Senin, 02 Mei 2011

Renungan Hari Selasa, 22 Pebruari 2011


Mendengar Suara Allah
Mazmur 143 : 8
Perdengarkanlah kasih setia-Mu kepadaku pada waktu pagi, sebab kepada-Mulah aku percaya! Beritahukanlah aku jalan yang harus kutempuh, sebab kepada-Mulah kuangkat jiwaku
Bila ditanya pada kita apakah yang pertama kita dengar dalam keseharian hidup kita? Jack Hayford mengatakan bahwa kunci atau rahasia untuk tetap mengikuti arus kegerakan Tuhan dan tetap berhasil adalah hati yang mendengar. Faktanya dalam perjalananan hidup kita ada banyak suara yang kita dengar dan suara-suara itu bisa mempengaruhi cara berpikir, yang juga  bisa mempengaruhi kita  ketika mengambil keputusan demi keputusan  dalam  perjalanan hidup.
Misalnya ketika kita baru saja dilahirkan oleh ibu kita ke dunia ini, sebagai bayi kecil yang lucu dan masih sangat polos, saya rasa tidak ada satupun dari kita yang bisa mengatakan kepada bayi itu bahwa suara ini adalah suara mama dan papa kita. Dan kenyataannya, memang seorang bayi tidak mengerti akan hal itu juga. Tapi sejalan dengan waktu yang dihabiskan bersama, melalui kebersamaan yang terjalin di antara sang bayi dan sang ibu, akhirnya akan tiba pada satu usia di mana bayi itu akhirnya bisa ‘menangkap’ dari suara itu bahwa itulah suara mama, dan itulah suara papa. Kalau saja yang terjadi, bayi itu ditinggalkan oleh ibunya sejak ia masih sangat kecil, entah karena peristiwa apapun, lalu posisi itu digantikan oleh ‘ibu’ yang lain pun , maka untuk bayi itu, suara yang lebih sering ia dengar itulah yang akan ia anggap sebagai ‘ibu’nya, siapapun dia,   begitulah cara kita bisa mengenal suara Allah.
Kalau kita sudah bisa menangkap maksud Allah, maka akan lebih mudah untuk bisa membedakan mana suara Tuhan dan mana yang bukan. Tapi sekali lagi, memang butuh waktu, proses dan latihan yang terus menerus. Bisa jadi, sesekali anda mengalami kesalahan. Tapi jangan putus asa. Lakukan lagi dan lagi, terus minta hikmat kepada Tuhan. Karena Tuhan sendiri yang menyuruh kita untuk meminta hikmat kepada yang kekurangan hikmat.
Daud mempersembahkan persembahan kepada Allah, lalu ia menantikan TUHAN memperdengarkan kasih setia-Nya dan TUHAN pun menunjukkan jalan yang harus dia tempuh pada hari yang akan dijalaninya. Bukankah itu sebagai satu teladan bagi kita. Semakin kita dekat kepada TUHAN, semakin kita tidak bersandar kepada pengertian kita sendiri. Semakin kita tergantung pada TUHAN untuk hal apa pun yang harus dilakukan di dalam hidup ini.

Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...