Senin, 02 Mei 2011

Renungan Hari Jumat, 25 Pebruari 2011


Berserah Pada Kuasa Allah
Yesaya 53 : 7
Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya
Tatkala Yesus ditangkap dan akan disalibkan, Ia tidak melawan. Tatkala Ia diadili Ia tidak membela perkara-Nya di hadapan Mahkamah Agama dan pula di hadapan Pontius Pilatus yang mengadili perkara-Nya. 
Mengapa Ia diam seribu bahasa? Bukankah Ia berhak mendapatkan pembelaan atas perkara yang dihadapi-Nya? Ia diam seribu bahasa, karena Ia tahu bahwa jalan yang ditempuh-Nya itu sudah ditetapkan dari semula oleh Bapa-Nya. Nabi Yesaya telah menubuatkan dari sejak semula, bahkan tiga ratus tahun sebelum masa itu terjadi di Yerusalem. 
Manusia yang seharusnya mendapat hukuman kekal beroleh pengampunan melalui salib dan pengorbananNya, suatu pengampunan yang lahir dari sebuah penderitaan. Sungguh, Ia menyediakan pengampunan bagi setiap orang yang mengakui dosa dan kesalahannya, serta percaya padaNya, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9), bahkan “sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.” (Mazmur 103:12). Kita dituntut untuk bisa mengampuni orang lain. Ingat, bila kita tidak mau mengampuni, Bapa di sorga pun tidak akan mengampuni kita.
Pengorbanan Kristus yang diibaratkan seperti domba tersebut merupakan indikator hebat akan kasih-Nya yang penuh kuasa. “Tidak ada kasih yang lebih besar,” kata-Nya, “daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:13). Pikirkanlah itu. Yesus mengasihi kita sedemikian besarnya!
Ini sebuah pelajaran bagi kita orang yang mengikut Dia di dalam hidup ini. Menyerahkan diri pada Allah dan berdiam diri dalam penderitaan bukan berarti pasrah terhadap nasib. Sebab Allah bekerja dengan cara-Nya sendiri untuk menggenapkan rencana-Nya atas kehidupan kita. Orang melihat kematian Yesus di kayu salib adalah akhir dari karya-Nya di dunia ini. Tetapi dari sudut pandang Allah, kematian-Nya itu adalah awal dari karya-Nya yang luar biasa akan merebak ke seluruh dunia. Sebab Ia akan bangkit dari antara orang mati. Kebangkitan-Nya akan merubah orang diseluruh dunia dari zaman ke zaman hingga akhir zaman kelak.

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...