Minggu, 28 Februari 2010

Renungan Hari Senin, 1 Maret 2010

Mengenal Kebaikan Tuhan
Mazmur 25 : 7
"Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN"
Dalam kehidupan ini yang sering terjadi; sebuah kejahatan bisa mengotori seratus kebaikan yang telah dilakukan orang pada kita. Dan kita lebih mengingat kejelekannya daripada kebaikannya. Begitulah dua sahabat baik bisa menjadi musuh berat pada akhirnya atau saling membunuh hanya karena sebuah kejahatannya yang dilakukan telah menutupi kebaikannya selama ini. Tragis!
Mengapa hari ini kita tidak memulai mengubah cara pandang kita, yaitu hanya mengingat kebaikan-kebaikan orang lain dengan memahatnya di batu karang sehingga sulit untuk hilang, dan menuliskan kejelekan atau kejahatan orang lain diatas air, sehingga begitu saja kita dengan mudah melupakan dan tak berbekas. Hidup memang adalah pilihan, terserah kita untuk memilih. Yang menjadi pertanyaan, mengapa kita tidak memilih yang baik? Sehingga tiada kata pembelaan saat ada yang menegur kita dengan kata-kata, suka-suka saya, itu hak saya mau berbuat apa juga. Apa urusannya dengan kamu. Urus saja dirimu. Akal budi telah ditanamkan dalam diri kita, yang seharusnya bisa kita gunakan sebagaimana mestinya demi kebaikan hidup ini, bukannya diabaikan sehingga ia merana didalam relung hati kita _mungkin untuk selamanya. Sampai menjelang ajal pun kemarahan dan kebencian tak mau pergi juga. Sungguh aku tak boleh menjalani hidup seperti yang demikian. Aku merenungkan hal ini bukan untuk mencapai kesucian, hanya untuk memantaskan diri saja sebagai manusia.
Marilah kita mengikuti Tuhan dengan segenap jiwa, artinya mengarahkan dan mempersembahkan dambaan, kerinduan, cita-cita kita kepada Tuhan, dan sekiranya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan siap sedia untuk diluruskan atau dibetulkan. Marilah dengan rendah hati kita mohon kemurahan hati atau rahmat Allah agar memiliki hati yang tulus dan suci dan senantiasa siap sedia mengampuni dan tidak mempermalukan sesama dan saudara-saudari kita di hadapan umum. Marilah kita mohon agar kemuliaan Tuhan dinyatakan pada diri kita yang lemah, rapuh dan berdosa ini, dan biarlah dalam kelemahan dan kerapuhan kita kekuatan Tuhan semakin menjadi nyata. Amen

Sabtu, 27 Februari 2010

Renungan Minggu Reminiscere, 28 Pebruari 2010

Allah Maha Pengasih Dan Pengampun
Nehemia 9 : 26 -31
Kita bersyukur jika dalam Alkitab ada beberapa tokoh pemimpin yang mempunyai jiwa melayani, seperti Nehemia. Kita akan mempelajari profil Nehemia sebagai pemimpin yang melayani.
(1) Telinga yang mendengar (ayat 1-5). Ketika rakyat berteriak dan mengadukan kondisi ekonomi/kesejahteraan mereka akibat dipersulit oleh pihak penguasa, yang notabene sesama orang Yahudi, Nehemia menjadi marah, bukan kepada rakyat yang mengeluh, tetapi kepada penguasa yang tidak memperhatikan rakyat, bahkan cenderung menekan dan menindas sesamanya. (2) Mulut yang berbicara (ayat 6-13). Nehemia menyampaikan keluhan masyarakat kepada penguasa saat itu. Ia tidak berbicara kepada sembarang orang, tetapi kepada orang yang memang berhak mengambil keputusan dan tindakan. Nehemia sungguh-sungguh telah berusaha agar suaranya didengarkan oleh mereka demi kesejahteraan rakyat bukan demi kepentingan pribadi. (3) Tangan dan kaki yang bekerja (Neh. 4:21-23). Nehemia patut diteladani karena ia bukan hanya memberi perintah tapi juga memberi teladan. Ia menggunakan tangan dan kakinya bukan untuk menunjuk orang lain atau menggoyang-goyangkan kaki saja, melainkan menggunakannya untuk bergerak mengawasi dan memegang alat dan bekerja. (4) Hati yang tidak menuntut (ay. 14–19). Nehemia sebenarnnya mempunyai hak untuk mendapat fasilitas tanah, makanan dan anggur serta upeti/pajak dari rakyat karena ia adalah seorang bupati, tetapi ia tidak menuntut atau mengeluh, karena ia orang yang takut akan Allah (Neh. 5:15). Bagaimana dengan kita sebagai pemimpin gereja? Mari kita menjadi seorang pemimpin yang mau menggunakan fungsi “mulut, telinga, tangan dan kaki” kita dengan benar; bukan sembarangan berbicara, tidak mau mendengar, atau tidak bekerja dan juga tidak menjadi teladan. Sebaliknya, marilah kita takut akan Allah, sehingga kita memakai hati dan pikiran kita untuk mengerjakan bagian kita dengan baik.

Di sini Nehemia bertindak sebagai tokoh pemerintahan/politik dan bukan sebagi tokoh agama. Meskipun begitu ia meneruskan banyak hal keagamaan ; Nehemia menegakkan kembali imamat orang Lewi, persembahan perpuluhan, memberlakukan peraturan hari sabat, dan melarang perkawinan campuran. Jadi sebagai pemimpin politik Nehemia sangat memperhatikan berlakunya kaidah-kaidah agama Israel . Pribadi Nehemia juga sangat mendukung keagamaan, ia berdoa, meskipun doa-doanya tidak panjang dan lebih bersifat praktis. Nehemia sangat praktis dan mampu memimpin orang lain. Nehemiah sendiri merasa bahwa semua yang dilakukannya itu sebagai panggilan Allah.
Setelah umat Allah mengalami pembuangan, Nehemia merasa perlu mengadakan pembaharuan. Pembaharuan diawali dengan mengumpulkan seluruh umat Allah pada saat bulan puasa. Mereka membaca beribadah, baca firman dan berdoa. Yesua, Kadmiel muncul sebagai pengkhotbah. Ia memberikan siraman rohani bagi umat Allah agar dapat disegarkan kembali jiwa mereka yamng sudah rapuh. Salah satu bagian khotbah Yesua Kadmiel adalah menyoroti sifat nenek moyang Israel dan perbuatan Allah kepada umatNya. Itulah yang menjadi bagian nas khotbah minggu ini.
Allah itu Maha Pengampun, pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Disebutkan dalam nas renungan kita tentang sifat Allah ini. Allah tetap membuka diri memberikan pengampunan serta pertolongan ketika mereka menyesali dosa dan berseru dengan sungguh-sungguh memohon pertolongan. Semua ini disebabkan karena pada dirinya Allah tidak bisa menyangkal diriNya sebagai yang penuh kasih. Kasih Allah tidak berkesudahan sebab Allah adalah kasih. Dengan kasih Allah dapat bersabar terhadap umatNya yang keras kepala dan pembrontak, dengan kasih Allah tetap setia. walaupun umatnya sering tidak setia, dengan kasih Allah tetap menyayangi umatnya dan mengampuni keselahan mereka. Namun harus ditambahkan jikalau umatNya (jikalau kita manusia) mau mengaku dosa dan berbalik kepadaNya. Dan kasih Allah yang spektakuler telah dinyatakan melalui kematian Yesus di kayu salib demi memberi jalan pengampunan bagi manusia yang telah berdosa. Banyak orang tidak tahu bahwa inilah konsistensi Allah terhadap keadilanNya. Bukankah Allah telah menjatuhkan ponis bahwa upah dosa adalah maut? Bukankah semua orang telah berdosa?. Dan itu berarti akhir kehidupan semua manusia sudah jelas yakni berakhir pada kemaatian kekal. Namun di dalam Yesus Kristus Allah mengambil alih hukuman dosa yang seharusnya dijatuhkan atau ditanggung oleh manusia. Dengan kata lain Allah telah menghukum dosa-dosa manusia di dalam Yesus Kristus. Hal inilah yang dikemukakan Paulus dalam Roma 3:23-26. Dan barang siapa percaya kepadaNya. (Yesus Kristus) telah mendapat pengampunan dosa (Kis.rasul 10:43), tidak di hukum (Yohanes 3:18), beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:36; 6:47; 11:25).
Ada sebuah penggalan kisah menarik dari sejarah kehidupan Napoleon. Pada suatu hari ada seorang ibu yang mendatangi Napoleon dan meminta pengampunan bagi putranya. Saat itu putranya akan dihukum mati.Napoleon pun mengingatkan bahwa kejahatan anaknya sudah keterlaluan, dan keadilan yang paling tepat bagi tindakan kriminal yang dilakukan anaknya adalah hukuman mati. Begini jawaban si ibu,"sir, not justice, but mercy.." "Tetapi yang aku mohon bukanlah keadilan, namun belas kasihan". Demikian katanya. Napoleon kemudian menjawab: "tapi anakmu tidak layak menerima belas kasihan!" Dan si ibu kembali berkata sambil menangis: "tuan, bukanlah belas kasihan namanya jika ia layak menerimanya.." Napoleon tertegun sejenak, kemudian berkata: "benar juga..ibu benar.. aku mau memberikan belas kasihan." Dan anaknya pun dibebaskan.
dari kisah itu kita bisa mendapat gambaran mengenai bagaimana sebenarnya bentuk belas kasih itu. Belas kasih dianugrahkan pada manusia yang sebenarnya tidak layak menerimanya. Itulah inti dasar dari sebuah belas kasih. Kita manusia yang setiap hari berlumur dosa, dan ganjaran yang sesuai adalah kebinasaan. Tapi lihatlah betapa Tuhan mengasihi kita. Dia penuh belas kasih, sangat mengasihi kita, hingga mau menganugerahkan Kristus untuk menyelamatkan kita dari kebinasaan. (Yohanes 3:16).
Kita datang menghadap Tuhan bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan tangan yang sangat kotor, bahkan berdarah. Kita datang dengan kesadaran penuh bahwa sebenarnya kita layak menerima penghakiman, jika kita bicara soal keadilan semata, tanpa berhak untuk protes. Namun itulah besarnya kasih Tuhan pada kita. Dia tidak ingin satupun dari kita binasa. Allah siap mengampuni saya dan anda, tidak peduli sebesar apa kesalahan kita di masa lalu. Ketika kita datang padaNya dengan hati yang hancur, tangan yang kotor dan berdarah, belas kasihNya pun akan turun atas kita. Kehendak Tuhan adalah kita semua diselamatkan dan dimenangkan. Belas kasihanNya membebaskan kita. Adalah Tuhan sendiri yang menghapus dosa kita, dan Dia tidak lagi mengingat-ingat dosa kita. (Yesaya 43:25) Ketika manusia penuh dosa dan seharusnya layak binasa, kasih Allah yang besar siap memberi pengampunan dan menyelamatkan manusia sepenuhnya. Itulah belas kasih Tuhan. Belas kasih artinya memberikan pengampunan dan kebebasan kepada yang sebenarnya tidak layak menerimanya. Tuhan memberkati. Amin (EM)


Jumat, 26 Februari 2010

Renungan Hari Sabtu, 27 Pebruari 2010

Tahtah Daud Didalam Kristus
Yesaya 9: 6
"Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini."
Dalam Mazmur, Daud berkata bahwa Allah telah membuat janji khusus kepadanya. “TUHAN telah menyatakan sumpah setia kepada Daud, Ia tidak akan memungkirinya: "Seorang anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu.” (Mazmur 132:11) Daud, ketika kerajaannya telah didirikan, dan bangsa Israel damai, ingin membangun sebuah bait, atau tempat pemujaan bagi Allah. Nabi Natan diutus kepada Daud untuk memberitakan kepadanya bahwa meskipun Allah tidak ingin dia membangun sebuah bait, Allah akan membangun keluarga Daud, dan seseorang dari garis keturunannya akan memimpin kerajaan-Nya selamanya. “Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya … Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya" (2 Samuel 7:12-13, 16).
Nabi Yesaya menubuatkan tentang kelahiran dan sebutan panggilan dari TUHAN YESUS. Dan kita dapati nama Melkisedek sama juga dengan nama TUHAN YESUS KRISTUS! Keberadaan (existence) dari Melkisedek itu sama dengan TUHAN (self-existence). Arti nama Melkisedek itu sama dengan ANAK TUHAN yang adalah TUHAN, yaitu TUHAN YESUS sendiri (Raja Damai, Kerajaan Kebenaran). TUHAN berfunksi sebagai TUHAN BAPA, TUHAN ANAK, dan TUHAN ROH; ketiganya yang ESA! Kalau Melkisedek memakai nama dan seluruh attribute dari TUHAN ANAK, sedangkan TUHAN ANAK hanya ada satu (TUNGGAL), Melkisedek tidak mungkin jelmaan lain dari pada TUHAN ANAK, yaitu TUHAN YESUS sendiri! IMAM BESAR yang bernama Melkisedek lenyap, setelah IMAM BESAR, yang bernama YESUS bertugas, sedangkan YAHWEH sudah menetapkan baik Melkisedek dan TUHAN YESUS sebagai IMAM BESAR untuk selama-lamanya. Tetapi, pada kenyataannya, kedudukan IMAM BESAR itu hanya ditempati oleh salah satu dari kedua IMAM ini; tidak pernah berdua bersama-sama.
Mengapa demikian? Karena baik Melkisedek dan TUHAN YESUS oknum-NYA satu. Jadi hanya nama-NYA saja yang diganti; Melkisedek sebelum DIA lahir kedunia (waktu menyongsong Abraham), dan YESUS waktu DIA turun kedunia sebagai DOMBA YAHWEH, dan dipakai terus setelah DIA kembali lagi kesurga! Tuhan sengaja turun untuk melaksanakan janji berkat-Nya kepada Abraham. Makanya kita dapati pola tatap muka dalam tata-cara memberkati (umpamanya antara Ishak dan Yakub [Kejadian 27:26-27]) telah dilaksanakan dalam tatap muka. Pokok-pokok yang ditekankan:
1. “Lambang pemerintahan ada di atas bahunya ... tidak akan berkesudahan”
2. “Di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya”
3. “Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini”
Tidak dapat diragukan, bahwa kerajaan yang mana Yesus datang untuk pimpin adalah kerajaan nyata di dunia. Dia akan menjadi raja, dan pengikutnya akan mendapat bagian dalam pemerintahan. Yesus mengatakan kepada pengikutnya: “Apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.” (Matius 19:28) Dalam Alkitab, Allah telah mengemukakan rencana-Nya akan dunia. Abraham dan Daud diberitahu oleh Allah bahwa seseorang yang mana rencana ini akan dipenuhi akan berasal dari garis keturunan mereka.Yesus adalah orang yang dijanjikan tersebut. Dia akan memerintah dunia dengan kebenaran jika Kerajaan Allah didirikan.
Di dunia ini telah banyak orang yang telah capai menanti janji-janji pemimpin politik yang tidak pernah kesampaian. Sebelum pemilihan berjanji memulihkan ekonomi orang miskin dan membela hak kaum minoritas jika ia terpilih, namun setelah ia terpilih semua janji tinggal janji. tidak sering bahkan ia berlaku lebih buruk dari pemimpin politik sebelumnya. Alkitab memperingatkan kita untuk berharap kepada YAHWEH saja, jika kita tidak ingin kecewa. Angkatlah kepala Anda dan berpeganglah kepada Firman YAHWEH, DIA telah berjanji dan DIA akan melakukannya, suatu dunia yg adil dan damai akan segera datang! Janganlah menjadi sakit hati kepada orang yang bertindak tidak adil atas Anda, karena sakit hati hanyalah menyebabkan penyakit bagi diri Anda sendiri, serahkanlah semua kepahitan dan kemarahan Anda kepada YAHWEH, karena DIAlah HAKIM yang adil. IA bukan tidak tahu atau tidak perduli dengan ketidak adilan yang menimpa hidup Anda. Jelas DIA perdulu, waktu-Nya selalu tepat dan tidak pernah terlambat.



Kamis, 25 Februari 2010

Renungan Hari Jumat, 26 Pebruari 2010

Kristus Yang Setia
Ibrani 3 : 6
"Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan."
Mana yang lebih agung dan layak dihormati: rumah yang megah atau ahli bangunan yang membangun rumah tersebut? Tentu sang ahli bangunan. Mengapa demikian? Sebab dibalik kemegahan rumah yang dibangun, ada tangan sang ahli bangunan yang berperan menentukan rancangan dan pembangunan gedung tersebut. Begitu juga dengan YESUS. Orang-orang yang beriman atau percaya kepada TUHAN adalah rumah yang dibangun oleh ALLAH di mana ROH ALLAH diam di dalamnya.
Tidak mudah menemukan orang yang dapat setia dan melakukan apa yang dikatakannya. Banyak orang mengkhianati kita dan mengecewakan karena janji-janji yang tidak dapat mereka tepati. Tapi berbeda dengan Allah kita. KarakterNya benar-benar teruji dan tidak dapat dibandingkan dengan apapun juga. Di dalam Dia kita bisa melihat bagaimana setiap perkataanNya itu benar dan tidak ada yang akan diselewengkanNya. Semua firmanNya itu ‘YA’ dan ‘AMIN’.
Ketika kita berani menaruh pengharapan kita pada Tuhan, berani juga mengatakan bahwa semua janji yang engkau dapat hari ini, itu PASTI akan terjadi. Jangan ragu-ragu mengatakannya dengan iman di hadapan semua orang, karena Ia melakukannya juga untuk kebaikan namaNya. Ketika Ia menepati semua perkataanNya itu, Ia melakukannya demi namaNya yang kudus. Cobalah untuk mulai menghitung, seberapa banyak dari janji yang engkau dapat dari Dia yang tidak Dia penuhi? ‘Ujilah Aku...!!!’ kata firman Tuhan. Jadi...siap berjalan dalam janji Tuhan hari ini?
Jadi, yang diminta dari anak-anak Tuhan pada saat ini adalah kesediaan, kesanggupan, kesiapan, dan komitmen untuk menjadi saksi Kristus, yang menyampaikan pekabaran Firman Tuhan serta menunjukkan perilaku dan gaya hidup yang mencerminkan citra diri yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Tuhan sudah bilang, kalau hidup sebagai orang Kristen itu, tidaklah mudah. Tapi Tuhan juga mengatakan, kalau Ia tidak akan membiarkan anak-anakNya berjalan sendiri untuk menjalani hari-hari sebagai anak-anak Tuhan, terutama didalam hal menyampaikan pekabaran akan Firman Tuhan serta kebenaran yang ada dan nyata didalam Ia, Anak Allah Yang Maha Kudus.
Artinya, kita tidak perlu khawatir dengan keimanan yang telah kita pegang. Sebab Tuhan sudah menjanjikan kehidupan yang kekal bagi mereka, anak-anak Tuhan, yang bisa menjaga sikap percaya serta iman mereka hingga kesudahan usianya.

Rabu, 24 Februari 2010

Renungan Hari Kamis, 25 Pebruari 2010

Kuasa Kristus
Kolose 2 : 10
dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.
Kelahiran Kristus yang disebut inkarnasi (Allah menjadi manusia) adalah sebuah momen agung yang tidak ada bandingannya yang Allah kerjakan bagi umat-Nya. Mengapa? Karena Allah sendiri menjadi manusia. Orang-orang non-Kristen menjebak Kekristenan dengan mengatakan bahwa manusia tidak mungkin menjadi Allah. Hal tersebut memang benar. Namun yang mereka tangkap itu salah. Tuhan Yesus bukan manusia yang dijadikan Allah, namun Allah sendiri yang menjadi manusia. Ketika Sang Pencipta menjadi ciptaan, itulah momen di mana Allah rela membatas diri agar dapat dikenal oleh umat-Nya. Itulah bukti imanensi Allah, Allah yang dekat dengan umat-Nya. Semua agama di luar Kristen hampir tidak ada yang memiliki konsep imanensi Allah di mana Ia dekat dengan umat-Nya. Meskipun ada agama yang mengajarkan bahwa Allah dekat dengan umat-Nya, namun sayangnya, itu hanya konsep dan tidak ada bukti kuat yang menunjukkan hal tersebut. Tetapi puji Tuhan, Alkitab berkata bahwa Ia dekat dengan umat-Nya dan hal tersebut dibuktikannya dengan menjelmanya Allah sebagai manusia di dalam Pribadi Tuhan Yesus Kristus.
Kebangkitan Kristus adalah KEUNIKAN kekristenan dibandingkan dengan agama lainnya. Kristus telah bangkit tidak mati lagi. Kristus telah menang! Oleh karena itu perjuangan umat Tuhan bukanlah perjuangan untuk meraih kemenangan; tetapi perjuangan dari kemenangan atas segala dosa dan Setan yang sudah diperoleh oleh Yesus ketika Ia berada di atas salib dan melalui kebangkitan-Nya (lih. Yohanes 12:31; Kolose 2:15; Wahyu 12:11).
Orang biasa selalu berambisi untuk menyingkirkan dan memusnahkan musuhnya. Orang pintar mampu mengubah musuh menjadi teman yang membawa berkat. Orang pandai dapat mengubah sampah menjadi pupuk; dapat mengubah besi rongsokan menjadi mobil yang mahal. Tuhan Yesus belum menyingkirkan maut; namun ia mengubah maut menjadi sesuatu yang berguna bagi umat-Nya, yakni menjadi "pintu gerbang" menuju kemuliaan kekal. Oleh karena itulah rasul Paulus berkata, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21) Rasa takut yang keliru seringkali dipakai Iblis untuk melumpuhkan dinamika hidup kristiani. Banyak orang Kristen tidak berani bersaksi karena mereka sudah kalah sebelum bertanding. Mereka takut kalau-kalau orang lain tersinggung atau marah. Iblis sering memakai "psychology of fear" (psikologi rasa takut) untuk memadamkan semangat pelayanan di dalam diri umat-Nya. Seorang petinju pasti akan kalah apabila ia pada waktu dipertemukan dengan lawannya dan di hadapan wasit tidak berani menatap mata lawannya.
Yesus, “telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum, dalam kemenangan-Nya atas mereka” (Kolose 2:15). Musuh kita, Setan, dan seluruh pasukannya telah dikalahkan pada hari itu dan telah dilucuti kuasanya atas hidup orang percaya. Kekalahan iblis diteguhkan melalui kuasa kebangkitan. Kebangkitan Yesus, membuktikan bahwa Bapa telah menerima Putra-Nya sebagai pengganti tempat kematian kita. Di atas kertas hutang kita sekarang tertulis “lunas dibayar,” kita yang percaya Yesus selamanya bebas dari kuasa setan. Hukuman dosa telah dibayar, kuasa dosa dipatahkan, dan Yesus mengambil alih rasa malu kita. Musuh tidak bisa menghancurkan kita; satu-satunya yang bisa setan lakukan hanyalah menggoda. Sebagai tambahan, Sang Penebus telah membayar penebusan bagi umat manusia hari itu. Kita yang dulunya menjadi hamba dosa, kini bebas. Darah Yesus yang sangat berharga telah membebaskan sehingga kita dapat menjadi Anak-anak-Nya (Roma 6:6; Yohanes 1:12).



Renungan Epistel Minggu Reminiscere, 28 Pebruari 2010

Pengampunan Kristus
Lukas 7 : 36 -50
Seberapa besar pengampunan yang telah saya terima? Itu sebuah pertanyaan yang muncul dalam pikiran saya malam ini. Saya menyadari masa lalu saya yang jauh dari baik, dan rasanya semua sudah saya bereskan di hadapan Tuhan sendiri. Namun tetap saja pertanyaan menggelitik ini muncul di saat saya sedang bersiap-siap tidur. Saya pun teringat pernah bertemu dengan beberapa orang yang mengatakan bahwa mereka merasa tidak lagi punya kesempatan untuk mendapat tempat di surga. "dosa-dosaku sudah terlalu banyak.... tidak mungkin lagi ada pengampunan yang layak bagiku.." demikian kata seorang wanita malam pada suatu kesempatan ketika bertemu dengan saya sekian tahun yang lalu. Atau dalam keadaan bercanda, seorang teman pernah berkata: "udah tanggung... mau bertobat juga percuma, ya sekalian saja lah.." Begitulah terkadang manusia sulit menangkap konsep pengampunan yang disediakan Tuhan pada manusia. Maka pertanyaan yang muncul malam ini mungkin menjadi pertanyaan banyak orang. Seberapa besar batas maksimal pengampunan dari Tuhan? Sampai titik mana Tuhan tidak lagi sanggup atau bersedia mengampuni? Dan.. malam ini saya mendapat jawaban lewat ayat yang saya ambil dari sebuah perikop dalam Lukas 7.
Lukas 7:36-50 berbicara mengenai kisah Yesus yang diurapi oleh perempuan berdosa. Pada suatu hari, Simon orang Farisi mengundan Yesus untuk makan di rumahnya. Yesus pun datang. Di kota itu ada seorang perempuan yang berkubang dalam lumpur dosa. Ketika ia mendengar kedatangan Yesus ke rumah Simon, dia pun datang membawa buli-buli pualam berisi minyak wangi. Apa yang ia lakukan saya anggap mengharukan. Dia mendekati Yesus dari belakang, lalu menangis hingga membasahi kaki Yesus dengan air matanya. Menyadari itu, ia pun menyeka kaki Yesus dengan rambutnya. Lalu ia mencium kaki Yesus dan meminyaki dengan minyak wangi yang sudah ia bawa. Melihat kejadian itu, Simon orang Farisi pun bergumam dalam hatinya. Katanya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa." (ay 39). Dalam bahasa Inggrisnya lebih tajam lagi, dikatakan bahwa perempuan itu adalah "a notorious sinner,a social outcast, devoted to sin." Lalu Yesus memanggil Simon dan memberi sebuah perumpamaan. Ada dua orang yang berhutang. Yang satu berhutang 500 dinar, sedangkan satunya "hanya" 50 dinar. Karena tidak sanggup membayar, orang yang dipiutangi memberi pengampunan, menghapuskan hutang keduanya. Yesus bertanya: "Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?" (ay 42). Dan demikian jawaban Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." (ay 43). Benar. Apa inti pertanyaan Yesus? Mari kita baca penjelasan dari Yesus. " Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi." (Ay 44-46). Dan kita sampai pada kesimpulan: "Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih." (ay 47). Dan wanita yang dianggap "notorious sinner, devoted to sin" itu pun diampuni. "Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu telah diampuni...Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!" (ay 48,50).
Pertanyaan yang kerap kali ditanyakan adalah, “Bagaimana kalau saya berdosa dan meninggal sebelum saya sempat untuk mengakui dosa tsb. kepada Allah?" Pertanyaan lain yang kerap ditanyakan adalah, "Apa yang terjadi kalau saya berdosa, namun lupa, tidak pernah mengakuinya kepada Allah?” Kedua pertanyaan ini berlandaskan asumsi yang keliru. Keselamatan bukan persoalan orang-orang percaya berusaha mengakui dan bertobat dari setiap dosa yang mereka perbuat sebelum mereka meninggal dunia. Keselamatan bukanlah berdasarkan apa seorang Kristen sudah mengakui dan bertobat dari setiap dosa atau tidak. Ya, kita mesti mengakui dosa kita kepada Allah begitu kita menyadari bahwa kita telah berdosa. Namun kita tidak harus selalu meminta Allah untuk mengampuni kita. Ketika kita percaya pada Yesus Kristus untuk keselamatan kita, SEMUA dosa kita diampuni. Itu meliputi masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, besar atau kecil. Orang-orang percaya tidak harus terus menerus mohon ampun atau bertobat demi mendapatkan pengampunan dosa. Yesus sudah mati untuk membayar hukuman dari semua dosa-dosa kita, dan ketika dosa-dosa itu diampuni, semuanya diampuni (Kolose 1:14, Kisah 10:43).
Apa yang kita perlu lakukan adalah mengakui dosa kita: “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9). Harap perhatikan bahwa ayat ini tidak mengatakan minta pengampunan dari Allah. Kitab Suci tidak pernah menginstruksikan orang-orang yang percaya dalam Kristus untuk minta pengampunan Allah. Apa yang 1 Yohanes 1:9 katakan kepada kita adalah "mengakui" dosa kita kepada Allah. Kata "mengakui" berarti "sepakat." Ketika kita mengakui dosa kita kepada Allah, kita sepakat dengan Allah bahwa kita salah, bahwa kita sudah berdosa. Melalui pengakuan dosa Allah terus menerus mengampuni kita berdasarkan fakta bahwa Dia "setia dan adil." Bagaimana Allah “setia dan adil?" Dia setia melalui pengampunan dosa, Dia sudah berjanji untuk melakukan hal itu bagi semua yang menerima Kristus sebagai Juruselamat. Dia adil melalui menerapkan pembayaran Kristus pada dosa-dosa kita, mengenali bahwa dosa-dosa kita telah ditebus.
Yesus datang ke dunia untuk menebus dosa-dosa kita, baik besar maupun kecil. Dia disiksa, dipaku dan mati di kayu salib untuk sebuah karya penebusan luar biasa. Sebesar apapun dosa kita, ketika kita datang padaNya dengan hati yang hancur, hati yang remuk, tersungkur di kakiNya mengakui segala dosa-dosa yang telah kita perbuat, pengampunan pun segera Dia sediakan bagi kita. Perkataan yang sama akan Yesus berikan pada kita juga. "Dosamu telah diampuni...Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!" Haleluya! Semakin besar dosa kita, semakin besar pula penghargaan akan sebuah pengampunan. Sebesar apa dosa anda yang anda rasakan memberatkan hidup anda hari ini? Anda merasa Yesus tidak berkenan lagi mengampuni? Salah. Dia selalu rindu untuk mengampuni kita, apapun latar belakang kita sebelumnya. Orang yang menyadari dan mengakui dosa-dosaNya sudah diampuni, dan penghargaan akan pengampunan itu akan berbuah kasih yang besar pula pada sesama. Lihat ayat berikut ini: "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:32). Makna ayat tersebut bisa memiliki efek yang jauh lebih besar bagi mereka yang sudah ditebus dari dosa-dosa yang mungkin bagi manusia tidak terampuni. Yang diperlukan adalah pengakuan kita dan pertobatan kita, disertai sebuah komitmen untuk tidak lagi mengulangi hal yang sama. Hati yang remuk dan hancur jika kita bawa ke hadapan tahta Allah akan menjadi sebuah korban sembelihan bagi Dia. "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." (Mazmur 51:19). Sukacita sejati adalah mengakui betapa buruknya dan besarnya dosa-dosa kita lalu membandingkannya dengan sebesar apa kita telah diampuni. Maka tidak perduli sebesar apa dosa yang membelenggu anda hari ini, percayalah bahwa pengakuan anda akan membawa anda pada sebuah pengampunan total dari Tuhan yang begitu mengasihi anda. Miliki sukacita sejati hari ini juga! Lepaskan diri anda dari belenggu dosa hari ini juga, ketahuilah bahwa pengakuan anda dihadapanNya akan berbuah sebuah pengampunan penuh
Pertanyaan Petrus kepada Tuhan Yesus, yaitu: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" berlatar-belakang dari pengajaran Tuhan Yesus tentang menyikapi saudara kita yang telah berbuat dosa. Di Mat. 18:15-17 Tuhan Yesus mengajar bagaimana sikap kita menghadapi saudara yang berbuat dosa dengan menegur dia di bawah empat mata, dan jika tidak mau bertobat maka kita harus membawa 2-3 orang saksi. Lalu jika dia tetap tidak mau bertobat, maka kita dapat membawa perkara tersebut kepada jemaat. Atas dasar pengajaran Tuhan Yesus tersebut gereja kemudian mengatur hukum tentang prosedur dan pemberlakuan penggembalaan khusus. Namun kita selaku gereja sering melupakan bahwa pengajaran Tuhan Yesus tersebut harus dipahami dalam konteks pengampunan yang tanpa batas. Pengampunan bukan hanya diberikan sebanyak 3 kali saja, yaitu dalam tingkatan “di bawah empat mata” lalu naik ke tingkat “membawa 2-3 orang saksi” dan terakhir “membawa persoalan kepada jemaat”. Saat Petrus mengajukan pengampunan sebanyak 7 kali sebenarnya telah sangat ideal. Bukankah di kitab Amos menyatakan: "Karena tiga perbuatan jahat Israel, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: Oleh karena mereka menjual orang benar karena uang dan orang miskin karena sepasang kasut” (Am. 2:6)? Dalam hal ini Allah menetapkan hukuman dan tidak mengampuni umat Israel karena mereka telah melakukan 3-4 kali kesalahan. Kalau Allah menghukum manusia karena telah 3-4 kali melakukan kesalahan, maka ide untuk mengampuni sebanyak 7 kali bukankah merupakan tingkat pengampunan yang sangat sempurna? Tetapi ternyata Tuhan Yesus menjawab pertanyaan Petrus secara mengejutkan: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali” (Mat. 18:22). Tuhan Yesus bukan menghendaki pengampunan sebanyak 3-4 kali saja. Dia juga menolak batasan pengampunan hanya sampai 7 kali. Tetapi Tuhan Yesus menghendaki suatu kualitas pengampunan yang tanpa batas.
Kegagalan kita untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita disebabkan karena kita belum mengalami makna pengampunan Allah yang menyeluruh kepada diri kita, dan juga pengampunan diri kita terhadap diri sendiri. Bukankah kita sering menghukum dan membenci diri kita sendiri? Dengan kata lain kita sering merasa berada di posisi orang yang sedang terhukum. Seseorang yang sedang merasa dirinya “terhukum” dan miskin dalam pengampunan, maka dia juga tidak pernah berhasil mengampuni orang lain. Tepatnya seseorang yang belum mengalami totalitas kemurahan hati yang memulihkan tidaklah mungkin dapat memaafkan sesama yang bersalah. Dalam situasi demikian kita sedang dibelenggu oleh perasaan sakit hati, kecewa, terluka, merasa dikhianati dan diperlakukan secara kejam/tidak adil. Sehingga saat itu kita tidak bersedia membuka suatu kemungkinan apapun untuk memaafkan atau mengampuni. Hati kita secara total sering dikuasai oleh perasaan benci, amarah dan dendam. Namun saat kita mau membuka diri untuk melihat seluruh anugerah pengampunan Allah yang pernah kita kecap, khususnya pengampunan Allah di dalam penebusan Kristus maka ruang hati kita akan dipenuhi oleh totalitas kemurahan Allah yang memulihkan. Seluruh hutang dosa kita yang begitu besar dan tak terbayarkan telah diampuni oleh Tuhan, dapat menjadi dasar spiritualitas kita untuk mengampuni orang yang bersalah terhadap diri kita. Itu sebabnya saat kita dilukai, kita akan terdorong oleh kasih Kristus untuk makin berbelas-kasihan kepada orang yang telah berlaku jahat kepada kita.Tepatnya kita sering membatasi kasih Kristus yang tak terbatas, sehingga kita gagal untuk menerima orang yang lemah imannya. Itu sebabnya di Rom. 14:1 rasul Paulus berkata: “terimalah orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya”. Kesulitan kita untuk menerima orang yang lemah imannya karena kita lebih cenderung untuk menghakimi sesama khususnya orang yang kita anggap bersalah. Ini berarti selama kita masih memiliki kecenderungan untuk menghakimi orang lain, maka kita tidak akan mampu untuk memaafkan atau mengampuni orang yang menyakiti hati kita. Apakah saudara bersedia menerapkan kasih Kristus yang tanpa batas dan tanpa syarat itu?


Selasa, 23 Februari 2010

Renungan Hari Rabu, 24 Pebruari 2010

Kuasa Kristus
Matius 28 : 18b
Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
Kebangkitan Yesus Kristus adalah salah satu kebenaran dasar dari iman Kristen. Murid-murid yang mula-mula didorong untuk bersaksi bagi Kristus sebab mereka percaya bahwa Yesus Kristus telah benar-benar mati dan benar-benar bangkit kembali secara badaniah dari kuburNya. James Orr memberikan komentar: Kenyataan pertama yang diucapkan oleh semua saksi ialah bahwa Yesus mati dan dikuburkan. Rasul Paulus mengihtisarkan kepercayaan bulat dari gereja mula-mula itu dalam kata-kata ini : "Bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci, dan bahwa la telah dikuburkan." Realitas kematian Kristus, bertentangan dengan teori-teori tak berharga yang telahdibahas sebelumnya, tak perlu diperdebatkan lagi. Perjanjian Lama membentuk suatu latar belakang penting terhadap doktrin Perjanjian Baru tentang kebangkitan. J. Dwight Pentecost menulis, Dari Perjanjian Lama kita dapat rnempelajari fakta-fakta ini. Pertama, ada kebangkitan dari an tara orang mati. Kedua, kebanqkitan bersifat universal,yaitu untuk semua.orang. Ketiga, adadua macam kebangkitan. Ada kebangkitan kepada kehidupan dan ada kebangkitan kepada kebinasaan . Ada kebangkitan bagi orang benar dan kebangkitan bagi orang jahat. Dan dari Perjanjian Lama ini kita memperhatikan suatu fakta lain : bukan hanya orang-orang yang akan dibangkitkan untuk hidup kernbali; tetapi juga Yesus Kristus, Mesias Allah, Anak Allah, akan dibangkitkan dari antara orang mati.
Dari segi apologetic bagi theologia Kristen, iman kepada Yesus Kristus sebagai Anak Allah, berdiri atau jatuhnya sangat erat hubungannya dengan masalah kebangkitan Kristus secara badaniah. Seperti yang disimpulkan oleh Paulus dalam 1 Korintus 15 : 17, "Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu, dan kamu masih hidup dalam dosamu." Karena itu kebangkitan patut dianggap sebuah bukti tentang pribadi Kristus, keilahian Nya, kemesiasan-Nya, dan kuasaNya untuk menyelamatkan dari dosa. Pada kebangkitan inilah bergantung nilai dan berlakuNya pekerjaanNya di masa lampau, sekarang dan di masa yang akan datang. Kebangkitan Kristus juga bertalian dengan penggenapan wajar dari nubuatan mengenai kebangkitan baik di Perjanjian Lama maupun di Perjanjian Baru, dan dituntut oleh konsep bahwa Kitab Suci tak dapat keliru.
Dalam gelar Kristus bagi Tuhan Yesus, terkandung pengharapan Israel bagi datangnya seorang Mesias untuk membebaskan mereka dari dosa-dosanya. Walaupun kematian dan kebangkitan Kristus telah diduga lebih dahulu oleh nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama, para pemimpin Yahudi di zaman Kristus tidak menyadari kebutuhan mereka akan Dia untuk menggenapi peranan-Nya sebagai Mesias Israel. Hanya melalui kematianNya dapat memberikan penebusan dan menyatakan kemenangan atas iblis, dan oleh kebangkitanNya la menunjukkan kuasa Allah yang pada akhirnva kelak akan dinyatakan dalam membebaskan Israel dan mendirikan kerajaanNya yang adil di bumi ini.
Kebangkitan Adalah Bukti Tentang JabatanNya. "Ketiga jabatan Kristus, yaitu sebagai Nabi, Imam, dan Raja, masing-masing berhubungan dengan kebangkitanNya. Jabatan Kristus merupakan salah satu tema besar dari Perjanjian Lama karena hubungannya dengan Kristus. Musa menubuatkan jabatan Kristus sebagai seorang Nabi dalam Ulangan 18:18. Jabatan keimaman Kristus dinubuatkan dalam Mazmur 110:4, dan jabatanNya sebagai raja digenapkan dari janji kepada Daud (2 Samuel 7:16). Bandingkan Lukas 1:31-33:
1. Sebagai Nabi : Pelayanan Kristus sebagai nabi, walau kebanyakan digenapi di bumi sebelum kematianNya, memerlukan pengesahan dari kebangkitanNya untuk memberikan otoritas kepada apa yang telah dikatakanNya maupun kepada pelayanan selanjutnya melalui Roh Kudus yang akan diutusNya (Yohanes 16: 12-14). Jika Kristus tidak bangkit dari antara orang mati, la akan merupakan seorang nabi palsu belaka dan sernua pelayananNya yang dicatat dalarn kitab Injil akan diragukan. Dengan eara yang serupa, pelayanan sesudah kebangkitanNya, yang membawa ke puncaknya apa yang diajarkanNya sebelumnya, akan mustahil tanpa kebangkitanNya secara badaniah. Karena itu kebangkitan tersebut menciptakan sebuah bukti tentang sah dan otoritasnya Kristus sebagai nabi.
2. Sebagai Imam : Kebangkitan Kristus jelas berhubungan dengan kelanjutan jabatanNya sebagai imam. Ini dinubuatkan dalam Mazmur 110 di mana Kristus dinyatakan sebagai Imam kekal. "TUHAN telah bersumpah, dan la tidak akan menyesal; Engkau adalah imam untuk selama-Iamanya, menurut Melkisedek" (ayat 4). Konsep Kristus sebagai Imam yang hidup terus selama-lamanya dikuatkan dalam Ibrani 7:25, "la (Kristus) hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka." Bertentangan dengan imam-imam biasa yang jabatannya berhenti bila mereka meninggal atau pensiun menurut peraturan lrnarnat, maka kebangkitan Kristus menjadikannya mungkin untuk menjadi Imam selamalamanya. Inilah ajaran Perjanjian Baru maupun nubuatan Perjanjian Lama. Ibrani 7:24 menyatakannya dengan tegas, "Tetapi, karena la tetap selama-lamanya, imamatNya tidak dapat beralih kepada orang lain." Terbukti dari Kitab Suci bahwa tanpa kebangkitan, jabatan keimaman Kristus tidak dapat digenapi.
3. Sebagai Raja: Jabatan ketiga, sebagai Raja, terutama menggenapkan nubuatan Perjanjian Lama tentang seorang Anak laki-Iaki yang akan memerintah. Kristus tidak hanya akan memerintah Israel sebagai penggenapan janji kepada Daud tentang keturunannya yang akan memerintah selama-lamanya, tetapi akan juga memerintah seluruh dunia sebagai Seorang kepada siapa Allah telah memberikan hak untuk memerintah atas bangsa-bangsa (Mazmur 2:8-9). Pemerintahan Kristus yang akan berlangsung selama-lamanya sesudah kematianNya, dalam menggenapi rencana Allah bahwala harus memerintah seluruh bangsa maupun bangsa Israel sendiri, akan menjadi mustahil jika la tidak dibangkitkan dari antara orang mati. KebangkitanNya adalah penting bagi penggenapan yang unik dari setiap jabatan ilahiNya.
Adalah karena siapakah Dia dan apa yang dapat dikerjakanNya, Ia dapat berkata dalam Matius 28:18, "KepadaKu telah diberikan segala kuasadi sorga dan di bumi." Ukuran kuasa ini khususnya diuraikan dalamEfesus 1: 17-23 di mana rasul Paulus menyatakan doanya agar orang-orang. Kristen di Efesus boleh mengerti betapa hebat kuasaNya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasaNya, yang dikerjakanNya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan rnendudukkan Dia di sebelah kananNya di sorga" (Efesus 1: 18-20). Hanya oleh karena kebangkitanNya Ia dapat mengutus Roh Kudus yang akan menjadi saluran melalui mana kuasa itu akan diberikan, sesuai dengan ramalan Kristus sendiri dalam Kisah Para Rasul 1:8 "Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan diseluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Hal itu seperti orang Kristen masuk ke dalam kenyataan yang dimilikinya secara kedudukan dalam Kristus yang bangkit yang menjadi pengambil bagian dari kemenangan Kristus atas maut sehingga ia dapat mengenali kuasa Allah dalam hidupnya sehari-hari. Jika memang sulit untuk merubah pola pikir dan pandangan kita dengan kemampuan sendiri, ingatlah bahwa sosok Penolong telah dikaruniakan pula kepada kita. Ada kuasa Roh Kudus yang bisa memampukan kita mengubah pandangan, lepas dari belenggu luka masa lalu dan bisa mengalami pemulihan citra diri. Mungkin kita lemah dan tidak mampu, tapi Roh Kuduslah yang akan memampukan. Roh Kudus akan selalu melimpahkan kita dalam pengharapan sehingga tidak lekas menyerah. "Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan." (Roma 15:13). Dan ketika kita menerima kuasa Roh Kudus inilah kita akan mampu menjadi kesaksian bagi semua orang, tentang bagaimana kuasa Tuhan mampu menuntaskan hal yang paling mustahil sekalipun di mata manusia. "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8). Kata "kuasa" dalam versi bahasa Inggris dirinci menjadi "ability, efficiency and might". Kemampuan, efisiensi dan kekuatan. Semua ini sangatlah berguna bagi kita untuk lepas dari beban, dan itu telah disediakan oleh Roh Kudus. Karenanya, apapun masalah yang tengah menimpa anda hari ini, sejauh manapun citra diri anda telah rusak akibat goresan luka masa lalu dan pengalaman pahit, bangkitlah dan percayalah saja! Anugerah Tuhan sesungguhnya cukup bagi anda.


Senin, 22 Februari 2010

Renungan Hari Selasa, 23 Pebruari 2010

Kuasa Allah Tidak Terukur
Mazmur 68: 35-36
Akuilah kekuasaan Allah; kemegahan-Nya ada di atas Israel, kekuasaan-Nya di dalam awan-awan. Allah adalah dahsyat dari dalam tempat kudus-Nya; Allah Israel, Dia mengaruniakan kekuasaan dan kekuatan kepada umat-Nya. Terpujilah Allah
Kita semua pasti mengakui bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Tinggi dan segala makhluk ada di dalam kekuasaanNya. Allah menciptakan manusia karena itu Allah pulalah yang mengetahui sepenuhnya segala yang dibutuhkan oleh manusia dan Dia mempunyai kuasa yang tidak terbatas.
Di dermaga, di tepi sungai besar yang biasa dilayari kapal, seorang anak kecil sedang mengail ikan dekat seorang bapak tua yang tidak dikenalnya yang juga sedang mengail di sana. Mata kail mereka telah dilemparkan ke dalam sungai namun ikan tak kunjung datang untuk menyentuh umpan di kailnya. Sambil melihat kapal yang hilir mudik di sungai itu anak kecil itu terperanjat melihat kapal yang tampak dikejauhan sana. Anak itu melepaskan bajunya sambil melambai-lambaikannya kearah kapal itu. Orang tua yang disebelahnya itu heran dan berpikir, “Mungkin anak tersebut sudah tidak waras lagi. Apakah mungkin kapal tersebut mau mendekati anak tersebut? Itu tak mungkin.” Tak lama kemudian kapal tersebut menuju pada tempat anak itu mengail. Orang tua itu heran, apa yang akan terjadi? Kapal itu memang menjemput anak itu. Anak itu berkata kepada orang tua itu,” Tahukah anda bahwa nakhoda kapal itu adalah bapakku.” Lambaian tangan minta tolong kepada-Nya memiliki kuasa dan teriakan minta tolong kepada-Nya hanya akan dikabulkan oleh sebab kita dikenal oleh Allah sebagai anak-anak-Nya yang kekasih.
Kemampuan Allah tidak dapat diukur dan tidak bisa dibandingkan dengan siapapun juga. Jadi bila ada orang yang tidak percaya adanya Allah dan menyembah illah lain Tuhan berfirman "Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia ? Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia ? Firman Yang Mahakudus. Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah : siapa yang menciptakan semua binatang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya ? Satu pun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat" (Yesaya 40:18,25-26). Oleh sebab itu dikatakan terkutuklah orang yang mengandalkan manusia atau kekuatannya sendiri sebab dengan demikian sama dengan meremehkan Allah dan menganggap Allah itu tidak sanggup untuk menolongnya padahal manusia itu sendirilah yang terbatas segala-galanya. Jelas sekali apabila kita mengandalkan kekuatan kita sendiri pasti membuat kita menjadi congkak padahal Firman Tuhan "Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap ?" (Yesaya 2:22). Selama kita hidup di dalam dunia ini tidak akan pernah terlepas dari namanya persoalan dan seringkali pertolongan yang kita harapkan dari Tuhan tidak segera datang tetapi yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah terlambat dalam hal memberikan pertolonganNya kepada kita. Syaratnya cuma satu yaitu kita menantikan pertolonganNya dengan kesabaran sebab "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihanNya yang siang malam berseru kepadaNya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu Ia akan segera membenarkan mereka" (Lukas 18:7-8a). Jadi apapun persoalan yang kita hadapi maka nantikanlah pertolonganNya dengan sabar sebab Dia tidak pernah terlambat dalam hal memberikan pertolonganNya kepada kita asalkan saja kita hanya mengandalkan Tuhan Yesus Kristus saja.

Renungan Hari Senin, 22 Pebruari 2010

Yesus Kristus Tidak Berubah
Ibrani 13: 8
Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.
Yesus Kristus memberi terang yang memberi pengertian kepada kita tentang pengabdian dan pelayanan. Orang yang di dalam Yesus Kristus seharusnya memberikan pengabdian dan pelayanan lebih dari pada yang lain. Mengapa? Karena Yesus telah memberikan keteladanan itu. Ia adalah Guru tetapi dengan penuh kerendahan hati Ia mau mencuci kaki murid-murid-Nya. Ia adalah Tuhan, tetapi dengan kesediaan-Nya Ia mau menjumpai seorang perempuan siang hari di Samaria. Ia adalah Penguasa atas langit dan bumi, tetapi Filipi pasal 2 mengatakan Ia rela menanggalkan kesetaraan dengan Bapa-Nya sebagai hak yang harus dipertahankan, Ia telah menjadi manusia, Ia rela memikul salib dan mati di kayu salib bagi kita sekalian. Pengabdian dan pelayanan yang sempurna dapat kita pelajari melalui hidup Tuhan Yesus. Yesus Kristus tetap hidup dan berkarya pada zaman kita sekarang ini. Yesus bukanlah teori atau renungan teoritis tanpa pengalaman yang menyangkut hidup kita, tetapi Yesus adalah manusia, di mana ada orang-orang yang sempat bertemu dan menceritakan apa yang mereka alami. Maka Yesus adalah bagian dari sejarah yang dialami oleh manusia dan di dalamnya kita memahami-Nya di dalam sejarah zaman kita. Persoalannya adalah, pemahaman tentang Yesus dari masa ke masa tidak sama, dan terus berkembang. Ada perbedaan pola pemikiran, sitiasi, tuntutan-tuntutan dan perspektif antara saksi-saksi awal dan kita di zaman sekarang, sehingga pengkisahan kembali Yesus tidak bisa berarti bahwa kata-kata konkrit dan reaksi-reaksi konkrit dari Yesus begitu saja diterapkan pada zaman sekarang. Ada pola penghayatan baru yang terus kita alami, maka perlu menelaah situasi dan kebutuhan zaman dengan terus memperhatikan panggilan dan janji-janji yang sudah diwartakan oleh Yesus sendiri. Namun memahami Yesus pada zaman sekarang bukan berarti kita melihat Yesus dengan suatu cara yang sama sekali tidak mengandung perjumpaan apapun dengan generasi-generasi yang dulu.
Mengkisahkan kembali hidup Yesus berarti harus membawa Yesus pada harapan baru terhadap situasi masyarakat kita. Suatu harapan bahwa Allah akan menyelamatkan umat-Nya dari segala kesengsaraan. Dan keselamatan yang diwartakan itu akan menjadi nyata kalau di dalamnya ada tindakan yang sungguh “option for the poor”, menegakkan keadilan dan kebenaran dan berjuang mengatasi segala macam jurang pemisah yang membawa pada penderitaan bangsa. Dalam konteks inilah maka perhatian kita tidak boleh terpaku pada intern Gereja saja, melainkan harus membawa ruang baru kepada keselamatan bangsa manusia seluruhnya. Karena keselamatan perseorangan tidak dapat terlaksana tanpa mengusahakan keselamatan seluruh umat manusia. Maka berbicara tentang Yesus berarti memberi kesaksian bahwa Yesus adalah sumber harapan dan keselamatan semua orang. Dengan kata lain, hanya melalui perbuatan nyatalah kita memberi kesaksian bahwa Yesus selalu membebaskan umat-Nya dari kesengsaraan.
Bersahabatlah karena TUHAN, jika kita bersahabat karena dia baik, niscaya kita akan kecewa sebab dalam dalam diri orang ada kecenderungan itu berbuat tidak baik, jika kita membenci orang karena prilaku buruknya, siap-siaplah malu sebab setiap orang bisa berubah, Bersahabatlah karena TUHAN karena hanya dengan bersandar atas kehendak TUHAN persahabatan itu akan terjalin dengan manis, kita akan terlindung dari kejahatan atau keburukan, dan jangan pernah membenci manusia. Alangkah Indahnya persahabatan tanpa melihat RAS,SUKU dan AGAMA, dan yang terpenting adalah bersahabat dengan IKHLAS tanpa ada maksud-maksud tertentu. Yesus adalah sahabat sejati. Dia tetap setia kepada kita. Kita tetap berharga di mata Tuhan kapan pun, dimana pun, berapa lama pun waktu yang sudah kita lalui, Tuhan kita tidak pernah berubah. Setiap kita datang kepada-Nya, melalui doa kita, Tuhan setia untuk menyambut kita, mendengar keluh kesah kita dan memberi penghiburan kepada kita. Kita tidak perlu meragukan kasih-Nya, kecuali kita melupakan kasih dan pimpinan Tuhan di masa yang lalu. Mari kita jadikan Yesus sebagai sahabat kita setiap hari.


Jumat, 19 Februari 2010

Renungan Minggu 21 Pebruari 2010

Mengenal Panggilan Allah
1 Timotius 6: 11-16

Apa yang Anda bayangkan ketika mendengar kata ‘panggilan’? Siapa yang pertama kali Anda bayangkan? Orang lain? Diri sendiri? Atau Tuhan? Bahasan ini sangat mendasar, kesadaran akan adanya panggilan dalam diri kita akan menggiring kita kepada suatu jalan hidup yang lain. Menyadari dengan tepat panggilan pribadi kita di hadapan Tuhan akan menentukan pola hidup, tujuan dan arah perjalanan hidup kita. Dalam bagian ini, sebagai kaum muda-mudi gereja, kita diharapkan mampu menyadari adanya panggilan Tuhan ini atas diri kita dan menjawabnya dengan kesungguhan hati demi kemuliaan nama Tuhan dan pertumbuhan iman bersama. Demikian halnya Panggilan Tuhan kepada Rasul Paulus dan juga terhadap anak didiknya Timotius.
Paulus menulis surat ini kepada Timotius untuk memberikan pengarahan dan dorongan yang dibutuhkan Timotius dalam melaksanakan pelayanannya. Paulus memanggil dan mengingatkan Timotius untuk mengajar jemaat agar jangan terpengaruh oleh ajaran-ajaran palsu yang menyesatkan. Paulus juga memberikan berbagai petunjuk tentang hal-hal yang harus ia ajarkan kepada jemaat, syarat-syarat yang berlaku dalam pemilihan seseorang menjadi penatua dan diaken jemaat. Selain itu diberikan nasihat pribadi kepada Timotius agar tidak seorang pun yang memandangnya rendah karena usianya yang masih muda (4:12), agar ia tidak mengabaikan karunia rohaninya (4:14), dan agar tidak merasa malu memberitakan Injil (2Tim. 1:8). Selain itu, ia juga memberikan nasihat praktis tentang bagaimana bersikap terhadap jemaat yang terdiri dari berbagai golongan usia; pelayanan terhadap para janda, nasihat kepada orang-orang kaya, dan sebagainya.

Mungkin Kita pernah dengar dan mengenal orang-orang seperti Hudson Taylor sebagai “Man of Prayer” dan Geoge Muller sebagai “Man of Faith”. Gelar seperti ini tidak bisa diberikan oleh universitas manapun! Karena sebutan tersebut adalah identitas diri yang datang dari integritas sejati yang dijalani sepanjang hidup. Mengenal jelas Identitas diri kita dan siapa Tuhan yang kita layani merupakan hal yang penting di dalam pelayanan. Paulus meneguhkan Timotius terhadap panggilan dan keberadaannya di hadapan Tuhan: “Tetapi engkau, hai manusia Allah.” (O, Man of God). Ini merupakan sebuah identitas yang sangat meneguhkan panggilan Timotius. Kata ini mempunyai arti: “Seorang yang berada di dalam pekerjaan pelayanan Allah, yang menjadi representatif Allah, dan berbicara atas nama Allah.” (J.N. Kelly). Sebagai umat Tuhan yang mengasihi dan melayani Tuhan, kita harus mengenal jelas siapa Tuhan kita dan siapa diri kita. Biarlah seruan Paulus kepada Timotius berbicara pada Anda hari ini, bahwa di dalam pelayanan anda adalah Manusia Allah (Men and Women of God).
Pada 15 Jun 1957, sebuah motokar baru di kubur di dalam bilik kebal di bawah halaman mahkamah di Tulsa, Amerika Syarikat. Pada Jun 2007, motokar itu digali semula ketika bandar raya itu merayakan 100 tahun Oklahoma menjadi sebuah negeri. Dalam surat khabar Tulsa World, Randy Krehbiel menulis; "Sekarang kita tahu apa yang berlaku kepada motokar Plymouth Belvedere yang dimasukkan ke dalam lubang selama 50 tahun." Air yang meresap ke dalam bilik kebal itu telah menjadikan motokar yang dahulunya berkilat sebagai sebuah tugu peringatan yang berkarat. Seorang pakar yang di upah untuk menghidupkan enjinnya mengumumkan bahawa motokar itu "tiada harapan" lagi. Ketiadaan pergerakan secara rohani mengakis jiwa seperti lembapan mengakis logam. Paulus menggesa Timotius, anak didiknya yang masih muda, untuk "sentiasa melakukan kehendak Tuhan, hidup beribadat, sentiasa percaya kepada Kristus, mengasihi saudara seiman, tabah menghadapi penderitaan dan bersikap lemah lembut" (1 Timotius 6:11). Perintah ini tiada tarikh luput. Disiplin rohani menuntut perhatian yang terus menerus dalam hidup kita. Jika kita hendak berehat, kita akan berkarat. Oswald Chambers berkata, "Daya fikir bekerja dengan paling baik apabila ia sentiasa bekerja; semakin banyak yang anda buat, semakin banyak yang anda boleh buat. Kita mesti bekerja keras untuk sentiasa bersedia bagi Tuhan. Bersihkan karat dan kilatkan selalu dengan menggunakannya." Kemampuan kita mungkin berlainan sesuai dengan umur, tetapi mengejar kehidupan yang salih tidak harus berhenti, kerana Tuhan telah memanggil kita untuk ini. Jangan Berkarat!! - David McCasland Siapakah yang menilai perbuatan kita dalam kehidupan
Dan mengadili kejayaan kita? Tuhan kita, Dia yang memberi ganjaran kepada mereka
Yang hidup untuk menyenangkan hati Tuhan. – Branon
Minggu ini disebut Minggu Invocavit: Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab (Mazmur 91:15a), setiap orang memiliki panggilan dan misi dari Allah. Ada tugas yang diberikan kepada umat manusia ketika ia diciptakan, yang karena kejatuhan dalam dosa mengakibatkan ketidaksempurnaan, bahkan kerusakan dalam menjalankan tugas tersebut. Ada panggilan keselamatan, yang Tuhan berikan kepada semua orang, karena Ia ingin agar semua orang selamat dan mengalami hubungan yang sejati dengan Sang Pencipta. Ada juga panggilan yang bersifat spesifik dan unik, karena merupakan tugas seseorang dalam hubungannya dengan Rancangan Agung Allah. Alkitab berisi tokoh-tokoh yang menerima panggilan dan tugas dari Allah, dengan cara, metode, waktu yang berbeda-beda. Mulai dari Adam sampai Yesus, kedua belas murid dan Paulus, semuanya memiliki panggilan yang unik sesuai dengan konteksnya masing-masing. Dari sudut manusia sendiri, akan ada 4 sikap yang berbeda sehubungan dengan panggilan Allah yang unik dalam hidup mereka:
1. Ada yang merasa yakin dengan panggilan Allah yang kemudian menjadi visi mereka
2. Ada yang sedang bergumul ketika menerima panggilan Allah
3. Ada yang sedang mencari apa sebenarnya yang menjadi kehendak Allah
4. Ada yang tidak terlalu peduli dengan apa yang jadi kehendak Allah, dan memilih untuk hidup bagi dirinya sendiri
Ada beberapa sebab orang tidak melayani Tuhan, dan salah satu alasannya adalah tidak melihat panggilan Tuhan itu sebagai suatu kewajiban, tetapi lebih kepada pilihan. Seharusnya kewajiban meresponi panggilan Tuhan ini terjadi secara otomatis sebagai tanda terima kasih atas anugerahNya, sehingga kewajiban melayani dilaksanakan dengan sukarela dan bukan karena paksaan. Ada panggilan Tuhan secara khusus dan ada panggilan Tuhan secara umum kepada kita. Jika Tuhan memanggil seseorang untuk tugas khusus, itu berarti Tuhan pasti akan melengkapi dan memampukan sehingga ia sanggup melaksanakan panggilan itu dengan baik, hal ini terjadi seperti panggilan Tuhan kepada Yeremia (1:4-10). Adapun dasar dari pelayanan kita adalah kasih kepada Allah dan sesama. Kasih adalah hukum Tuhan yang terutama, yang membuat segala yang kita lakukan menjadi berarti. Kasih juga merupakan kekuatan yang memampukan kita bertahan dalam menghadapi berbagai kesulitan pelayanan seperti yang dilakukan Yesus dalam masa inkarnasiNya. Yang menjadi persoalan bagi kita, adakah kita bersedia meresponi panggilan Tuhan itu? Soal mampu atau kemampuan adalah urusan Tuhan, Ia pasti memampukan kita. Kiranya Tuhan menolong kita.


Renungan Epistel Minggu Invokavit, 21 Pebruari 2010

Pergumulan Iman
Yeremia 10 : 6 – 10
Penjelasan Nas.
Jika evangelium untuk menghindar dari keinginan duniawi cinta uang, harta dan kekayaan, maka epistle ini adalah untuk melawan penyembahan berhala. Nabi Yeremia terkenal dengan suara kenabiannya yang sangat keras, tidak takut dan nubuatan yang tegas, tanpa ragu-ragu menyampaikan teguran keras bahkan kepada raja sekalipun. NAbi telah melihat dengan jelas bahwa semua unsure berhala adalah materi belaka yang dapat dimusnahkan oleh siapapun. (ay.8, berhala itu semuanya bodoh dan dungu; petunjuk dewa itu sia-sia, karena ia hanya kayu belaka. – ay.9, perak kepingan dibawa dari Tarsis, dan emas dari Ufas; berhala itu buatan tukang dan buatan tangan pandai emas. Pakaiannya dari kain ungu tua dan kain ungu muda, semuanya buatan oaring-orang ahli. --)
Yeremia tentu sangat geram dan marah apalagi dia seorang nabi dengan dasar Monotheis, Allahsatu-satunya Penguasa (ay.6, tidak ada yang sama seperti Engkau, Ya Tuhan! Engkau besar dan namaMu besar oleh keperkasaan. Ay.7, siapakah yang tidak takut kepadaMu, ya raja bangsa-bangsa? Sungguh, kepadaMulah seharusnya sikap yang demikian: sebab di antara semua orang bijaksana dari bangsa-bangsa dan di antara raja-raja mereka tidak ada yang sama seperti Engkau!). Dimana-mana ada berhala, bahkan di tempat paling jauh sekalipun (jaman dulu Tarsis adalah perbatasan paling jauh dna Ufas adalah penghasil emas, 1 Raja 10.18). Yeremia tidak lupa memperkenalkan Allah sesungguhnya (ay.10, tetapi Tuhan adalah Allah yang benar, Dialah Allah yang hidup dan Raja yang kekal. Bumi goncang karena murkaNya, dan bangsa-bangsa tidak tahan akan geramNya.)

Penerapan.
Pertanyaan, kenapa masih ada orang yang percaya kepada berhala, padahal sudah menerima dan mengenal Allah? Banyak orang Kristen maish terlihat dalam hubungan occultisme, dunia kegelapan. Sama seperti yang dihadapi Yeremia, berhala ada dimana-mana. Sekarang juga berhala ada dimana-mana, di kota atau di desa, bahkan di dunia elektronik, siaran langsung tentang aktifitas hantu di salah satu TV swasta. Atraksi penyihir di TV dan bebas mengadakan aksinya di alam terbuka. Dari semua orang Kristen yang masih terlihat dalam berhala ternyata adalah orang-orang yang masih dikuasai kekhawatiran, ketidaksabaran. Berhala dapat dilihat tetapi Allah tidak dapat dilihat (1 Timotius 6, 16). Banyak orang masih lebih yakni jika sesuatu itu dapat dilihat, semua jenis berhala dapat dilihat, digenggam, dan dia tetap dapat menikmati kebersamaannya dengan berhala itu. Tetapi Yesus berkata dan mengingatkan Thomas, Yohanes 20:29, kata Yesus kepadanya: “karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” Percaya kepada Tuhan bukan soal mata kepala, tetapi matahari.

Refleksi.
Selama ada praktek berhala di lingkungan kita, maka system peribadahan bagi dirinya sudah rusak. Dunia mengajarkan bahwa hidup di dunia ini perlu berdamai dengan dunia itu sendiri dengan cara mempercayai kekuatan dunia. Yeremia tegas berkata bahwa dunia ini tidak ada kekuatannya kecuali dari Tuhan. Bumi goncang karena murkaNya (ay.10). Tentunya Allah tidak tinggal diam bagi orang-orang yangh menduakan Allah. Banyak hal yang sudah terlihat dalam pengalaman hidup, bahwa semua orang yang terlihat dalam occltisme tidak ada satupun kehidupannya secara pribadi dan secara keluarga yang menjadi baik dan indah, akan tetapi penderitaan sepanjang masa hingga ke anak cucu. Sebaliknya percaya dengan sungguh kepada Allah dan rajin beribadah telah ditentukan oleh Allah sendiri memiliki hidup yang baik dan hidup yang kekal. Pemazmur berkata dalam Mazmur 37:25-26, dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cuucnya menjadi berkat.

Kitab Nabi Yeremia adalah kitab yang terpanjang di Alkitab, kalau dihitung dari jumlah kata. Isinya berupa pengakuan kepada kemahakuasaan Allah serta nasihat kepada umat-Nya bangsa Israel. Bagi Yeremia, Allah adalah Yang Mahakuasa, yang menciptakan bumi dengan segala kekuatan-Nya. Allah adalah juga mahahadir di mana-mana. Allah adalah Allah, bukan hanya bagi orang Yehuda, melainkan juga bagi segenap bangsa. Yeremia terpangil untuk menyampaikan pesan-pesan Allah berupa teguran Allah kepada bangsa Yehuda yang hidup dalam kebebalan dan sebagian jatuh ke dalam penyembahan berhala. Karena keberanian Nabi Yeremia menegur bangsa itu, maka ia sering mengalami kesulitan dan dikejar-kejar penguasa yang lalim dan kejam. Namun ia tetap tegar dalam menghadapi situasi yang terkadang mengancam nyawanya. Puncak ketegarannya tampak pada kenyataan di mana ia tidak takut-takut untuk menyuarakan nubuatan tentang destruksi kerajaan Yehuda (yang secara lalim diperintah antara lain oleh Raja Manasye) sebagai hukuman atas kejahatan bangsa itu. Tetapi penghakiman Allah terhadap umat-Nya, walaupun dahsyat, bukanlah kata yang terakhir yang menjadi karya terakhir Allah dalam sejarah. Anugerah dan pemenuhan atas janji Allah akan menang. Setelah penghakiman Allah, akan datang pemulihan dan pembaharuan. Israel akan dipulihkan kembali, perjanjian Allah dengan Israel, Daud dan orang-orang Lewi akan diwujudkan. Bahkan Allah akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, yakni akan menaruh Taurat-Nya dalam batin mereka dan menuliskan-Nya dalam batin mereka (31:31-34).
Sebagai pengajaran dan nasihat kepada orang Israel, Yeremia menekankan bahwa yang pertama, tidak ada yang sama seperti Tuhan Allah. Tak seorangpun manusia di dunia ini yang mampu menyamai Dia, sekalipun dari antara raja-raja, kaum penguasa dan kaum pengusaha. Ini ditekankan untuk menjawab sikap sebagian orang waktu itu yang merasa dirinya perkasa dan besar. Keperkasaan manusia terbatas, namun keperkasaan Allah tak terbatas. Hanya Tuhan Allah sendirilah yang bersifat ‘super natural’ yang keberadaannya jauh di atas pengetahuan dan kekuatan manusia. Ia adalah Pencipta dan sekaligus Pemelihara kita makhluk ciptaan-Nya. Allah sendiri mengemukakan siapa diri-Nya: “Aku akan memberitahukan kepada mereka kekuasaan-Ku dan keperkasaan-Ku, supaya mereka tahu, bahwa nama-Ku Tuhan” (16:21). Hal yang kedua yang tidak dapat disamai manusia dalam kebesaran Allah adalah kebijaksanaan-Nya. Banyak orang bijaksana di zaman nabi Yeremia yang dapat mengajarkan hikmat dan pengetahuan kepada masyarakat luas, tetapi ajaran mereka tidak mampu menjawab persoalan-persoalan kehidupan secara menyeluruh. Kebijaksanaan mereka hanya berlaku sesaat. Tetapi kebijaksanaan Allah tidak ada bandingannya, karena tidak saja menjawab persoalan manusia kini dan di sini, tetapi juga memberikan keselamatan, keampunan dosa, dan hidup yang kekal kepada umat-Nya. Inilah yang seyogianya membuat raja-raja di dunia takut kepada Allah. Allah sendirilah Raja bangsa-bangsa yang patut ditakuti oleh semua orang karena kebijaksanaan-Nya. Kebijaksanaan Allah berupa anugerah keselamatan itu direalisir melalui karya keselamatan oleh Yesus Kristus. Kristus adalah penggenapan nubuatan nabi Yeremia tentang kebijaksanaan Allah yang tidak terselami manusia. Rasul Paulus juga di Perjanjian Baru mengingatkan kebesaran kebijaksanaan Allah melalui seruan: “Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? ... Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil” (Rm. 1:20-21). Teguran Allah melalui Yeremia kepada bangsa Israel yang sebagian mempraktikkan penyembahan berhala diperinci dengan mengatakan “berhala itu semuanya bodoh dan dungu; petunjuk dewa itu sia-sia”. Istilah ‘sisa-sia’ sering dipergunakan Yeremia untuk berhala dan dewa-dewa (8:19, 14:22). Kenapa disebut bodoh, dungu dan sia-sia? Pertama, karena dewa dan berhala itu disembah buat sesuatu suku tertentu, sedangkan Allah Yahwe yang kita sembah adalah Raja bangsa-bangsa di seluruh dunia. Kedua, karena berhala itu hanya terbuat kayu belaka, perak kepingan dan emas. Semua berhala sedemikian hanyalah buatan tangan manusia, yakni tukang-tukang dan ahli-ahli. Perak kepingan di sini dibawa dari Tarsia, suatu tempat yang merujuk Tartessus di Spanyol atau mungkin juga sebuah pulau di Laut Tengah, atau mungkin pula sebuah daerah di pantai Afrika Utara. Sedangkan Ufas selaku asal emas di sini adalah sebuah tempat yang hanya disebut dalam ayat ini tanpa penjelasan di kawasan mana itu. Yeremia menyerukan umat Israel supaya jangan terperdaya dan tertipu untuk menyembah berhala seperti itu. Umat itu diserukan meninggalkan penyembahan kepada berhala buatan tangan manusia, sebaliknya agar umat itu menyembah Allah yang menciptakan alam semesta. Mereka diserukan untuk tidak mendengar petunjuk dewa, dan sebaliknya mendengar petunjuk Allah. Petunjuk Allah membawa umat manusia menuju kehidupan, sedangkan petunjuk dewa-dewa dan berhala-berhala membawa manusia ke jurang penderitaan. Sekarang ini sungguh banyak dewa dan berhala yang disembah oleh masyarakat modern. Berhala adalah sesuatu benda atau seseorang yang kita cintai dan sayangi melebihi cinta dan sayang kita kepada Tuhan. Jika kita mencintai harta kita lebih tinggi daripada kepada Tuhan, maka harta sudah menjadi berhala bagi kita. Jika kita mencintai suami atau isteri atau anak kita lebih tinggi daripada cinta kita kepada Tuhan, maka hati-hati kita telah memberhalakan suami, isteri dan anak-anak kita. Ringkasnya, jika kita mencintai atau menghargai sesuatu atau seseorang lebih daripada Tuhan, maka itu semuanya sudah menjadi berhala bagi kita. Ada sebagian orang, walaupun sudah tedaftar sebagai warga gereja, tetapi secara diam-diam masih menyembah dewa-dewa dan berhala-berhala. Ada yang menyembah “na martua gunung pusuk buhit”, atau “na martua tuktuk tarabunga”, atau “sumangot ni ompu”, dewa di gunung kidul, dan sebagainya. Hal ini dapat disebut roh-roh sinkretistis, yang mencampurkan dua atau lebih kepercayaan dalam diri satu orang. Semuanya perlu ditinggalkan karena Tuhan Allah tidak senang melihat umat-Nya menjadi penganut sinkretisme. Bahkan sekarang tidak sedikit orang yang jatuh menjadi penyembah berhala mammon, di mana bagi mereka ini uang adalah ukuran tertinggi dalam hidupnya. Apapun dihalalkan demi memperoleh uang. Di media massa sehari-hari kita baca berita tentang betapa banyak orang yang dihinggapi roh mammonisme yang berwujud pada tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme. Para pelakunya tidak mengenal tingkat sosial, jabatan dan tingkap pendidikan formal. Pembunuhan, perampokan dan penjerumusan terhadap sesama terjadi demi mewujudkan niat untuk menyembah dewa mammon. Banyak sekali orang-orang modern yang jatuh kepada hedonisme dan konsumerisme sebagai hasil dan pengaruh pendewaan uang. Nas ini ternyata sungguh relevan untuk menyerukan agar penyembah berhala dan dewa-dewa sekarang ini kembali ke jalan Allah. Ia sajalah Allah yang benar (1 Tes. 1:9). Kebenaran-Nya diwujudkan dalam karya penyelamatan oleh Dia melalui Anak-Nya Yesus Kristus yang telah membenarkan kita orang-orang berdosa. Ia juga adalah Allah yang hidup (Ul. 5:26) dan Raja yang kekal (Kel. 15:18 dan Mzm. 10:16). Keberadaan Allah yang Maha Kuasa membuat bumi goncang karena murka-Nya dan bangsa-bangsa tdak tahan akan geram-Nya. Murka dan kegeraman Allah tidak sama dengan murka dan kegeraman manusia, karena murka Tuhan adalah bahagian dari kasih-Nya yang mendidik umat-Nya. Karenanya, sejak sekarangn mulailah mencintai Tuhan lebih dari pada apa yang kita miliki dan apa yang bersama dengan kita sekarang. Utamakan mencitai Tuhan daripa cinta akan harta, uang, keluarga, hobi dan kesenangan lainnya. Jangan jadikan berhala-berhala modern hidup di sekitar pribadi, rumah tangga, kantor, usaha kita. Singkirkan segera jika berhala itu mulai menyusup ke dalam kehidupan kita. Jika kita sudah mulai menghargai suami lebih daripada Tuhan, berhentilah dan sadarlah bahwa suami itu ciptaan Tuhan, bukan Tuhan yang harus dihargai lebih daripada Tuhan. Kendati sulit untuk meninggalkan berhala-berhala modern jaman sekarang tetapi mulailah sejak dini. Yang paling berbahaya sekarang adalah, jika Hand Phone kita tinggal di rumah, kita mau kembali ke rumah untuk mengambil HP tersebut, tetapi jika Alkitab tinggal di rumah ketika mau beribadah ke Gereja, kita tidak mau kembali lagi ke rumah mengambil Alkitab tersebut. Bahkan ketika kita bangun tidur, hal yang pertama kita cari adalah HP bukan Alkitab atau Buku Ende. Hati-hati, jangan-jangan HP juga sudah termasuk berhala yang kita butuhkan dan hormati lebih dari pada Tuhan. Karena itu, hiduplah dalam kehendak Allah. Amin.


Renungan Hari Sabtu, 20 Pebruari 2010

Contoh Iman Pemimpin Rohani
Ibrani 13: 7
Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.
Jendral Charles Gordon pernah mengajukan pertanyaan ganda kepada Li Hung Chang, seorang pemimpin Tiongkok yang sudah lanjut usia, demikian: "Apakah kepemimpinan? Dan bagaimana umat manusia dapat digolongkan?" Ia menerima jawaban yang mengandung arti tersembunyi: "Hanya ada tiga macam orang di dunia ini, yaitu mereka yang dapat digerakkan, mereka yang tidak dapat digerakkan dan mereka yang menggerakkan orang-orang itu."
Kepemimpinan rohani merupakan satu campuran antara sifat-sifat alamiah dan rohani. Sifat-sifat alamiah pun bukannya timbul begitu saja, melainkan diberikan oleh Allah, dan oleh karena itu sifat-sifat ini akan mencapai efektivitasnya yang tertinggi, jika digunakan di dalam melayani Allah dan untuk kemuliaan-Nya. Definisi-definisi yang disebutkan tadi adalah mengenai kepemimpinan secara umum. Walaupun kepemimpinan rohani mencakup sifat-sifat ini, masih ada unsur-unsur yang melengkapi dan yang lebih utama daripada sifat-sifat itu. Kepribadian merupakan faktor yang terpenting dalam kepemimpinan alamiah. "Taraf pengaruh seseorang bergantung pada kepribadian orang itu," tulis Lord Montgomery, "pada kekuatan 'daya pijarnya', pada nyala yang ada di dalam dia, dan pada daya tarik yang akan menarik orang-orang lain kepadanya."

Tetapi seorang pemimpin rohani mempengaruhi orang lain bukan dengan kekuatan kepribadiannya sendiri saja, melainkan dengan kepribadian yang diterangi, ditembusi dan dikuatkan oleh Roh Kudus. Oleh karena ia membiarkan Roh Kudus mengatur hidupnya dengan sepenuhnya, maka kuasa Roh dapat mengalir melalui dia kepada orang lain dengan tidak terhalang.
Kepemimpinan rohani merupakan masalah kuasa rohani yang lebih tinggi nilainya dan yang tidak dapat ditimbulkan sendiri. Tidak ada seorang pun yang menjadi pemimpin rohani atas usaha sendiri. Ia mampu mempengaruhi orang lain secara rohani hanya karena Roh Allah dapat bekerja di dalam dan melalui dia sampai pada taraf yang lebih tinggi daripada orang-orang yang dipimpinnya.
Sudah menjadi satu prinsip umum bahwa kita dapat mempengaruhi dan memimpin orang lain sejauh kita sendiri melangkah. Orang yang akan berhasil adalah orang yang memimpin bukan hanya dengan menunjukkan jalannya saja, tetapi juga dengan menjalaninya sendiri. Kita menjadi pemimpin sejauh kita mengilhami orang lain untuk mengikut kita.
Pemimpin rohani adalah: Percaya kepada Allah Juga mengenal Allah Berusaha mencari kehendak Allah Tidak menonjolkan diri sendiri Mencari dan mengikuti cara Allah Suka mentaati Allah Didorong oleh kasih kepada Allah dan manusia Bergantung pada Allah.
Inilah keyakinan Dr. A.W. Tozer: Seorang pemimpin yang benar dan dapat dipercaya mungkin sekali adalah orang yang tidak ingin memimpin, tetapi dipaksa memegang pimpinan oleh dorongan Roh Kudus dari dalam dan tekanan keadaan dari luar. Orang-orang seperti itu adalah Musa dan Daud dan para nabi dalam Perjanjian Lama. Saya kira, sejak Paulus sampai sekarang, boleh dikata tidak ada pemimpin besar yang tidak dipanggil oleh Roh Kudus untuk tugas itu, dan ditugaskan oleh Tuhan yang mengepalai Gereja untuk menempati satu kedudukan yang tidak begitu disukainya. Saya percaya bahwa umumnya orang yang ambisius untuk memimpin biasanya tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin. Seorang pemimpin sejati tidak mempunyai keinginan untuk berkuasa atas milik Allah, melainkan ia akan rendah hati, lembut, penuh pengorbanan dan bersedia memimpin, dan apabila Roh menyatakan dengan jelas bahwa ada orang yang lebih bijaksana dan berbakat daripada dirinya sendiri, ia juga rela untuk menjadi pengikut.
Setiap orang yang terlibat dalam kepepmimpinan gereja seharusnya mengetahui dan mengenal Tuhan dan percaya dalam kebenaran yang terdapat dalam FirmanNya untuk menentukan langkah hidupnya. Kita belajar dari teladan yang ditunjukkan para pemimpin rohani dan bahkan tokoh-tokoh dalam Alkitab yang memberikan kita harapan untuk lebih baik lagi kedepan hidup kita. Kita bisa ingat bagaimana cara hidup mereka dan menelisik cara Allah menyertai dan memakai mereka sebagai alatNya untuk rencana-rencana besar dan mengungkapkan rancangan-rancangan Allah yang begitu dahsyat. Sehingga hal itu menguatkan iman kita kepada Allah untuk serta memakai kita melaksanakan rencanaNya. Pemimpin rohani yang benar-benar dipakai oleh Allah dan Anda harusnya menyembah Tuhan di tempat dimana Anda dapat merasakan kehadiran dan kuasa Tuhan. Melalui Tuhan, Anda akan membangun diri anda menjadi orang yang sesuai kehendakNya dan siap berhadapan dengan tantangan kehidupan. Dan sebagai jemaat yang aktif dalam keluarga gereja, hidup Anda akan semakin kaya melalui kuasa transformasi yang ada dalam penyembahan kepada Tuhan secara kesatuan.



Renungan Hari Jumat, 19 Pebruari 2010

Menegakkan Keadilan
Ulangan 16: 19
"Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar."
Berbicara tentang suap bukanlah hal yang tabu, baru atau mengejutkan lagi di negeri ini, bahkan bisa dikatakan bahwa praktek suap-menyuap sudah membudaya di berbagai aspek kehidupan dan sukar diberantas. Hari ini firman Tuhan dengan keras memperingatkan kita agar tidak terlibat dalam hal suap-menyuap ini. Apa pun alasanya praktek suap itu tidak berkenan dan sangat dibenci oleh Tuhan.
Banyak orang melakukan suap demi memperlancar suatu urusan. Tanpa ada 'uang pelicin' rasa-rasanya segala urusan tidak dapat berjalan dengan baik. Di zaman sekarang ini segala sesuatunya dapat dibeli dengan uang. Bahkan di bidang hukum (peradilan) pun uang yang berbicara. Yang benar bila disalahkan, sebaliknya yang salah menjadi benar. Itulah dunia! Dengan memiliki uang banyak siapa pun bisa melakukan apa saja yang diinginkan. Di manakah ada kebenaran dan keadilan sejati? Pengkhobah menyatakan, "Ada lagi yang kulihat di bawah matahari: di tempat pengadilan, di situpun terdapat ketidakadilan, dan di tempat keadilan, di situpun terdapat ketidakadilan." (Pengkhotbah 3:16). Dengan suap, kebenaran bisa diputarbalikkan! Tapi sekarang ini jauh berbeda, banyak orang dengan mudahnya berkompromi, apalagi bila ada segepok uang di depan mata, masalah dosa menjadi nomor dua! Suap itu memang enak, tetapi hati nurani akan terus mendakwa kita!

Manakala kita mengakui dan percaya Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan tidak berarti kita merendahkan atau menafikkan nilai keberadaan agama dan keyakinan di luar iman Kristen. Percaya kepada Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan dan Hakim justru membuka ruang dan dimensi spiritualitas yang lebih luas bagi pemerintahanNya untuk menguasai kehidupan kita, sehingga kehidupan kita sepenuhnya dikuasai oleh kasih dan keadilanNya. Makna iman kepada Kristus justru menjadi manifestasi dari spiritualitas dari umat percaya yang ditandai oleh sikap pertobatan, yaitu kesediaan untuk membuang segala bentuk superioritas diri, kesombongan rohani dan segala hawa nafsu duniawi.
Dalam realita hidup memang kita sadari bahwa spiritualitas yang dimaksud memang tidak mudah dimanifestasikan. Dengan sikap prihatin kita menyaksikan beberapa anggota jemaat atau kalangan orang Kristen tertentu yang bersikap arogan dan merasa diri superior kepada sesamanya. Kita juga melihat bagaimana umat dari berbagai kepercayaan dan agama-agama gemar membuat “klaim-klaim kebenaran” dengan menistakan agama lain. Dalam konteks ini hakikat kebenaran Kristus yang dinyatakan dalam iman Kristen tidak boleh menjadi sekedar “klaim kebenaran”. Hakikat kebenaran Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan tidak boleh menjadi propaganda agama. Kebenaran Kristus dan karya keselamatanNya hanya boleh dibuktikan dalam tindakan kasih kepada sesama. Sebagaimana karakter utama dari Kristus adalah roh hikmat dan pengertian, maka selaku umat Kristen kita harus selalu mengedepankan sikap arif dan pemahaman yang mendalam terhadap berbagai persoalan kehidupan ini. Juga sebagaimana karakter utama dari Kristus adalah sikap yang takut akan Allah dengan memberlakukan keadilan, maka kita selaku umatNya juga dipanggil untuk melawan setiap jenis dosa dan menjadi pembela bagi setiap orang yang tertindas. Di tengah-tengah dunia yang cenderung mengobarkan api kebencian dan permusuhan, maka kita dipanggil oleh Kristus untuk mengobarkan api cinta-kasih, pengampunan dan kemurahan hati. Sehingga seluruh hidup dan pelayanan kita pada hakikatnya bertujuan untuk menciptakan keadaan syalom yaitu keselamatan dan damai-sejahtera Allah. Sikap yang sama juga dinyatakan oleh rasul Paulus, yaitu: “Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus” (Rom. 15:5-6).


Rabu, 17 Februari 2010

Renungan Hari Kamis, 18 Pebruari 2010

Teguh Dalam Iman
1 Korintus 16: 13-14
"Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat! Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!"
Nas ini adalah seruan dari Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus dan kepada semua jemaat di segala tempat (I Korintus 1:1-2). Paulus meminta mereka agar bersikap sebagai laki-laki. Yang menjadi pertanyaan? Apakah surat ini ditujukan khusus kepada kaum laki-laki saja? Lalu, Mengapa Paulus meminta jemaat untuk bersikap sebagai laki-laki? Jawabannya adalah: Tidak! Paulus tidak menujukan surat ini khusus kepada laki-laki saja. Bahkan dalam I Korintus 1 : 2 Paulus menujukan surat ini kepada setiap jemaat di segala tempat apakah itu laki-laki maupun perempuan yang berseru kepada Tuhan. Jadi jika Paulus meminta untuk setiap jemaat bersikap sebagai laki-laki itu karena ada hal positif dari sikap seorang laki-laki sejati yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya yaitu “keberanian”. Rasul Paulus ingin memberikan nasehat yang sangat penting bagi jemaat tersebut. Nasehat ini tidak secara diberikan untuk sekedar memenuhkan atau sekedar tambahan dari pesanannya, melainkan dia sampaikan dengan maksud yang sangat tinggi yaitu untuk menghindari berbagai perbedaan dan pemahaman theologia yang berbeda di antara jemaat Korintus itu juga Oleh sebab itu lewat tema di atas, kita mau melihat bagaimana nasehat Paulus untuk bisa menjadi kuat. Ada 5 perintah yang harus dilakukan oleh umat Tuhan di hari-hari akhir:
1. Berjaga-jagalah! “Lihatlah Aku datang seperti pencuri, Berbahagialah dia yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya; supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya.” Why 16:15. Perhatikanlah pakaianmu! (perbuatan, tingkah laku, sikap hidup) Apa yang membuat telanjang? DOSA! Waktu Adam berbuat dosa, maka dia mendapati dirinya telanjang. Luk 17:34-36, “Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang diatas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan diangkat dan yang lain akan ditinggalkan. (Kalau ada dua orang diladang, yang seorang akan dibawa, dan yang lain akan ditinggalkan).” Ada dua orang diatas satu tempat tidur, ini berbicara suami-istri – yang satu diangkat dan yang satu ditinggal.
Perhatikan sungguh-sungguh! Jangan sampai hal ini terjadi dalam hidupmu! Suami-istri, dua-duanya harus berjaga-jaga, para wanita dan pria, tua muda maupun anak-anak, jangan sampai kesibukkanmu membuat saudara asyik dan ditinggal waktu Yesus datang yang kedua kali! Jangan sampai keindahan dan kesenangan dunia menarik saudara dan membuat saudara menjadi lengah dan tidak berjaga-jaga, seperti kisah keluarga Lot. Seharusnya Lot sudah keluar dari Sodom sebelum Allah menghukum kota itu, tetapi karena dia asyik dengan keindahan dan kenikmatan hidup kota itu yang membuat dia betah….sehingga Allah yang harus menarik dia keluar dari Sodom. Tetapi karena roh duniawi/roh Sodom sudah masuk/mempengaruhi keluarga Lot, maka akhirnya Lot dan keluarganya binasa juga. Yesus memberikan perumpamaan dalam Mat 25:1-3, 5 gadis bijaksana dan 5 gadis bodoh yang menyambut mempelai laki-laki. Yang membedakan mereka adalah gadis yang bijaksana membawa pelita beserta dengan minyaknya sedangkan yang bodoh tidak membawa persedian minyak. Karena sang pengantin pria tidak datang-datang, maka mereka semuanya tertidur dan tiba-tiba tengah malam pada waktu mempelai pria itu datang maka 5 gadis yang bodoh ini pelitanya padam dan tertinggal, sedangkan 5 gadis yang bijaksana ini masuk dalam pesta perjamuan kawin.
Umat Tuhan yang saya kasihi, hiduplah dipimpin oleh Roh Kudus, bukan hanya dipenuhi Roh Kudus tetapi sampai Roh Kudus yang tinggal dalam rohmu, menguasai dan memimpin seluruh hidupmu!
2. Berdirilah dengan teguh dalam iman! Diperlukan iman yang bertumbuh, dan iman bertumbuh lewat pendengaran akan firman Tuhan. Rom 10:17, “Jadi iman timbul dari pendengaran dan pendengaran akan firman Tuhan.” 1Yoh 5:4, “Sebab semua yang lahir dari Allah mengalahkan dunia dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.” Bila kita hidup dipenuhi firman Tuhan, maka iman kita bertumbuh, sehingga bukan dunia/kesenangan dunia yang mempengaruhi kita, tetapi kita yang akan mengalahkan dunia! Mari umat Tuhan, biarlah kesukaanmu adalah melakukan kehendak Tuhan dan Firman Tuhan senantiasa ada dalam hatimu.
3. Bersikaplah sebagai laki-laki! Mempunyai roh yang perkasa (tidak cengeng/iba diri) dan memiliki hati bapa (yang melindungi/menjaga). Maz 18:33-35, “Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku rata; yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri dibukit; yang mengajar tanganku berperang sehingga lenganku dapat melenturkan busur tembaga.” Hati bapa bukan hanya untuk kaum pria saja tapi para wanita juga, karena hati bapa itu sesungguhnya adalah hati Bapa Surgawi yang diberikan kepada kita supaya kita salurkan kepada orang lain.Selalu melindungi; menjaga dan memperhatikan orang lain. Dunia saat ini membutuhkan gereja yang mempunyai hati bapa dan biarlah umat Tuhan ditempat ini tumbuh menjadi dewasa sehingga bisa mempunyai hati bapa. (Mal 4:5).
4. Tetap kuat! Dan 11:32b, “…tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak.” Hanya umat yang mengenal Allahnya atau umat yang punya persekutuan yang sangat erat dengan Allahnya yang pasti kuat. Yes 30:15b, “…dalam tinggal tenang dan percaya, terletak kekuatanmu!” Yes 40:31, “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru, mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu; mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” Kenalilah Allahmu dengan sungguh-sungguh lewat hubungan pribadimu yang semakin intim dengan Dia; maka saudara pasti kuat! (Biar bumi bergoncang dan badai menerpa; kita selalu kuat!)
5. Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih! 1Yoh 4:7-8, “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi sebab kasih itu berasal dari Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah tiu kasih.” 1Pet 4:8, “Tetapi yang terutama: Kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.” Ditengah-tengah kasih dunia yang sudah dingin, biarlah gereja bangkit menyatakan kasih Allah dan dalam segala hal yang kita lakukan, buatlah itu untuk menyenangkan Tuhan dan mengasihi sesama.

Dari kondisi kerohanian ini Rasul Paulus mau mengajak jemaat Korintus untuk mau menghadirkan kasih dalam pola hidup mereka, sehingga hidup mereka boleh berubah dari berbagai kejahatan tersebut. Oleh sebab itu dengan nasehat Rasul Paulus ini, kita juga hendaknya menghadirkan kasih dalam segala sesuatu yang akan kita lakukan sehingga dalam hal tersebut kita dapat memuliakan nama Tuhan. Dari ketiga hal inilah kita dapat memiliki kekuatan dalam mengikut Tuhan dengan kekuatan yang tiada habis-habisnya sehingga berbagai tipuan dari si jahat itu kita dapat melawannya. Itulah sebabnya kita dituntut untuk mau memohon pertolongan Tuhan untuk senantiasa Ia memberikan pertolongan dan kekuatan.

Jamita Minggu Kantate (Endehon hamu ma di Jahowa ende na imbaru) – 28 April 2024

Ingkon Mamujimuji Jahowa do Angka na Usouso Di Ibana  ( Orang Yang Mencari Tuhan Akan Memuji NamaNya) Psalmen 22: 26 – 32     a)  ...