Sabtu, 21 Mei 2011

Hari Selasa 19 April 2011

Berbuat Baik
Yakobus 4 : 17
Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa
Berdosa, selama ini banyak orang yang tidak mengerti kalau itu merupakan perbuatan dosa. Selama ini kita menganggap tidak melakukan berarti tidak berdosa, masuk dalam kategori aman, toh tidak melakukan perbuatan dosa.
Bilamana Anda mengabaikan teman Anda yang sedang berada di tepi jurang, dan Anda diam saja, Anda berdosa. Sedangkan dalam Taurat pun Allah sudah mengatakan perihal ini. Jika ada keledai atau lembu milik saudara kita yang rebah di jalan, maka Anda harus menolongnya beserta dengan saudara Anda itu. Dan Yesus melengkapi firman ini melalui perumpamaan tentang seorang Samaria yang murah hati (baca: Lukas 10:25-37). Orang Samaria dibenci oleh orang Yahudi sebab mereka dianggap sebagai orang Yahudi yang sudah tercemar. Tetapi justru orang yang dianggap mulia seperti imam dan orang Lewi sama sekali pura-pura tidak tahu kalau ada orang yang sedang terluka di pinggir jalan. Pura-pura tidak tahu! Itulah jurus yang mereka pakai ketika
melihat orang yang terkapar di pinggir jalan. Tetapi orang Samaria yang dianggap rendah itu tergerak oleh belas kasihan dan ia membawa dan membalut luka-lukanya. Tidak hanya sampai di situ saja. Ia menyewa kamar dan membaringkan orang itu lalu merawatnya. Jadi pertolongan yang dilakukannya tidaklah setengah-setengah, melainkan sampai tuntas.
 Ada begitu banyak kecurangan, ketidakadilan, dan masalah di sekitar kita. Bagaimana sikap kita selama ini? “Cari aman saja ah, daripada kena getahnya,” begitu barangkali semboyan kita. Untuk apa cari masalah, jangan sampai “tidak makan nangka kena getahnya.” Barangkali kita juga takut dituduh ikut campur. Sementara itu Rasul Yakobus berkata, “Jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.” Jadi, maukah kita melawan dorongan untuk berdiam diri atau acuh ta acuh?
Ada banyak orang yang melakukan perbuatan baik, melakukan amal dimana-mana, namun dalam kehidupan pribadinya ia bertolak belakang dengan sosok yang ia tampilkan. Mereka berbuat baik supaya dapat pujian dan sanjungan. Yang baik belumlah tentu benar di hadapan Tuhan. Yang terpenting adalah apa yang ada dalam hati kita. Tidaklah penting berapa banyak hal yang kita perbuat atau apa yang orang lain pikir tentang diri kita. Jauh lebih penting adalah didapati benar di hadapan Tuhan. Jadi, janganlah berhenti sampai berbuat baik. Tapi mari kita melakukan perbuatan yang berkenan kepada Allah dan melakukannya sesempurna yang kita bisa.

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...