Nama Tuhan Besar
Maleakhi 1 : 11
Sebab dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat dibakar dan dipersembahkan korban bagi nama-Ku dan juga korban sajian yang tahir; sebab nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, firman TUHAN semesta alam
Sebelumnya kita ketahui dalam sejarah Bangsa Israel ketika dalam perbudakan di Mesir; bahwa dewa-dewi Mesir yang dipercaya oleh Firaun tidak sanggup melepaskan bangsa Mesir dari datangnya berbagai tulah yang telah direncanakan Allah. Pegawai-pegawai Firaun telah sangat ketakutan dan membujuk Firaun untuk menyerah dan membiarkan bangsa Israel meninggalkan Mesir, tetapi Firaun tetap berkeras hati. Dewa-dewi yang berkaitan dengan kesuburan tanah tidak berdaya menahan datangnya wabah belalang yang merusak seluruh kehidupan di luar rumah serta mengganggu kehidupan di dalam rumah. Amon-Ra atau dewa matahari, yaitu dewa tertinggi dalam kepercayaan Mesis, tidak berdaya menahan kegelapan yang meliputi seluruh Mesir. Bayangkan betapa mengerikannya kegelapan total yang berlangsung selama tiga hari itu. Firaun, yang juga dianggap sebagai dewa oleh bangsa Mesir, baru akan menyerah setelah Allah menurunkan tulah kesepuluh, yaitu kematian semua anak sulung orang Mesir, termasuk anak sulung Firaun sendiri.
Kisah kekerasan hati Firaun yang terus berusaha melawan kuasa Allah yang tak tertandingi itu seharusnya mengingatkan manusia pada masa kini agar bersikap peka terhadap peringatan Allah, sehingga kita bisa terhindar dari hukuman yang paling dahsyat, yaitu hukuman kekal dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang (Wahyu 21:8). Anggaplah kehidupan kita saat ini sebagai kesempatan yang masih diberikan Tuhan kepada kita untuk bertobat (2 Petrus 3:9).
Kurangnya pengenalan akan Allah dan kehendak-Nya membuat kita sering merasa berhak melakukan apa pun yang kita inginkan. Sebenarnya, anugerah keselamatan yang kita terima membuat kita menjadi milik Allah, sehingga kita harus melakukan kehendak Allah di bumi. Bila hal ini kita pahami, kita tidak akan bersikap cuek atau tidak mau tahu terhadap kehendak Allah, melainkan kita akan selalu siap setiap saat jika Allah memanggil kita untuk melayani, dan kita akan memiliki kerinduan untuk terlibat dalam perkerjaan Tuhan di dunia ini, khususnya di gereja kita masing-masing. Sifat bawaan manusia yang berpusat pada diri sendiri dan pada keuntungan membuat manusia lebih senang menerima sesuatu atau dilayani daripada mengorbankan sesuatu atau melayani. Panggilan pelayanan, apalagi yang menuntut pengorbanan pasti tidak menyenangkan dan tidak populer. Namun suatu panggilan untuk melakukan tugas dari Tuhan adalah suatu hal yang mulia.