Selasa, 03 Mei 2011

Hari Senin, 7 Maret 2011

Kristus Adalah Dasar
1 Korintus 3 : 11
Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus
 Ada salah paham yang umum, yaitu pandangan bahwa kerohanian seseorang ditentukan oleh kegiatan yang dilakukannya di dalam gereja dan oleh karunia yang dimilikinya. Berpartisipasi dalam kegiatan gereja adalah sesuatu yang baik. Akan tetapi, bila kegiatan itu dilandasi oleh motivasi yang tidak murni (misalnya untuk memperlancar bisnis atau untuk mendapatkan pasangan hidup), kegiatan itu tidak akan berkenan di hati Allah. Karunia rohani yang diberikan Allah juga akan sangat berguna bila dipakai untuk kepentingan bersama. Akan tetapi, bila karunia rohani dipakai untuk menyombongkan diri, karunia rohani itu menjadi tidak berguna. Dalam hal jemaat Korintus, mereka tidak kekurangan suatu karunia pun (1:7). Sayangnya, mereka saling mementingkan diri sendiri sehingga mereka merasa iri hati satu dengan yang lain. Karunia rohani bukan menjadi sarana pemersatu, melainkan menjadi sumber konflik!
Phillip E. Johnson, seorang pengacara berbakat sekaligus pembicara utama Intelligent Design Movement, terkena serangan stroke dan kemungkinan akan kambuh kembali. Ia sangat dihantui oleh berbagai pikiran menakutkan selama hari-hari pertama setelah serangan stroke itu. Akibatnya, ia sangat tersentuh ketika seorang teman datang mengunjunginya dan menyanyikan pujian, "Pada Kristus, dasar yang teguh, aku berdiri -- dasar lainnya adalah pasir yang menenggelamkan." Johnson menulis, "Apakah yang menjadi dasar kokoh tempat saya berdiri? Saya selalu membanggakan diri karena kemandirian saya, dan mengandalkan otak saya. Namun, diri dan otak saya ternyata merupakan "landasan yang rapuh". Sejak dulu saya adalah seorang kristiani, bahkan seorang kristiani yang bergairah menurut ukuran dunia saya. Namun, sekarang semua kabut telah tersapu bersih, sehingga Kebenaran semakin tampak jelas bagi saya." Ia bertekad untuk menempatkan Yesus sebagai pusat hidupnya, dan ia pun menjadi orang yang berbeda.
Saat kita bersedia mengambil komitmen dan mempersilakan KRISTUS sebagai satu-satunya dasar bagi pertumbuhan iman kita, baik sebagai pribadi atau dalam kehidupan berjemaat/bergereja, maka kita akan merasakan dorongan untuk berperilaku bijak karena kita dimampukan menyerap hikmat yang dari ALLAH. Dan hal yang sedemikian akan menolong kita untuk menjalani hidup tidak egois dan angkuh, melainkan belajar memiliki hati yang merendah dan terus menerus tunduk pada kehendak ALLAH saja. Alangkah indahnya jika jemat KRISTUS menjadikan hal ini sebagai penerapan praktis dalam kehiduypan setiap hari.

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...