Rabu, 04 Mei 2011

Hari Minggu Reminiscere, 20 Maret 2011

Terimalah Yesus Dalam Hidupmu
Matius 12 : 38 - 42
Injil Luk 11:29-32 dan Mat 12:38-42 adalah perikop yang menceritakan tentang ajaran Yesus tentang Tanda Nabi Yunus, yang di utus Tuhan ke kota Niniweh (sekarang Irak). Akibat kabar yang disampaikan oleh Nabi Yunus, penduduk kota Niniweh bertobat (Yun 3:6-9) karena mereka mengakui nabi Yunus dan menerima pesan yang disampaikannya. Sedangkan Yerusalem, tidak mengakui Yesus, padalah nabi Yunus hanyalah gambar bayangan jika dibandingkan dengan Yesus.
Yesus menanggapi permintaan orang Farisi yang meminta tanda, dengan mengajarkan tanda Yunus yang dikaitkan dengan tanda yang akan disampaikan-Nya. Tanda yang dimaksud adalah kebangkitan-Nya dari alam maut. Kebangkitan Yesus adalah tanda/ mukjizat yang terbesar dan sempurna untuk membuktikan ke- Allahan-Nya, dan keilahian ajaran dan misi-Nya di dunia. Sama seperti ikan besar menelan nabi Yunus selama tiga hari, maka perut bumi akan menelan Yesus selama tiga hari sebelum Ia bangkit dari mati. Tanda Yunus ini pulalah yang menjadi acuan ketika Rasul Paulus mengajarkan bahwa Yesus bangkit pada hari ketiga, sesuai dengan Kitab Suci (lih. 1 Kor 15: 3-4).
Yesus kemudian membuat satu lagi perbandingan: ratu dari Selatan yang adalah Ratu dari Sheba, yang berasal dari daratan baratdaya Arab (sekarang Yemen), mengunjungi Raja Salomo (lih. 1 Raj 10: 1-10) dan sangat terkagum-kagum oleh kebijaksanaan Raja Israel tersebut. Yesus jugalah yang digambarkan secara samar-samar oleh Raja Salomo, yang menurut tradisi Yahudi adalah lambang orang yang bijaksana. Teguran Yesus diperjelas dengan kenyataan bahwa mereka yang adalah orang-orang pagan [penduduk Niniweh dan ratu dari Selatan] bertobat setelah mendengar pengajaran Tuhan, namun orang-orang Yahudi yang pada waktu itu mendengarkan Yesus, bahkan tidak mengenali pesan Tuhan yang disampaikan-Nya. Pertobatan orang-orang pagan tersebut merupakan akan gambaran awal bahwa iman Kristiani akan juga menjangkau orang-orang non- Yahudi.
Maka, pada hari penghakiman, ratu dari Selatan ini yang telah menerima pesan Allah, akan bangkit dan turut mengadili orang-orang Yahudi, karena ia termasuk dalam bilangan orang-orang percaya sedangkan orang- orang yang menolak Yesus masuk dalam bilangan orang-orang yang tidak percaya (lih. 1 Kor 6:2).
Manusia mudah sekali dibawa ke dalam konsep yang salah, hal ini tidak aneh sebab sebelumnya telah mempunyai konsep iman yang palsu, yakni iman yang berpijak pada “allah-alah idol.“ Dunia berpendapat bahwa agama itu tidak lebih sebagai hasil pemikiran budaya. Jauh sebelumnya, golongan Farisi dan para ahli Taurat juga mempunyai konsep yang sama. Richard Niebuhr dalam bukunya Christ and Culture mengemukakan orang Yahudi sangat membenci Kristus sebab tanda Kristus membentur keagamaan Yahudi dan menghantam budaya Yahudi. Orang Yahudi telah menempatkan budaya di posisi paling atas dan hasil budaya antara lain, seni, arsitektur, tradisi termasuk keagamaan. Salah! Budaya telah bercampur dengan tradisi dan agama. Merupakan suatu kesalahan fatal kalau kita menyembah agama sebagai produk budaya; orang tidak akan pernah bertemu dengan Allah sejati karena “allah“ yang kita sembah itu tidak lebih hasil pemikiran kita secara budaya. Inilah keagamaan humanistik yang hari ini dijalankan oleh hampir seluruh manusia di setiap tatanan hidup dan semua kultur manusia. Alkitab menegaskan Allah harus berada di atas budaya dan Allah yang harus membentuk budaya; budaya harus tunduk di bawah agama. Kristus adalah the Lord of Culture dan orang Yahudi tidak suka hal ini, itulah sebabnya mereka bersepakat untuk membunuh Yesus Kristus. Orang Yahudi tidak ingin iman sejati itu berada di atas budaya. Teologi Reformed menyadari bahwa culture mandate harus tunduk di bawah iman; budaya harus kembali pada Kristus, the Lordship of Culture sebab Dia satu-satunya sandaran mutlak bagi manusia.

Keagamaan humanisme selalu menuntut Tuhan yang mesti cocok dengan diri kita. Inilah sikap manusia berdosa dan gejala ini telah masuk dalam semua manusia bahkan hampir seluruh agama. Termasuk orang Kristen hanya mau ikut pada “Tuhan“ yang sesuai dengan keinginannya. Tuhan Yesus telah memberikan tanda seperti yang diminta oleh orang Farisi dan para ahli Taurat. Kota Niniwe didiami oleh orang-orang jahat itulah sebabnya, Yunus melarikan diri ketika ia diutus Allah untuk pergi memberitakan Injil Pertobatan, ia tidak rela kalau kota yang kejam dan jahat ini mendapat pengampunan dari Tuhan. Apalagi Kristus, Ia rela datang dan mengampuni setiap manusia berdosa yang tidak layak mendapat pengampunan dari Tuhan. Kalau Yunus saja tidak rela terlebih lagi Anak Allah seharusnya lebih tidak rela menyelamatkan manusia berdosa namun kalau Tuhan masih berkenan menyelamatkan kita maka itu merupakan suatu anugerah besar. Inilah tanda sejati yang Kristus berikan dan tunjukkan namun sangatlah disayangkan, dunia tidak dapat mengerti dan melihat tanda sejati. Mereka sangat bebal. Kalau Allah sudah sangat mencintai Niniwe, kota yang seharusnya dihukum apalagi pada kita, manusia berdosa, Tuhan sangat mencintai kita; Dia mengirim anak-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan manusia berdosa. Kristus ingin membawa kita kembali pada kebenaran sejati.
Tanda yang Kristus berikan mempunyai makna dan nilai yang jauh lebih besar daripada sekedar tanda yang diharapkan oleh orang Farisi dan ahli Taurat. Kristus juga memberikan tanda lain dengan menggunakan gambaran hikmat yang dimiliki oleh Salomo. Dengan kata lain, Tuhan Yesus mau menegaskan bahwa hikmat yang Ia berikan jauh lebih besar dari hikmat Salomo. Problematika yang sama masih terjadi di abad 21, manusia sulit menerima kebenaran sejati; manusia lebih suka diberikan sesuatu benda yang cocok dengan nafsunya. Biarlah kita melihat dan mengerti tanda Kristus yang sejati dan tanda itu semakin menguatkan iman kita; kita tidak mudah diguncangkan oleh berbagai-bagai ajaran sesat yang berkembang hari ini. Dunia tidak membutuhkan orang pandai, dunia membutuhkan orang bijaksana – orang yang dapat mempertim-bangkan semua aspek dengan matang lalu mengambil keputusan tepat seperti kehendak Allah. Bijaksana sejati itu bisa kita dapatkan dalam Kristus Yesus; Dia adalah satu-satunya sumber bijaksana sejati. Hendaklah kita menjadi bijaksana, kita dapat melihat tanda sejati yang Kristus berikan. Tidak ada apapun di dunia yang dapat melawan Ketuhanan Kristus. Biarlah kita mengevaluasi diri, apa yang telah kita perbuat bagi-Nya, sudahkah engkau giat bekerja bagi-Nya? Memohonlah pada Allah supaya kita diberikan kekuatan dan kebijaksanaan supaya kita dapat men-Tuhankan Kristus dalam seluruh aspek hidup kita.

Marilah kita berdoa agar kita dapat semakin mengimani Yesus Kristus, agar kita dapat termasuk di dalam kawanan orang-orang yang percaya dan karenanya dapat masuk ke dalam kerajaan Surga.

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...