Jumat, 06 Mei 2011

Hari Selasa, 29 Maret 2011

Beroleh Penebusan
Efesus 1 : 7
 Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya
Motivator modern mengajarkan untuk berpikir positif, terutama tentang dirinya sendiri. Katanya hanya dengan berpikir positif saja orang bisa menjadi segala sesuatu yang diinginkan, berani keluar dari zona nyaman serta menghadapi zona tantangan dalam kehidupan yang bertumbuh.
Masalahnya, tidak ada yang positif di dalam dosa. Berpikir positif tidak membuat keadaan menjadi positif, dan keyakinan manusia bahwa "Allah itu baik" tidak menghapuskan dosa-dosanya. Sebaliknya, berpikir positif tanpa menerima penebusan yang sesungguhnya membuat manusia menjadi mahluk yang paling munafik di atas muka bumi. Mulut bisa bernyanyi dan mengatakan, "Terpujilah TUHAN!" tetapi hatinya busuk dan dipenuhi iri dengki, keegoisan, serta manipulasi. Dalam manipulasi itu bahkan orang mengajak teman-temannya, kerabatnya, orang-orang yang dekat serta mau mendengarkan, untuk turut mempercayai manipulasi yang dibuatnya.
Alkitab menyatakan bahwa dosa itu identik dengan hutang. Konsekwensi dosa adalah mati/ kebinasaan yg kekal (Roma 6:23a band. Kejadian 2:17), maka harus ada nyawa untuk membayarnya, agar dosa itu dapat ditebus. Pengampunan dosa dapat terjadi apabila ada nyawa yang dipakai untuk membayar hutang/dosa itu. Pengampunan dosa itu ibarat seseorang yang punya hutang tapi dianggap lunas oleh si kreditor dimana si kreditor mengambil alih kerugiannya untuk membebaskan pihak yang berhutang itu. Itulah mengapa untuk penebusan dosa manusia, Tuhan harus datang ke dunia, menyerahkan nyawanya sebagai pelunasan hutang-hutang – yaitu dosa manusia – dengan cara mati di kayu salib. Pemahaman ini tidak dimiliki dalam agama-agama lain, sehingga seringkali ada banyak pertanyaan bahkan cibiran, mengapa Allah perlu hadir sebagai manusia hanya untuk mati di kayu salib, seolah-olah Allah lemah dan tidak-berdaya. Kematian Yesus bukanlah kematian 'martir' seperti kematian seorang syuhada yang berjihad, kematiannya bukan pula sebagai kekalahan dalam suatu peperangan. Namun, kematian Yesus adalah KEMATIAN-KURBAN, dimana Allah merelakan diriNya sendiri untuk dikorbankan demi kasih yang begitu besar untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang yang dikasihiNya.

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...