan hidup kita hari ini. Hidup kita adalah anugerah Tuhan. Tuhan Yesus yang telah menyelamatkan kita, di dalam berkat dan anugerah-Nya yang berlimpah-limpah kita dipelihara-Nya hari lepas hari. Janganlah sekali-kali melupakan Tuhan, sebaliknya dengan taat dan setia mengiringi Dia seumur hidup kita. Di dalam ketaatan, lakukanlah segenap perintah-Nya dengan setia, maka berkat dan anugerah-Nya akan turun atas kita sekalian.
Jadi, tujuan Allah dalam mendidik anak-anak-Nya sangat jelas. Allah memberikan perintah bukan semata-mata untuk menunjukkan otoritas dan kekuasaan-Nya. Allah mendidik dengan keras dan disiplin, tetapi bukan di dasarkan pada kebencian. Allah memberikan penghukuman, tetapi tidak dengan maksud untuk menghancurkan kita. Allah mengaruniakan berkat, tetapi bukan untuk membuat kita terlena. Allah selalu setia pada tujuan-Nya, yaitu agar manusia memiliki kehidupan yang baik. Semuanya itu Allah lakukan semata-mata karena Ia mengasihi anak-anak-Nya.

Renungan Hari Kamis, 30 Desember 2010


Pertolongan Tuhan
Mazmur 124 : 8
Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi
Apabila kita lihat dari sejak masa penciptaan bumi dan isinya, pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan perlindungan Tuhan yang sempurna selama di padang gurun sampai menuju tanah perjanjian bahkan sampai masa sekarang, Tuhan kita telah menunjukkan kuasa, kemuliaan dan penyertaan-Nya yang sempurna terhadap umat pilihan-Nya. Tuhan kita adalah Tuhan yang bertanggung jawab atas penyertaan dan perlindungan-Nya yang tidak pernah berkesudahan bagi anak-anak-Nya. Seperti apa yang dialami Daud pada masa kesesakan, (Maz. 91:2) yang berkata bahwa hanya pada Tuhan sajalah tempat perlindungan yang sempurna, hanya Allah sajalah yang dapat dipercayai.
Tuhan tidak pernah meninggalkan orang orang yang dikasihiNya. dan juga disini kita melihat bahwa pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat. bayangkan saja kalau terlambat pertolongan Tuhan sudah pasti 3 orang ini telah hangus terbakar seperti yang terjadi kepada yang membawa mereka masuk ke dapur api. point yang perlu direnungkan adalah kiranya hati kita tetap kepada Tuhan apapun yang terjadi. jangan biarkan tekanan, himpitan membuat kita lupa atau meninggalkan Tuhan .
Apapun,  dan siapapun di dunia ini tidak akan dapat memberikan perlindungan yang sempurna seperti Allah kita. Jadi janganlah takut dan kuatir, serahkan hidup kita kepada-Nya dan percayalah hanya di dalam Allah saja kita menjadi kuat.

Renungan Hari Rabu, 29 Desember 2010


Tak Bercacat
1 Tessalonika 5 : 23
Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita
Sebagai orang percaya kita harus berjaga-jaga sambil tetap melaksanakan semua tanggung jawab kita. Terhadap para pemimpin rohani, kita harus menghormati dan menaati (5:12-13). Terhadap saudara seiman, kita harus menegur mereka yang hidup tidak tertib, menghibur yang tawar hati, membela yang lemah, dan sabar terhadap semua orang (5:14). Terhadap semua orang, kita harus mengusahakan hal-hal yang baik dan tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan (5:15). Kedua, berjaga-jaga berarti bahwa kita tetap harus menjalankan ibadah secara wajar. Mengingat bahwa menguji nubuat (5:20-21) dan “cium kudus” (5:26) hanya dilakukan saat ibadah umum, dan semua kata kerja dalam 5:16-22 (dalam bahasa asli Perjanjian Baru) berbentuk jamak, maka jelas bahwa bersukacita senantiasa (5:16), tetap berdoa (5:17), dan mengucap syukur dalam segala hal juga berkaitan dengan ibadah.
Banyaknya bencana alam, berkembangnya berbagai ajaran sesat, dan kemerosotan moral yang luar biasa pada zaman ini telah mengingatkan orang-orang Kristen bahwa Tuhan Yesus akan segera datang kembali. Oleh karena ini, tidak mengherankan bila khotbah tentang akhir zaman merupakan salah satu topik yang paling diminati saat ini. Mengingat bahwa ajaran tentang akhir zaman sering menyesatkan, kita perlu selalu mengingat patokan bahwa penantian kedatangan Tuhan Yesus tidak boleh membuat kita melalaikan tanggung jawab atau melalaikan ibadah!
Kristus sudah menjadi Imam Besar dan Korban Penebusan Dosa bagi kita. Apa yang Ia perbuat sudah cukup bagi keselamatan kita yang percaya kepada-Nya. Namun, kita harus menyadari bahwa kita sekarang adalah "imamat yang rajani" (1 Petrus 2:9) yang mendapat hak istimewa untuk menghampiri takhta kasih karunia Allah, baik melalui doa maupun dengan memberikan persembahan. Seberapa dalamkah kita menghargai hak istimewa itu sebagai penghormatan kita terhadap kekudusan Tuhan? Ingatlah bahwa kesempurnaan yang dituntut Allah bukanlah kesempurnaan fisik, melainkan kesempurnaan moralitas dan sikap hati kepada Tuhan. Moralitas dan sikap hati kita kepada Tuhan menentukan penilaian Tuhan atas pelayanan dan persembahan kita. Melalui pembacaan kitab Imamat ini, marilah kita bercermin kepada kekudusan Tuhan yang tidak bisa kita sepelekan.


Renungan Hari Selasa, 28 Desember 2010


Berserah Kepada Tuhan
Mazmur 37 : 5
 Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak
Setiap tindakan Tuhan selalu sesuai dengan rencana-Nya. Dalam kedaulatan-Nya, Tuhan selalu ingin melibatkan manusia di dalam rencana-Nya. Demon­strasi kuasa Tuhan terhadap Firaun dan semua bangsa melalui tulah-tulah di negeri Mesir menyatakan bahwa Tuhan mampu bertindak sendiri tanpa campur tangan pihak mana pun. Dialah Tuhan yang mengutus, sekaligus Tu­han yang bertindak. Di dalam kebijaksanaan-Nya yang tidak terbatas, sering­kali tindakan Tuhan sangat sulit untuk dimengerti oleh pikiran manusia yang sangat terbatas. Sekalipun demikian, dari sisi mana pun manusia melihat , tindakan Tuhan selalu sesuai dengan rencana-Nya.
Di Jerman pada saat perang dunia II meletus dan kota Jerman dibom oleh sekutu, sebuah patung Yesus porak-poranda. Ketika perang dunia II selesai maka dilakukan upaya untuk merenovasi patung itu. Semua bagian tubuh dapat diperbaiki kecuali pada bagian tangannya. Oleh sebab itu, pada saat peresmian patung ini dan ketika kain penutup dibuka patung itu tidak bertangan. Tetapi justru di patung itu terdapat tulisan “Aku tidak memiliki tangan, kamulah tangan-tanganKu.” Saudara, kita dipanggil Tuhan menjadi tangan-tanganNya untuk menolong mereka yang dalam kesesakan, mereka yang dalam ketertekanan jiwa/depresi. Sehingga mereka kembali menemukan keceriaan dalam hidup. Berharap kepada Allah. Berharap berarti percaya penuh kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Manusia amat rindu akan kebahagiaan. Karena itu banyak orang yang lari kepada peramal-peramal atau paranormal untuk sekedar melupakan tekanan jiwanya. Konon di Jepang. Ada yang namanya pohon nasib. Anda dapat mengambil kertas yang digantungkan di pohon itu dan anda dapat membaca nasib anda dalam kertas yang diambil itu. Apabila baik dan sesuai dengan harapan anda maka anda boleh membawanya pulang. Kalau tidak baik anda dapat menggantungkannya kembali pada tempatnya semula. Sebagai  umat Allah kita harusnya jangan mencari jalan keluar seperti itu. Jalan keluar yang disediakan Allah ialah berharaplah kepada Allah. Dalam Mazmur 37: 5 dikatakan, “serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya, dan Ia akan bertindak.”  Allah tidak berdusta dengan apa yang telah dikatakanNya, maka Ia akan menepatinya dan akan menolong kita apabila kita sungguh-sungguh berharap kepadaNya.
Jikalau kita tahu bahwa Tuhan Allah sendiri yang bertindak saat Ia men­gutus kita untuk melaksanakan rencana mulia-Nya, kita tidak perlu merasa kuatir dan berbantah-bantahan dengan Dia. Apakah Tuhan tidak bisa ber­buat apa pun tanpa kita? Sebenarnya, Tuhan memanggil dan melibatkan kita dalam pekerjaan-Nya bukan karena kemampuan kita, karena Dia send­irilah yang akan bertindak. Melaksanakan perintah Tuhan akan membentuk karakter kita sehingga kita menjadi semakin serupa dengan Dia. Ingatlah bahwa bagi Tuhan Allah, perubahan karakter kita lebih penting daripada apa yang bisa kita hasilkan bagi Allah.

Renungan Hari Senin, 27 Desember 2010


Menerima Kuasa Tuhan
Yohanes 1 : 12
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya
Sering orang percaya bertanya; Bagaimana untuk menjadi anak-anak Allah? Firman Allah mengatakan dalam Alkitab bahwa diri kita ini terdiri dari roh , jiwa dan tubuh. Kalau kita mati kelak, maka tubuh kita akan kembali menjadi debu tanah, sedangkan roh dan jiwa kita tetap hidup. Yaitu apakah hidup kekal di sorga atau dalam penghukuman kekal di neraka. Setelah kita bertobat dan percaya kepada TUHAN Yesus Kristus, maka : Roh kita ini perlu dilahirkan kembali, supaya kita dapat melihat Kerajaan Allah ( Yohanes 3 : 3-8 ). Yaitu roh kita perlu dilahirkan kembali dari air dan Roh Kudus, artinya dibaptis dalam nama Yesus Kristus dan mengundang Roh Kudus yaitu Roh TUHAN Yesus Kristus sebagai TUHAN, Allah dan Juruselamat hidup dan hati kita. Maka TUHAN akan ada didalam hati kita dan roh kita ada didalam TUHAN.  Setelah roh kita lahir kembali, kita perlu makan makanan rohani supaya roh kita tumbuh dan menjadi dewasa. Alkitab mengatakan bahwa TUHAN Yesus Kristus adalah roti hidup yang turun dari sorga, yaitu makanan untuk roh kita. Firman Allah juga mengatakan bahwa manusia tidak hidup dari roti saja yaitu makanan jasmani, tetapi dari setiap perkataan firman Allah. ( Matius 4 : 4 ). Artinya kita perlu baca firman Allah dalam Alkitab setiap hari dan melakukannya.  Kemudian roh kita semakin bertumbuh menjadi dewasa, maka kita perlu mengenal TUHAN Yesus Kristus lebih dalam lagi setiap hari. Bagaimana caranya supaya berhasil dalam pengenalan akan TUHAN Yesus Kristus ? ( baca 2 Petrus 1: 5 - 8 ).  Setelah kita semakin mengenal Dia , maka kitapun wajib hidup seperti TUHAN Yesus Kristus telah hidup yaitu hidup Anak Tunggal Allah sebagai contoh bagi kita. ( 1 Yohanes 2: 5- 6 ). Kemudian selanjutnya kita perlu menjadi kudus dan sempurna seperti TUHAN Allah Bapa kita sempurna dan kudus adanya.( Matius 5 : 48 dan Imamat 19: 2 ). Seandainya kalau kita ini adalah anak kucing, artinya kita adalah kucing yang masih kecil yang belum matang / belum dewasa ; kalau kita ini adalah anak manusia, artinya kita adalah manusia yang masih kecil,belum matang /belum dewasa / belum pengalaman ; kalau kita ini adalah anak Allah, artinya kita adalah allah yang masih kecil ,belum matang/belum dewasa/belum kudus dan sempurna. Kalau kita terus berusaha sungguh-sungguh melakukan semuanya ini dalam hidup kita, maka kita akan menjadi anak-anak Allah dan diberikan hak penuh untuk memasuki dan hidup kekal di sorga yaitu Kerajaan kekal / Kerajaan Allah TUHAN dan Juruselamat kita Yesus Kristus.

Renungan Hari Minggu, 26 Desember 2010 (Natal II)


Rencana Allah Pasti
Matius 2 : 13 – 18

Kedatangan orang-orang Majus ke Yerusalem untuk mencari raja orang Yahudi yang baru dilahirkan telah mengejutkan hati raja Herodes Agung yang berkuasa atas wilayah Palestina saat itu. Memang Herodes Agung yang bukan keturunan orang Yahudi tetapi bangsa Edom ini terkenal sebagai orang yang terus menerus merasa tidak aman dengan kedudukannya sebagai seorang raja. Bahkan ia pernah memerintahkan pembunuhan atas beberapa orang anaknya dan istrinya sendiri agar mereka tidak merebut kedudukannya. Karena itu berita kelahiran Mesias membuat dirinya ingin membunuh Yesus. Untuk itu ia berpesan kepada orang-orang Majus agar memberitahukan kepadanya tentang tempat dimana Yesus berada. Namun seperti yang dicatat di dalam Matius 2:12 Tuhan menyuruh orang-orang Majus tersebut pulang ke negerinya, sesudah mereka berjumpa dengan Yesus, dengan tanpa kembali lagi menemui Herodes. Sesudah itu Tuhan melalui malaikat-Nya memerintah Yusuf agar membawa Yesus dan Maria mengungsi ke Mesir. Di dalam Matius 2:14 dicatat malam itu juga Yusuf membawa Maria dan Yesus menyingkir ke Mesir. Pada masa itu memang cukup banyak orang Yahudi yang tinggal di wilayah perbatasan Mesir yang terletak sekitar 110 kilometer dari Betlehem. Selain itu penduduk setempat juga bersikap bersahabat terhadap orang Yahudi. Sehingga tentu tidak terlalu sukar bagi Yusuf dan Maria untuk mendapatkan tempat di antara masyarakat di sana.
Baru sesudah raja Herodes wafat mereka meninggalkan Mesir dan kembali ke tanah Israel. Hal ini mengingatkan Matius akan firman Tuhan di dalam Hosea 11:1, yang berbunyi: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.” Memang konteks di dalam Hosea 11 tersebut bukan nubuatan tentang Mesias, namun Matius melihat adanya kesejajaran antara pengalaman historis bangsa Israel yang dipanggil keluar dari Mesir dengan pengalaman historis Yesus yang juga dipanggil keluar dari Mesir.  Dengan menyejajarkan kedua peristiwa ini Matius menunjukkan sebagaimana Tuhan bekerja di dalam sejarah Israel untuk menggenapi rencana-Nya, demikian juga Ia bekerja melalui kehidupan Sang Mesias untuk menggenapi rencana penyelamatan-Nya.
Peristiwa ini mengingatkan Matius kepada firman Tuhan di dalam Yeremia 31:15, yaitu: "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi." Nubuatan Yerimia ini adalah mengenai keadaan rakyat Yehuda yang harus berjalan menuju ke pembuangan di Babel. Ketika mereka berjalan melewati Rama, kota pertama yang mereka lalui saat meninggalkan Yerusalem, mereka menangisi anak-anak mereka yang tewas terbunuh saat raja Babel yaitu Nebukadnesar menyerbu kota Yerusalem.
Walaupun nubuatan di dalam Yeremia 31 bukan dalam konteks nubuatan tentang Mesias, namun kembali di sana Matius mengambil kesejajaran sisi historis Kristus dengan sisi historis bangsa Yahudi. Karya Tuhan di dalam sejarah Israel yaitu membawa umat Tuhan yang telah meninggalkan Dia untuk kembali berpaling kepada Tuhan melalui pembuangan di Babel tersebut bersifat sejajar dengan karya Tuhan di dalam diri Yesus, Sang Mesias yaitu untuk membawa manusia yang berdosa kembali kepada Tuhan.
Sejarah mencatat bahwa pada mulanya Herodes Agung mewariskan wilayah Samaria dan Galilea tempat di mana kota Nazaret berada kepada anaknya Herodes Arkhelaus yang sangat kejam, sedangkan wilayah Yudea tempat dimana kota Betlehem berada diwariskan kepada anaknya yang lain, yaitu Herodes Antipas. Namun mendadak menjelang kematiannya Herodes Agung mengubah wasiatnya. Ia mewariskan Yudea ke Herodes Arhelaus sedangkan Samaria dan Galilea diwariskannya kepada Herodes Antipas. Perubahan situasi politik ini mengakibatkan ketika Tuhan menyuruh Yusuf membawa Yesus kembali ke tanah Israel karena Herodes Agung telah meninggal, sebagaimana yang dicatat di dalam Matius 2:22-23 maka Yusuf urung membawa Yesus kembali ke Betlehem tetapi ke Nazaret untuk menghindari kekejaman Herodes Arkhelaus. Berarti untuk yang ketiga kalinya Matius menunjukkan bahwa Tuhan bekerja di dalam sejarah. Kali ini yaitu Ia bekerja membuat raja Herodes Agung mengubah wasiatnya sedemikian rupa sehingga berakibat Yesus tidak dibesarkan di Betlehem tetapi di Nazaret, dan membuat Ia disebut sebagai orang Nazaret. Bagi Matius hal ini penting bagi ke-Mesiasan Yesus. Sebab akar kata dari Nazaret dalam bahasa Ibrani adalah nezer yang berarti cabang atau taruk. Kata nezer atau taruk inilah yang menjadi gambaran atau metafora tentang Mesias seperti yang dinubuatkan di dalam Yesaya 11:1. Oleh karena itu para nabi sering secara lisan mengatakan bahwa Mesias adalah Sang Taruk, atau Sang Nezer  yang juga dapat diucapkan sebagai “orang Nazaret.” Dengan demikian berarti Tuhan telah bekerja melalui keputusan raja Herodes Agung untuk menegaskan bahwa Yesus adalah benar-benar Sang Mesias yang dijanjikan-Nya.

Peristiwa pengungsian Yesus ke Mesir ini memberi dua pelajaran penting. Yang pertama, bahwa Tuhan adalah pribadi yang bekerja di dalam sejarah untuk menggenapi rencana-Nya. Artinya Ia mampu mengatur segala perkara agar kehendak-Nya terlaksana secara sempurna. Yang kedua, Tuhan sanggup mengubah situasi yang sukar bahkan rekayasa yang buruk dari manusia untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang hidup dalam rancangan-Nya. Artinya apapun yang telah kita alami di tahun yang hampir kita lalui ini, selama kita hidup sesuai rancangan Tuhan maka Ia pasti akan turut bekerja untuk menjadikan kehidupan kita indah pada waktunya.

Jamita Evangelium Minggu EXAUDI (Sai tangihon ma soarangku, Ale jahowa- Pslm.27:7)– 12 Mei 2024

Hatuaon ni Halak Partigor     (Kebahagiaan Orang Benar) Psalmen 1 : 1  – 6   1)       Ia turpukta on ima patujolo ni sude psalmen (1...