Senin, 28 Desember 2009

Renungan Hari Selasa, 29 Desember 2009

Carilah Tuhan
Mazmur 105 : 4
"Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu."
Raja Daud menyadari benar betapa pentingnya memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan. Daud menyadari di sepanjang hidupnya dia mengalami teramat banyak pertolongan dan kasih Tuhan, sehingga hatinya senantiasa dipenuhi ucapan syukur dan kerinduan untuk menceritakan perbuatan Tuhan kepada orang lain. Serunya, “Bersyukurlah kepada Tuhan, panggillah namaNya, perkenalkanlah perbuatanNya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagiNya, bermazmurlah bagiNya, percakapkanlah segala perbuatanNya yang ajaib!” (ayat 8-9). Tak lupa Daud juga membimbing anaknya (Salomo) untuk lebih mengenal Tuhan dan beribadah kepadaNya dengan tulus, dan agar Salomo terus mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh seperti Daud sendiri, pesannya, “...anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab Tuhan menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau untuk selamanya.” (1 Tawarikh 28:9). Apa yang disampaikan Daud kepada Salomo itu juga bagi segenap umat Tuhan di dunia ini. Selagi Tuhan berkenan ditemui, biarlah kita mencari Dia setiap waktu, karena apabila kita meninggalkan Tuhan, Dia akan membuang kita untuk selama-lamanya.

“Orang Kristen musiman” seringkali kita lupa bahkan malas untuk mencari TUHAN dan berdoa ketika dalam keadaan baik-baik saja dan tidak ada tantangan. Tetapi ketika persoalan dan kemelut menerpa, barulah dengan sungguh-sungguh mencari TUHAN. Sehingga ketika pertolongan itu tidak kunjung datang, dia berkata: “TUHAN, di manakah ENGKAU?” Hal seperti ini adalah sesuatu yang sangat keliru. Seharusnya kita meneladani apa yang dilakukan oleh Asa, yang dalam keadaan tentram ataupun dalam keadaan kemelut, ia tetap mencari TUHANnya. Asa menyadari bahwa tidak ada satu manusia pun yang mengetahui apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Bisa saja hari ini kita sedang dalam keadaan enak, aman, tentram dan sepertinya tidak ada masalah apapun. Namun siapa tahu esok hari kita mengalami suatu kemelut yang besar. Mulailah dengan langkah “meminta” ampun dan setelah itu tetap “mencari” TUHAN dan tidak melupakan-NYA setelah memperoleh berkat, maka kita bisa berdoa setiap saat seperti Asa. Dengan demikian kemelut sebesar apapun niscaya akan dapat kita hadapi dan kita lalui dengan baik karena TUHAN yang menghadapinya bagi kita. 2 Tawarikh 26:5 menyatakan, bahwa orang yang mencari TUHAN akan senantiasa berhasil.
Sungguh tidak bisa dibayangkan bagaimana keadaan kita bila Tuhan sampai membuang kita. Kita tidak dapat hidup tanpa Tuhan; setiap saat sepanjang hidup kita memerlukanNya, bukan saja ketika susah, tetapi juga saat semuanya berjalan baik, kita harus mencari dan tetap memerlukan Dia. Inilah nafas hidup orang percaya yaitu tidak dapat terpisah dari Tuhan. Tuhan harus menjadi kebutuhan hidup kita yang utama; bukan harta, kekayaan, pangkat, atau ketenaran sandaran hidup kita. Maka kita membutuhkan persekutuan denganNya setiap waktu, jangan menjadi 'penodong' belaka yang meminta paksa kepada Tuhan ketika kita butuh pertolongan, padahal Ia bersedia ditemui setiap saat, dalam keadaan apa pun. Tangan Tuhan melindungi orang yang mencari Dia, tapi murkanya menimpa orang yang meninggalkanNya (baca Ezra 8:22b).
Apa yang kita cari? Kebenaran di dalam YESUS yang ada di dalam BAPA. Jika kita sudah mendapat pengampunan dosa dan bahkan apa yang kita butuhkan sudah dipenuhi oleh-NYA, jangan lupa untuk tetap mencari ALLAH sepanjang hidup ini. Kita harus sadar bahwa sebagai manusia, kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Mungkin saja akan ada malapetaka yang datang menerpa hidup kita. Tetapi jika kita tetap setia mencari ALLAH, maka kita akan dapat menghadapinya tanpa gentar.



Minggu, 27 Desember 2009

Renungan Hari Senin, 28 Desember 2009

Hidup Yang Kekal
Yohanes 6 : 40

"Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."
Dalam Safaat-Nya yang agung, Juruselamat memberikan kepada seluruh umat manusia kunci untuk memperoleh kehidupan kekal: "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus" (Yohanes 17:3). Tetapi bagaimana seseorang dapat mengenal satu-satunya Allah yang benar? Juruselamat menjawab: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yohanes 14:6). Saya bersaksi bahwa satu-satunya cara bagi kita serta seluruh umat manusia untuk dapat datang kepada Bapa Surgawi kita dan mengenal Dia, dengan demikian memperoleh hidup yang kekal, adalah dengan datang kepada Tuhan Yesus Kristus serta mengenal Dia.
Namun demikian, Yesus Kristus, Anak Allah yang kekal dan tanpa dosa (1 Petrus 2:22) telah menjadi manusia (Yohanes 1:1, 14) dan mati untuk membayar hukuman kita. “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” (Roma 5:8). Yesus Kristus mati di salib (Yohanes 19:31-42), dan menanggung hukuman yang seharusnya kita tanggung (2 Korintus 5:21). Tiga hari kemudian, Dia bangkit dari antara orang mati (1 Korintus 15:1-4), menyatakan kemenanganNya atas dosa dan kematian. “Yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan” (1 Petrus 1:3).
Dengan iman kita harus meninggalkan dosa kita dan berbalik kepada Kristus untuk mendapatkan keselamatan (Kisah Rasul 3:19). Jika kita menaruh iman kita kepadaNya, percaya kepada kematianNya di atas salib untuk membayar dosa-dosa kita, kita akan diampuni dan diberikan hidup kekal di surga. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16). “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” (Roma 10:9). Hanya iman di dalam karya Yesus yang telah diselesaikan di atas salib yang merupakan satu-satunya jalan kepada hidup kekal! “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9).
Harapan akan kebangkitan badan dari antara orang-arang yang telah meninggal, muncul sebagai akibat dari iman akan satu Allah yang menciptakan seluruh manusia dengan jiwa dan badannya. Dia memegang teguh perjanjiannya dengan Abraham dan keturunannya. Sambil memandang dua kenyataan ini, maka muncullah iman akan kebangkitan. Orang-orang farisi dan banyak orang pada zaman Yesus mempunyai harapan akan kebangkitan. Yesus mengajarkan itu sangat jelas. Kepada orang-orang saduki yang menolakNya Ia menjawab “kamu sesat justru karena kamu tidak mengenal kitab suci maupun kuasa Allah.”(Mrk 12:24) Iman akan orang–orang yang telah meninggal berdasar atas iman bahwa “Tuhan bukanlah Allah orang mati melainkan Allah orang hidup”(Mrk. 12:27). Yesus menghubungkan iman akan kebangkitan dengan diriNya “Akulah kebangkitan dan hidup” (Yoh.11:25). Pada akhir zaman, Yesus sendiri akan membangkitkan mereka yang percaya kepada-Nya, yang telah makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya. Dalam kehidupan di dunia ini Yesus memberikan tanda dan jaminan untuk itu, ketika ia membangkitkan beberapa orang mati seperti Lazarus (Yoh.11:1-44), anak muda di Nain (Luk. 7:11-17), Yesus membangkitkan anak Yairus (Mrk.5:21-42). Harapan akan kebangkitan Kristen diwarnai seluruhnya oleh pertemuan dengan Kristus yang bangkit. Kita akan bangkit seperti Dia dan oleh Dia. Amin (EM).

RENUNGAN EPISTEL MINGGU, 27 DESEMBER 2009

Melihat Keselamatan Dari Allah
Yesaya 52: 7 – 10
Orang Yahudi dalam Perjanjian Lama mengenal Allah Yahweh, yaitu Allah Abraham, Ishak, dan Yakub sebagai “matahari dan perisai” (Mazmur 84:12). Berarti sudah lama mereka mengenal Allah sebagai matahari yang memancarkan cahayanya bagi segenap alam. Nubuatan mesianik yang dinyatakan oleh para nabi, misalnya nabi Yesaya pun berbicara tentang datangnya terang yang menyinari mereka yang berada dalam kegelapan dan lembah kekelaman (Yesaya 9:1). Bahkan Yesaya menyatakan bahwa TUHAN akan menjadi penerang abadi bagi umat-Nya yang mampu menghalau hari-hari perkabungan atau kesedihan dan duka nestapa (Yesaya 60:20).
Berarti pernyataan Tuhan Yesus dalam Perjanjian Baru bukanlah sesuatu yang sama sekali baru, melainkan menekankan apa yang telah disampaikan oleh ara nabi sebelumnya dalam Perjanjian Lama. Orang yang memiliki hubungan erat dengan Tuhan dapat mengerti kehendak-Nya, dan jalan-jalan-Nya! Ia akan memiliki hati tuhan bagi mereka yang menderita! Hanya dengan memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan maka kita mampu bertahan di tengah badai, bahkan mampu tampil lebih dari pemenang!
Ketika berjalan dalam sebuah lorong yang tidak diterangi oleh lampu penerangan, seseorang dapat terjatuh atau terjerambab karena kakinya tersenggol dan terantuk batu, bahkan mungkin dapat terperosok ke sebuah lubang dan hal ini tentu sangat menyakitkan. Berjalan di dalam kegelapan membuat perjalanan menjadi tidak nyaman, tidak enak, penuh dengan ketidakpastian karena tidak dapat melihat arah yang akan dituju. Demikian juga bila perjalanan hidup seseorang berjalan dalam kegelapan, tidak ada yang menuntun hidupnya, tidak ada cahaya yang menerangi kehidupannya, membuat hatinya menjadi gelap dan tidak ada arah yang akan dituju.

Di dalam Yohanes 8:12 ada dikatakan : ”Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." Saudara, hidup dalam kegelapan adalah sebuah kondisi yang tidak mengenakkan, karena kita tidak tahu ke mana arah dan tujuan hidup akan dituju. Hidup selalu tanpa arti, tanpa tujuan dan semua dilakukan membabi buta. Hati yang diselimuti kegelapan akan mudah jatuh terjerembab, kehancuran diambang pintu, hidup tak menentu dan segala sesuatu yang dilakukan adalah kesia-siaan. Tiada suka cita dalam hidup, tiada pengharapan dalam hidup, tiada masa depan yang akan diraih. Hidup dalam kegelapan membuat hati diliputi kebencian, tiada pengampunan, ada iri hati, tidak mau berdamai, mau menang sendiri, pemarah, sombong dan lain sebagainya. Tapi syukur bagi kita semua, Yesus telah datang ke dunia ini dan hidup di tengah-tengah kita. Dia sebagai Suluh, Dia sebagai Penerang, Dia sebagai Penuntun bagi jalan kita. Ketika kita berjalan di dalam kegelapan dan melihat sebuah cahaya pasti akan bersuka cita, pasti akan gembira karena perjalanan kita menjadi lancar dan dapat melihat tujuan yang pasti. Demikian juga kehidupan kita, ketika hati ini diliputi oleh kegelapan karena dosa, karena iri hati, karena kedengkian, karena kejahatan-kejahatan kita, begitu melihat Terang itu bercahaya di tengah-tengah kehidupan, maka Dia akan menyinari hati kita yang gelap, menuntun jalan kita, menerangi hati yang penuh kebencian menjadi kasih, menerangi hati yang tidak dapat mengampuni menjadi mengampuni, menerangi hati kita yang iri hati menjadi cinta kasih, menerangi hati kita yang tidak mau berdamai menjadi pendamai dan lain sebagainya. Yesus lah yang menerangi semua itu, karena memang Dia lah Terang itu. Firman Tuhan kali ini mengajak kita yang saat ini dalam kegelapan agar datang kepada Terang itu yaitu Tuhan Yesus Kristus. Dia akan menerangi dan mengubah hati kita semua menjadi terang. Oleh karena itu, mari datang kepadaNya dan minta hati kita diterangi sehingga tujuan hidup menjadi jelas. Jadikan Natal tahun ini sebagai momen untuk kita berjanji setia memiliki Sang Penerang Abadi, yesus Kristus sendiri, sehingga kita mampu memiliki kehidupan, kebenaran, keterbukaan, dan persekutuan yang semakin intim dengan Tuhan!

RENUNGAN MINGGU 27 DESEMBER 2009

HALUAON DIBAGASAN JESUS KRISTUS
Lukas 2 : 27 – 35

Mansai gomos do dihaporseai halak Israel paboa nasida do “Bangso na pinillit ni Debata”, jala di sada tingki gabe “tuan” ni sude bangso di portibi on. Adong do tolu (3) ragam pangantusion ni halak Israel taringot tu haroro ni Mesias manang hasasaut ni Harajaon ni Debata, i ma: Parjolo: mangkirim di hasasaut ni “Era Daud”, gabe pomparan ni si Daud manggomgomi portibi on (penguasa dunia), tunduk ma saluhut bangso tu nasida. Umumna, pangkirimon on ma na nianut ni kalangan kelas bawah, i ma sekte Essene dohot Sikhari. Rakyat kebanyakan torus manorus mar-gerillya secara kecil-kecilan manggorgori paraloan dompak panggomgomi Romawi dibagasan sangkap patupa “Revolusi besar-besaran”. Langsung diuluhon “Mesias Nasionalist” na sian pomparan ni si Daud. Paduahon: Na mangkirim “Debata sandiri do langsung” mamasuhi sejarah dunia dohot sejarah ni hajolmaon dibagasan pangantusion “supranatural”, disi ma Debata sandiri songon “mesias” patuduhon huaso dohot pahothon harajaonNa di tongatonga ni bangso Israel dohot nasa bangso. Pandangan on ma nianutan Aristokrat.
Patoluhon: Kelompok minoritas na paimahon haroro ni Mesias manang hapapatar ni Harajaon ni Debata ndada dibagasan rumah kekerasan, huaso manang hagogoon ni pasukan manang penaklukan bangso-bangso, alai “ngolu partangiangon na kontinu jala intens” i ma ngolu habonaron dohot hadaulaton (benar dan saleh) laho mangulahon lomo ni roha ni Debata sahat tu haroroNa. Kelompok on ma na ginoaran “Orang-orang saleh di Tanah Suci” (Angka halak na bonar jala na daulat). Mansai benget do nasida paimahon haroro ni Mesias i sahat rodi na matua.


Si simeon ma sada sian ruas ni sekte na patoluhon on, laho ma ibana mian tu Bagasjoro, martangiang secara intens, huhut menteraphon ngolu hadaulaton. Digoar nasida do ari haroro ni Mesias i “Hari Tuhan” (Ari ni Debata), i ma sada tingki di antara ni dua zaman na berbeda jala kontradiktif: “Zaman na jahat” (The Evil Age) dohot “Zaman na denggan” (The Golden Age). Menurut Simeon, nunga marbagabaga Debata tu ibana marhitehite Tondi Porbadia paboa na so idaonna hamatean so jolo diida ibana Kristus Tuhan i (Anak Allah yang terpilih) manang (Raja yang diurapi).
Diida jala dihaporseai si Simeon paboa Jesus do na pinarbagabaga ni Debata tu ibana. Las ma rohana uju diida ibana Jesus, posoposo i. Ndang adong petunjuk di surat ni si Lukas on taringot tu “Aha sialana” umbahen na pintor porsea ibana, Jesus do posoposo na binagabagahon ni Debata tu Ibana. Ra, adong do “gerakan (impulse) ni Tondi Porbadia i dibagasan dirina mambahen pintor pasti jala spontan ibana mandok : “PaluaonMu ma nuaeng, ale Raja, naposoMon dibagasan dame, songon na nidokMI; ai nunga diida matangku haluaon na sian Ho i....” Ai marhite ayat 27 boi antusanta paboa Tondi Porbadia do na “menuntun” (Mandasdas) ibana asa ruar sian inganan partangianganna jala bongot tu Bagasjoro, umbahen gabe pajumpang dohot si Maria-Josep nang posoposo i. Pandohan pujipujian on ma di pudian ni ari digoari “Ende pujipujian” (Nunc Dimittis).
Nuaeng na gabe sungkunsungkun: “Aha do tanggungjawab ni angka na porsea na tinogutogu ni Tondi Porbadia” ? tontu angka jolma na tinogutogu ni Tondi Porbadia ingkon marparbuehon parbue ni Tondi do: Galatia 5: 22-23 “Alai angka on do parbue ni Tondi: Holong dohot las ni roha, dame dohot lambas ni roha, habasaron, habasaon, haporseaon, halambohon dohot hatomanon. Ndang maralo patik dompak angka sisongon i”.
Di tingki on nunga torop jolma ndang be didasdas (dituntun) Tondi Porbadia laho mandohoti Pesta Natal. Ndang didasdas laho manghaporseai hapapatar ni Harajaon ni Debata, ala nunga gumodangan jolma didominasi ratio, nalar manang parbinotoan ni jolma.
Sasintongna ndang maralo haporseaon tu nalar berpikir manang ratio; ai haporseaon i pe nda tung na “Ir-rational;, ala na trans-rational” do i (melampaui nalar). Jadi ingkon marhite Tondi Parbadia do boi antusan jala haporseaan: “Debata gabe jolma dibagasan Jesus Kristus”. Ala ni i ingkon tubu do roha parsitutuon marhite ngolu habonaron dohot hadaulaton asa boi pangkilalahonon “pandasdasion” (tuntunan manang impulse) ni Tondi Parbadia i laho marnida manang mamestahon Hatutubu ni Tuhan Jesus, baru pe asa jumpang pangantusion haporseaon dohot panindangion songon na nidok ni si Simeon, paboa na tutu do Jesus i hapapatar ni Mesias dohot Harajaon ni Debata.
Laos songon i do tanggungjawab ni natoras, lam tu moruna do manogunogu ianakhonna tu angka sikola minggu. Didok Stocisme: Anak-anak bukanlah “pemberian”, tetapi “yang dititipkan”. Hape neangneang do alus ni natoras mandok : “Ai na madao hu do gareja, ndang sanga tingki”. Na deba nari mandok: “Molo dung remaja pe asa dohot marguru malua (belajar sidi), na deba nari muse pasombuhon bahkan manaruhon ianangkhonna tu angka parsingkola-mingguon ni sekte-sekte na asing, isarana Bethel, Betani, Tiberias dohot lan na asing (gabe alo ni HKBP ma on dung dewasa). Hape mansai porlu do mamungka uju dakdanak dope hasomalhonon ni ianakhon i angka tradisi, hasomalan ni hurianta HKBP, ai sian i do muse ummura antusan nasida angka “poda” (dogma, konfessi) ni HKBP.
Adong ma sada huta di Bona pasogit. Ganup ari natal, pajojohon ayat ni Bibel i do du huria i. Alai lupado sada dakdanak borua di ayat sipajojoronna, ala asing sipajojoranna di parsingkolaan, di pungguan marga dohot na asing dope.
Jonok do hundul inana di bangku parjolo. Sai dihusiphon inana i ma sipajojoranna i sian hundulanna alai ndang dibege boruna i. Angka hitir do boruna i ala godang ruas ni huria na ro.
Ala so dibege boruna i, gabe laho ma inanta i tu jolo. Dihusiphon ma tu sipareon ni boruna i, “Ahu do panondang di tano on.”
Dung tangkas dibege, mansai gogo ma didok “ sipajojoronna i, : “Omakhu do panondang ni tano on”. Gabe mengkel do sude ruas na umbegesa.jala sanga gabe sihataan ni na deba namasa i.

Alani boi do masa songon i hita ala ndang tangkas sipareonta tumangihon Tondi Parbadia, jala ndang ungkap rohanta manjangkhon Sipalua i, gabe sala ma hita. Nang pe diboto ibana Pandondang i i ma Jesus Kristus alai ndang tangkas ditanda ibana. Boi do alani hasomalan di parmingguon, dohot angka pesta natal gabe lupa hita ise do sasintongna na tapestahon i. Ala ni i ingkon tongtong do hita manjangkhon Kristus i dibagasan ngolunta. Ganup halak naung manjanghon haroro ni Mesias, Jesus Kristus Tuhanta i, ingkon papataronna ma Harajaon ni Debata tu na humaliang Ibana, i ma marhitehite ngolu partangiangon na kontinu jala intens (hidup peribadahan) dohot marhitehite parange siganup ari, i ma”habonaron dohot hadaulaton” maradophon dongan jolma. Ngolu sisongon i do na nidasdas (dituntun dan dikendalikan ) Tondi Parbadia.

Semakin kita terbuka terhadap pekerjaan Roh Kudus dengan senantiasa hidup saleh dan benar seperti Simeon, maka kita dimampukan untuk melihat keselamatan Allah di setiap bidang dan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita. Seperti Simeon dapat melihat secara langsung wujud inkarnasi Firman Allah dan juga kini dia dapat menatang dengan kedua tangannya sendiri, demikianlah halnya bahwa hanya orang yang suci hatinya saja yang diperkenankan untuk melihat Allah : Matius 5: 8 “Martua ma parroha na ias, ai idaon nasida do Debata”.

RENUNGAN EPISTEL NATAL II 26 DESEMBER 2009

Mengasihi Dalam Terang Kristus
1 Yohanes 2 : 7 – 10
Kehadiran Yesus Kristus yang lahir di palungan Betlehem membangkitkan identitas manusia untuk berperan sebagai lilin terang di tengah kegelapan. Terdapat sejumlah karakteristik lilin terang. Pertama, terdapat perbedaan fundamental antara terang dan gelap. Di sinilah karakteristik utama dan pertama dari terang dunia. Mengusahakan dan menjaga perbedaan moralitas di tengah masyarakat busuk merupakan panggilan dan tanggung jawab kita yang memang tidak mudah. John Stott mengatakan diperlukan masyarakat yang berstatus dan bersifat sebagai counter culture untuk mengimbangi lajunya kebusukan dan kegelapan (1988).
Kedua, terang selalu menguasai kegelapan dan tidak pernah ditelan oleh kegelapan, betapapun kecilnya terang itu. Menyalakan anak korek api di tengah malam pekat, sekalipun tidak bisa menerangi kegelapan tersebut tetapi api anak korek itu tetap terlihat dan tidak tertelan. Di tengah konteks krisis moral di negara kita, baik dalam hal korupsi, perilaku buruk pejabat publik maupun masyarakat kekerasan, Natal melagukan kidung pengharapan bahwa orang-orang benar yang berjuang sebagai terang tidak mungkin ditenggelamkan oleh kegelapan sekalipun mereka minoritas.
Ketiga, lilin itu membakar dirinya sehingga ia dapat menjadi terang. Tanpa pengorbanan, sulit menjadi terang. Seorang pejabat publik yang ingin mempertahankan dirinya bersih, tidak bisa tidak harus menyangkal diri, misalnya untuk tidak memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan mengeruk uang rakyat bagi kepentingan diri, mengatur fasilitas yang wah dan kunjungan kerja dan studi banding luar negeri yang tidak tepat guna. Menyangkal diri dan rela hidup sederhana seperti Yesus yang lahir di palungan adalah ciri khas dan tanggung jawab terang itu.


Keempat, terang itu memiliki sifat berani menyatakan kebenaran. Yesus Kristus mengatakan Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu (Matius 5:15). Terang itu menyadari dirinya dibutuhkan sehingga ia tidak memilih untuk bersembunyi.
Bagai menara mercusuar yang berdiri tegak di pelabuhan/ pantai, menjadi terang berarti berani menyatakan kebenaran. Di sinilah kita melihat antitesis tajam antara sistem pemerintahan totaliter-otoritarian-diktatorial dan demokrasi. Sistem pemerintahan yang pertama adalah sistem yang mematikan lilin dan menghambat orang menjadi terang sedangkan sistem kedua membuka ruang agar terang itu dapat dinyatakan. Teolog penentang Adolf Hitler, Dietrich Bonhoeffer (1906-1945) menyatakan Melarikan diri ke dalam persembunyian, berarti mengingkari panggilan Yesus (dikutip oleh Stott, 1988).
Lilin Natal sejati adalah Yesus yang menjadi terang di tengah kegelapan. Lebih penting diri menjadi terang ketimbang sekedar menyalakan lilin terang secara simbolis di malam Natal. Selamat Natal! Mengapa gelap kerap membuat orang takut? Karena berada dalam kegelapan membuat kita merasa tidak aman. Karena kita tidak bisa melihat apa yang ada di sekitar kita. Kemudian merasa terancam. Gelisah dan kuatir. Berbagai pikiran buruk muncul. Curiga dengan keadaan sekeliling. Gentar dan gamang. Kegelapan membuat kita cendering lumpuh. Tidak sanggup berbuat apa-apa. Tidak berdaya. Keadaan demikian sungguh-sungguh tidak nyaman. Tidak menyenangkan. Dan satu-satunya cara melawan kegelapan adalah dengan menghadirkan terang. Sepekat apapun kegelapan itu tidak akan sanggup mengalahkan terang. Walau mungkin terang itu hanya seberkas. Cuma sepercik. Begitu terang hadir, pada saat yang sama gelap sirna. Gelap tidak berkuasa atas terang. Kenyataan itu membuat penggambaran kehadiran Tuhan Yesus dalam kehidupan manusia dengan simbol terang, sungguh sangat tepat. Apa makna terang yang dibawa Tuhan Yesus? Mengasu ke Matius 4:12-23 ada dua hal. Pertama, terang yang dibawa Tuhan Yesus adalah terang yang mengungkapkan kebe-naran. Sudah menjadi tabiat dasar manusia yang berdosa untuk lebih mencintai gelap daripada terang. Karena perbuatannya yang jahat, manusia membenci terang. Terang hanya akan mengungkapkan segala kejahatan, keburukan dan celanya. Hadirnya Tuhan Yesus menyingkap semua selubung. Tidak ada lagi yang tersembunyi. Kedua, terang yang dibawa Tuhan Yesus adalah terang yang mengarahkan. Me-nuntun dan membimbing. Orang yang tidak memiliki terang itu akan berjalan dalam kege-lapan. Tidak tahu arah tujuan. Hanya akan berputar-putar di tempat. Hingga akhirnya tersesat. Tidak sedikit orang kemudian menjadi pesimis bahkan putus asa. Berusaha sekuat tenaga tapi tidak berhasil keluar dari kegelapan. Mengapa? Karena kita kerap mengandal-kan kekuatan kita sendiri. Merasa mampu dan bisa. Sekarang, pertanyaannya bagaimana supaya Terang itu jadi milik kita? Tidak ada cara lain, selain menerima Terang itu. Caranya? Bertobatlah! Berbaliklah dari jalanmu ke jalan Tuhan. Angkat matamu dari bumi dan lihatlah ke sroga. Ganti arah pandanganmu. Berhentilah berjalan menjauh dari Tuhan. Sebaliknya mulailah berjalan bersama Tuhan. Bersama-Nya kita akan melewati gelap sepekat apapun dengan tegar. Kegelapan tidak lagi


RENUNGAN NATAL II 26 DESEMBER 2009

Yesus Adalah Terang
Yohanes 1 : 9 – 14
Lilin adalah simbol Natal. Penyalaan lilin kebaktian Natal di berbagai gereja di seluruh dunia. Sejatinya, narasi Natal dalam teks sakral Injil tidak menyebutkan eksitensi dan makna lilin sebagai simbol Natal. Jika kartu dan pohon Natal yang ditambahkan pada tradisi Natal benar-benar suatu suplemen yang sekedar memeriahkan maka lilin Natal, sekalipun tidak eksplisit dalam Narasi Injil Matius dan Injil Lukas, sesungguhnya merupakan esensi dari kelahiran Yesus Kristus.
Epistemologi Natal menyatakan dengan jelas bahwa memancarkan terang di tengah kegelapan itu merupakan esensi dari kelahiran Yesus Kristus. Pertama, Yohanes 1:5 dan 9, ”Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya...Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang sedang datang ke dalam dunia”. Metafora terang digunakan Yohanes untuk menunjuk kepada Yesus Kristus (bandingkan Yohanes 1:1,14). Kedua, kehadiran malaikat membawa kabar gembira bagi para gembala di padang di mana kemuliaan Tuhan bersinar terang di tengah malam (Lukas 2:8-12) merupakan analogi terhadap peran Yesus sebagai terang.

Cahaya adalah suatu fenomena yang sangat unik dan penting dalam kehidupan kita manusia. Cahaya memberikan terang pada kegelapan. Cahaya dapat mengatasi kegelapan, tetapi kegelapan tak dapat menutupi terang. Ketika cahaya muncul, maka kegelapan langsung lenyap, namun kegelapan muncul tak dapat mengatasi terang. Saat anda menghidupkan lampu dirumah anda, maka kegelapan kamar anda langsung lenyap.


Anda bisa menutupi cahaya, tetapi anda tidak dapat menghalangi terang dengan kegelapan. Sekecil apapun cahaya, ia akan langsung bersinar dalam kegelapan, namun betapapun besar kegelapan tak mampu dengan sendirinya mengatasi terang.
Cahaya merupakan sumber kehidupan bagi makluk hidup di samping air. Dalam proses fotosintesis, tumbuh-tumbuhan maupun bakteri mengubah energi matahari menjadi energi kimia dan menyimpan energi itu dalam ikatan gula. Dikatakan fotosintesis, karena cahaya disintesa kedalam makluk hidup, dan menjadi sumber kekuatan, sumber energi, atau sumber kehidupan. Tanpa adanya cahaya matahari, maka tak ada proses fotosintensis sehingga tak ada kehidupan. Cahaya membawa kehidupan bagi makluk hidup.
Keunikan lain dari cahaya adalah bahwa ia memiliki kecepatan yang terbesar dan konstan, melampaui semua kecepatan lain. Kecepatan cahaya sekitar 300.000 km/detik. Keunikan dari kecepatan seperti ini menyebakan semua kecepatan menjadi relatif terhadap kecepatan cahaya itu sendiri.
Sebagai contoh bila dua mobil saling mendekati dengan kecepatan 50 km/jam, maka bila anda berada pada salah satu mobil tersebut anda akan merasakan perbedaan kecepataan mobil anda relatif terhadap mobil yang lain sebesar 50+50 = 100km/jam. Bila mobil anda berjalan seiring dengan mobil teman anda dan masing-masing memiliki kecepatan 50 km/jam, maka kecepatan relatif mobil anda dengan mobil teman anda nol.
Namun bila kecepatan mobil anda dan mobil teman anda meningkat menjadi sama dengan kecepatan cahaya, maka ketika kedua mobil berpapasan kecepatan mobil anda relatif terhadap mobil teman anda tidak lagi (300.000+300.000) = 600.000 km/detik tetapi tetap 300.000km/detik.
Ketika kecepatan mendekati kecepatan cahaya, relativitas kecepatan menjadi berkurang, karena kecepatan menjadi konstan, sedangkan yang berubah adalah waktu. Waktu makin lama menjadi makin berkurang, sehingga pada saat kecepatan menjadi sama dengan kecepatan cahaya waktu menjadi nol, alias tak ada waktu atau kekal.
Selain itu tak ada perbedaan kecepatan antara berbagai jenis cahaya, semua cahaya memiliki kecepatan sama dengan dengan kecepatan cahaya itu sendiri.
Melihat ciri-ciri unik dari cahaya itu, maka kita dapat mengerti mengapa Yesus mengatakan dalam Yohanes 8:12 "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
Mengakui dan mengimani bahwa Tuhan Yesus sebagai satu-satu jalan, kebenaran dan hidup sangatlah mudah untuk kita ucapkan. Tetapi ketika kita dipanggil untuk mengaplikasikan pengakuan iman kita tersebut dalam tindakan nyata, barulah kita sadar bahwa ternyata kita sering mengingkari bahwa Tuhan Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan dalam hidup kita. Jika selama ini kita telah gagal dan mengingkari dalam praktek hidup bahwa Tuhan Yesus sebagai satu-satu jalan keselamatan, maka saat ini merupakan saat yang tepat bagi kita untuk hidup baru dalam terang Natal. Juga bagi mereka yang saat ini yang sedang dalam kesusahan dan pergumulan besar. Atau bagi mereka yang sedang menanti jawaban Tuhan tetapi belum ada bukti pertolongan dari Tuhan; sangatlah indah jika kita mengimani kasih dan kemaharahiman Allah sebagaimana yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis. Sampai akhir hidupnya, Yohanes Pembaptis masih berada dalam penjara; tetapi iman dan kesetiaannya terus bergema sepanjang abad. Dalam peristiwa Natal, kita melihat kerapuhan fisik dan kemanusiaan bayi Yesus; tetapi pada saat yang sama di balik semua kerapuhan dan keterbatasan yang ada terpancarlah kuasa Allah yang mengubah dan menerangi dunia ini. Sehingga sangatlah tepat jika seorang anthropolog terkenal yaitu Teilhard de Chardin menyatakan, bahwa seluruh gerak sejarah dan umat manusia sejak kedatangan Tuhan Yesus terus-menerus bergerak kepada Dia. Seluruh sejarah dan umat manusia bergerak dari titik Alpha ke titik Omega yaitu bergerak menuju kedatangan Kristus yang kedua. Ini mau menyatakan dengan jelas, bahwa Tuhan Yesus adalah Alpha dan Omega. Dia adalah satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup.
Yesus memang adalah sumber terang itu sendiri. Ia yang memberikan terang yang mengatasi kegelapan, karena Ia telah mengalahkan kegelapan melalui kematian dan kebangkitanNya.
Yesus adalah terang dunia, karena Ia yang memberikan kehidupan kekal. Ketika kita bersama Yesus kita menjadi serupa dengan Yesus, Sang Cahaya, Sang Terang itu sendiri, kecepatan kita menjadi sama dengan Yesus, sehingga tak ada waktu yang mengatasi kita, kita menjadi kekal di dalam kekekalanNya.
Ketika Allah menjadikan alam semesta ini Allah menjadikan terlebih dulu terang, karena alam semesta pada saat itu berada dalam kegelapan. Terang mengatasi kegelapan, tetapi kegelapan tak dapat mengatasi terang. Terang membawa kehidupan sama seperti tumbuhan-tumbuhan dan makluk hidup membutuhkan cahaya untuk hidup.
Yesus itu adalah Sang Terang, Ia adalah Firman yang bersama-sama dengan Allah ketika dunia ini diciptakan. Melalui Yesus, segala sesuatu itu diciptakan, tanpa Dia tak ada sesuatu yang terjadi. Yohanes 1:1-5 mengatakan: “1:1. Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 1:2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. 1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. 1:5. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. “Jadilah terang jangan menjadi gelap. Siapa yang menerima Terang Kristus dia dalam sukacita dan kebaharuan hidup. Selamat Natal.




RENUNGAN EPISTEL NATAL 25 DESEMBER 2009

Kristus Pembebas
Ulangan 18: 15-19
Penyisipan janji ini sehubungan dengan larangan sebelumnya dapat menjamin aplikasi yang ada membuat hal itu dengan urutan yang benar nabi yang diutus Allah dalam suksesi tak terputus menginstruksikan, untuk mengarahkan, dan memperingatkan umat-Nya, dalam pandangan ini inti dari itu adalah, "tidak perlu untuk berkonsultasi dengan peramal dan peramal, karena aku akan sanggup Anda manfaat dari nabi ilahi ditunjuk, untuk menilai dari yang identitasnya petunjuk yang pasti diberikan" (Ulangan 18:20, 22). Tetapi nabi yang dijanjikan itu unggul di sini Mesias, karena Ia sendiri adalah "seperti kepada Musa di dalam karakter yg menengahi; dalam keunggulan khas pelayanan-Nya, dalam jumlah, variasi, dan besarnya mujizat-mujizat-Nya; di dalam persekutuan dekat dan akrab dengan Allah, dan di dalam menjadi penulis dispensasi baru agama. " Prediksi ini digenapi 1500 tahun kemudian, dan tegas diterapkan kepada Kristus oleh Petrus (Kis 3:22, 23)
Musa bernubuat bahwa hari itu akan datang ketika Yehuwa akan membangkitkan, dari dalam bangsa Israel, seorang nabi yang akan seperti dia dalam banyak hal. Ini datang nabi akan berbicara kata-kata ilahi, dan mereka yang menolak untuk mendengar kata-katanya akan memberikan account untuk pemberontakan tersebut (Ulangan 18:15-19). Satu tidak perlu berspekulasi mengenai pemenuhan prediksi ini. Nabi yang akan datang tidak lain adalah Yesus Kristus, seperti Petrus menegaskan ketika ia mengutip ayat Perjanjian Lama ini dalam khotbah yang besar dalam Kisah 3 (lihat vv. 22,23). Faktanya adalah, ada banyak kesamaan antara Musa dan Kristus. Keduanya adalah: pemimpin, para nabi, pemberi hukum, mediator, dll

KESAMAAN MUSA DENGAN YESUS KRISTUS :
Nubuat Musa itu menunjuk kepada kehadiran Yesus Kristus, karena itu ada kesamaan-kesamaan Musa dengan Yesus Kristus itu dalam hal-hal yang khas Unik dan luar biasa :
A. Gara-gara Musa lahir, Firaun mengamuk, anak laki-laki berumur 2 tahun kebawah dibunuh. Sama halnya dengan gara-gara Yesus lahir, Herodes mengamuk anak laki-laki yang berumur dua tahun kebawah juga dibunuh. Diseluruh dunia, hanya dua pribadi ini yang benar-benar sama peristiwanya. B. Musa dimasa kanak-kanaknya itu berada diluar dari tanah tumpah darahnya sendiri, yaitu berada di Mesir . Begitupun juga ada kesamaannya dengan Yesus, bahwa dimasa kanak-kanaknya Jesus juga berada dalam pelarian di tanah Mesir diluar dari tanah tumpah darahnya sendiri . Tidak semua kanak-kanak mesti menyingkir ke Mesir.
C. Pribadi yang memiliki Mujizat (Kuasa Allah) untuk menyatakan kemuliaan Allah: Musa sewaktu menjalankan karirnya sebagai nabi utusan Allah mendapat Kuasa Allah yang dikenal dengan sebutan mujizat, begitupun juga dengan Yesus dalam kehadiranNya sebagai Firman yang Hidup, memiliki Kuasa Allah berupa mujizat penyembuhan dan menghidupkan orang mati.
D. Sebagai Pembebas : Musa membebaskan bangsa Israel dari belenggu perbudakannya bangsa Mesir, dan Yesuspun membebaskan bangsa Israel dari belenggu perbudakan dosa. Maka dengan adanya banyak bukti-bukti yang menunjukkan adanya kesamaan-kesamaan yang unik ini, dapatlah saya menyimpulkannya dengan keyakinan bahwa nubuat yang tersebut dalam Ulangan 18 :15-20 itu, bukanlah untuk menunjuk kepada kehadirannya nabi-nabi lain (Yohanes Pembabtis atau lainnya) yang dinubuatkan, tetapi adalah untuk menunjuk kepada kehadirannya Yesus Kristus sebagai Juruselamat, Firman yang Hidup.
Seperti Kristus, Musa harus mati sebelum umat Israel dapat masuk ke tanah perjanjian, yang menggambarkan milik orang Kriaten. Sebagaimana Ishak dan Yusuf, Musa adalah contoh yang menyolok dari kebenaran Typologis yang berharga dalam membayangkan kehidupan dan pelayanan Kristus.


RENUNGAN NATAL 25 DESEMBER 2009

Merayakan Kelahiran Tuhan Yesus
Lukas 2 : 15 - 20
Apa sesungguhnya rahasia Allah yang dinampakkan-Nya dalam Natal itu bagi kita dan seisi dunia? Dalam Natal, ada penegasan bahwa Allah harus dimuliakan, karena Ia setia terhadap janji-Nya yang telah dipenuhi-Nya melalui putra Natal itu, yaitu TUHAN Yesus Kristus (Kejadian 3:15). Penegasan ini menunjuk kepada Allah sebagai yang menjanjikannya kepada semua umat manusia, sehingga Natal adalah janji Allah bagi semua, yang dipenuhi-Nya juga untuk semua (Yesya 9:5-6). Dalam Natal, Allah mewujudkan janji-Nya dengan kehadiran Putra Natal, Sang Mesias, Yesus Kristus (Galatia 4:4). Kehadiran Putra Natal ini adalah untuk semua, karena Allah menguntukkan-nya bagi semua, yaitu isi dunia. Kelahiran Yesus adalah dikandang domba yang sebenarnya tidak layak dihuni, juga bukan dikota besar namun di kota kecil Betlehem. Jadi mengapa kebanyakan perayaan natal dalam kelimpahan dan kemewahan ?. Kelahiran Yesus pertama sekali didengar oleh para gembala yang notabene dipinggirkan dan dianggap remeh oleh masyarakat Yahudi pada saat itu. Yang seharusnya tradisi orang Yahudi memainkan musik pada anak yang baru lahir, namun bagi kelahiran Yesus tidak ada; yang ada hanyalah para malaikat menyanyikan lagu pujian. Menyambut kelahiran Sang Raja. Dan para malaikat itulah yang memberitahukan peristiwa itu kepada para gembala. Para gembala adalah orang baik, dalam arti tatanan sosial. Gembala adalah orang yang lemah-lembut, penuh kasih sayang memelihara domba-dombanya, mengobati yang luka, mencari yang tersesat dan membawa kembali di pangkuannya. Alkitab memberi kesan positif terhadap gembala. Dua tokoh penting dalam sejarah Israel, yaitu Musa dan Daud adalah mantan gembala. Mazmur 23 mengumpamakan Tuhan sebagai gembala. Yesus sendiri diberi gelar sebagai gembala yang baik.

Pada zaman pra-natal, gembala dipandang rendah seperti pemungut cukai. Gembala dianggap sebagai orang-orang kasar yang mengindahkan berbagai macam peraturan. Para Rabbi Yahudi merendahkan mereka karena tidak memperdulikan agama danmengabaikan aturan penggunaan air, dan sering menggembalakan ternak ditanah orang lain.
Jadi para imam Yahudi menganggap para gembala sebagai orang yang tidak dapat dipercaya, sehingga mereka tidak diperbolehkan sebagai saksi di pengadilan. Mereka dicap sebagai orang yang tidak bermoral, tidak tahu tatanan bahkan tidak beragama. Mereka dianggap anggota masyarakat yang hina dan tidak pantas mengambil peran ‘lebih’ dalam kehidupan masyarakat.
Kalau begitu, sukacita apa yang hendak kita lihat dalam peristiwa itu. Natal bukan berarti kemewahan, akan tetapi kesederhanaan. Sapaan yang pertama akan peristiwa natal adalah kepada orang-orang yang diremehkan.
Natal adalah pemberian khusus pada semua orang dari TUHAN Allah, sesuai dengan rencana kekal-Nya di dalam Yesus Kristus (Matius 1:21; efesus 1:4-14). Natal menunjukkan bahwa Allah itu mahasetia, Ia telah memenuhi janji-Nya dalam Natal, sehingga Ia patut dipermuliakan (Roma 11:36). Natal membuktikan bahwa Allah yang mahasetia mewujudkan janji-Nya dengan kehadiran Yesus Kristus, yang menggenapkan Perjanjian Berkat TUHAN Allah bagi dunia (Galatia 4:4-6). Natal merujuk kepada kenyataan bahwa Allah melalui Putra Natal itu berkuasa membumikan sejahtera-Nya kepada dunia secara utuh. Alasan untuk kebenaran ini adalah sebagai berikut:
1. Natal menunjukkan bahwa Allah adalah sumber damai sejahtera (shalom) yang sejati, yang diuntukkan-Nya bagi isi dunia (Yesaya 32:1-2, 17; 33:15-16; Yohanes 3:16)..
2. Natal membuktikan bahwa Allah adalah sumber damai sejahtera itu berkuasa membumikannya kepada manusia sebagai pemberian anugerah yang khusus (Yohanes 14:27).
3. Natal menegaskan bahwa Allah Sang Pemilik damai sejahtera itu mengaruniakannya kepada mereka yang ditentukan-Nya dari semula untuk memikmatinya (I Yohanes 4:7-10; Yohanes 10:28-29; Efesus 1:4-14; 2:8-10).
4. Natal memastikan bahwa damai sejahtera Allah dapat dinikmati kini, di sini, dan dimana saja oleh siapa saja yang diperkenankan-Nya (Yesaya 32:17; Yohanes 14:6), dimana dengan memiliki-Nya, mereka dapat berbagi shalom itu (Lukas 2:15-20; Matius 5:9) .
Sebagai Sumber damai sejahtera, Allah menyediakannya untuk semua manusia. Sebagai Sumber damai sejahtera, Allah menjamin bahwa Ia apat mengaruniakan kepada semua mereka yang dikehendaki-Nya. Sebagai Pemberi damai sejahtera, Allah mengaruniakannya untuk semua yang ditentukan-Nya, sesuai kebaikan-Nya, sebagai pemberian khusus dari pada-Nya. Sebagai Pemberi damai sejahtera, TUHAN Allah memastikan bahwa “damai sejahtera” itu dapat dinikmati oleh semua, kini di sini, hari ini, khususnya mereka yang diperkenankan-Nya.Menghadirkan sukacita natal bukanlah hal yang mudah kita lakukan, akan tetapi firman Tuhan menyuarakan bagi setiap insan dan jemaat HKBP pada tahun ini untuk berhati menyapa yang diremehkan dan yang dipandang sebelah mata. Kita diajak tahun ini mengingat kasih Tuhan dalam pelayanan Diakonia HKBP tahun ini.
Natal merujuk bukti bahwa TUHAN Allah mahasetia, yang memenuhi janji-Nya bagi umat manusia dari segala bangsa, karena itu Natal adalah bagi semua isi dunia, yang olehnya Ia harus dimuliakan (Kejadian 3:15; Galatia 4:4; Yohanes 3:16). Natal menegaskan bukti bahwa Allah yang mahasetia itu oleh kedaulatan-Nya memilih memperkenankan kita untuk menikmati damai sejahtera-Nya secara khusus, dengan menerima berkat khusus, yaitu kesukaan besar (great salvation) melalui Yesus Kristus , Mesias (Al-masih) Juruselamat dunia (Lukas 4:18-19). Apakah Anda adalah bagian dari mereka yang memaknai dan menikmati Natal secara pribadi dan komunitas? Apakah arti Natal bagi orang lain di sekitar Anda? Bila Anda dapat memaknakannya dan berbagi, terimalah ucapan selamat dari saya atas rahasia pemberian Allah bagi Anda yang telah Anda terima. Jadikan natal inklusif bagi semua. Selamat Natal, Tuhan memberkati.



RENUNGAN EPISTEL 24 DESEMBER 2009

Syukur Atas Keselamatan
Yesaya 12 : 1 – 6
Ada 3 kata yang menyatakan expresi ibadah kita kepada Allah: a. Pengucapan Syukur (Thanksgiving) - kita berterimakasih karena kebaikan Allah atas apa yang telah diberikan/diperbuatNya kepada kita. Mis : untuk berkatnya, kesehatan, keselamatan dll. b. Pujian (Praise) adalah ucapan dari mulut kita yarg memuji Allah karena Dia Allah, kita memuji keagungannya, pribadinya. c. Penyembahan (Worship) = tunduk, membungkuk, meniarapkan diri. Kel. 4 :31 - .... Sujud menyembah .... ini bukan hanya semata-mata sikap fisik tapi juga sikap spiritual - menundukkan diri di dalam jiwa kepada Allah karena kekudus annya. Perhatikan gambaran Alkitabiah tentang penyembahan dalam Yesaya 6: 1-4.
Firman Tuhan menasihatkan kita, "Sebab itu, marilah kita, melalui Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya" (Ibrani 13:15). Pemberian kita untuk Tuhan tidak hanya berupa kesaksian dan materi atau uang, tetapi juga dapat berupa "ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya". Tuhan akan menghargai pemberian kita itu sebagai korban syukur kita kepada-Nya.
Ketika kita menjadi pengikut seseorang atau sebuah perusahaan, selalu ada konsekuensi yang harus kita pikul sebagai respon kita karena telah diterima sebagai seorang pengikut. Ketika pertama kali kita ikut dengan seseorang atau sebuah perusahaan, awalnya tentu kita merasa senang jika lamaran kita diterima dan kita bekerja di sana. Namun, harus ada konsekuensi yang harus dijalankan sebagai seorang pegawai. Kita harus mengikuti peraturan-peraturan kantor yang ditetapkan (masuk jam berapa, keluar jam berapa, pakaiannya bagaimana, dsb). Dan tentunya kita harus mengikuti peraturan itu sebagai respon atas ucapan syukur kita dan tangung jawab kita sudah diterima di tempat itu.

Ada konsekuensi sikap dan respon sebagai tanggapan ketika kita mengikuti seseorang atau lembaga. Sebenarnya demikian juga dengan anak-anak Tuhan. Ketika kita sudah menerima anugerah keselamatan yang begitu luar biasa, dan ketika kita diangkat menjadi murid sekaligus anak-Nya. Ada konsekuensi yang harus kita pikul dan kita kerjakan sebagai respon atas keselamatan yang sudah diberikan. 1Petrus 1:13-20 ini merupakan ajaran mengenai respon yang diharapkan sebagai anak-anak Tuhan. Dalam perikop sebelumnya, Petrus sudah memaparkan bagaimana Karya Kristus yang besar, yang telah membangkitkan kita dari antara orang mati, yang memberikan pengharapan dan kekuatan baru, terlebih kematian Kristus itu telah memberikan kita keselamatan. Kita yang diselamatkan memiliki kehidupan yang baru, karena kita telah diubah menjadi manusia baru. Betapa kita bersyukur atas semua karya Tuhan yang dilimpahkan kepada kita. Namun, tidak hanya berhenti pada ungkapan syukur saja. Sebagai manusia baru, yang memiliki status baru, kita diberikan konsekuensi-konsekuensi praktis yang harus kita tanggapi sebagai respon anugerah yang Tuhan berikan. Karena itu di ayat 13 , Petrus melanjutkan dengan perkataan “sebab itu”. Kata ini merupakan kata sambung yang menyatakan sebab akibat. Namun karena ditambah kata “itu” maka ini lebih cenderung mengarah ke akibat. Ini sama seperti ketika waktu kecil guru kita memberitahu hukuman-hukuman yang akan diberikan jika kita melanggar, terus terakhirnya ia bilan “Sebab itu, jangan langgar peraturan ya”. Perkataan jangan melanggar aturan itu merupakan akibat karena penyebab-penyebanya. Demikian Petrus hendak memberitahu kita bahwa sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, ada akibat atau konsekuensi yang harus kita jalankan.’

Karena itu, marilah kita sebagai anak-anak Tuhan, mengucap syukur atas anugerah yang sudah diberikan terlebih telah memberikan AnakNya yang tunggal untuk menyelamatkan kita orang berdosa dari kefanaan kepada kekekalan. Bukan hanya mengucap syukur, tapi juga melakukan konsekuensi yang harus kita pikul. Siapkanlah akal budi kita, Waspadalah terhadap yang jahat, Letakkanlah pengharapan penuh kepada Tuhan yang berkuasa. Hiduplah taat dan menjauh dari nafsu dunia, dan terakhir kuduskanlah dirimu dalam segala hal.



RENUNGAN NATAL 24 DESEMBER 2009

Beroleh Kasih Karunia
Lukas 1 : 26 – 33

Kata "kasih karunia" artinya sesuatu yang diberikan dengan cuma-cuma...tanpa harga atau kewajiban. Misalnya, apabila teman akrab engkau menawarkan hadiah kepadamu dan engkau mencoba untuk membayarnya, apakah itu masih dapat disebut hadiah? Tentu tidak! Sewaktu dia menerima uang dari padamu, bayaran itu menjadi hutang dia terhadap engkau! Dia kemungkinan akan merasa terhina, dan menarik kembali hadiahnya dan berkata: "Saya tidak memberikan ini kepadamu karena saya harus. Ini adalah hadiah. Apakah kamu mau menerima hadiahku?"
"Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya." Roma 4:4
Hanya ketika engkau mengantongi kembali uangmu dan mengulurkan tangan kosongmu, barulah dia akan mengulangi tawarannya dan memberikan hadiahnya kepadamu.
Sama halnya dengan Allah menawarkan hidup yang kekal. Banyak orang mencoba untuk membeli hidup yang kekal dengan mentaati Sepuluh Perintah Allah, hidup baik, pergi ke gereja, atau pekerjaan agama lainnya. Tetapi Allah tidak akan membuat diriNya menjadi penghutang pada satu manusiapun! Dia tidak "berhutang" hidup yang kekal kepada siapapun. Dia akan menawarkan itu hanya sebagai hadiah!
Ketika manusia berusaha untuk memperoleh hidup kekal melalui pekerjaan-perkerjaannya, dia tidak lagi menerima tawaran Allah untuk hidup yang kekal sebagai hadiah yang cuma-cuma, yakni, "Kasih Karunia." "..bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia." Roma 11:6b Tetapi hanya dengan "kasih karunia" Allah, Allah menyelamatkan kita! "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjannmu: jangan ada orang yang memgahkan diri."
Efesus 2:8-9 Oleh karena itu, Alkitab mengajarkan bahwa Allah menarik kembali tawaranNya untuk hidup kekal dari setiap manusia yang mencoba untuk mendapatkannya melalui pekerjaan mereka, dengan demikian merendahkan Allah, membuat Dia sebagai penghutang terhadap manusia berdosa.
"Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia." Galatia 5:4

Di dunia komersial ini, manusia telah menjadi terlalu akrab dengan kata-kata "tukar" dan "balasan jasa" . Manusia memiliki konsep "mengambil dan memberi" . Dengan kata lain, kita mengatakan pada diri kita "Saya akan memberi… apabila saya dapat mengambil sesuatu dari hal tersebut" . Kita dapat melihat pemikiran ini di keluarga, tempat kerja, politik, dan bahkan lingkungan keagamaan. Manusia memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuatu untuk mendapatkan "balasan jasa" dan melakukan "penukaran" .
Selama puluhan tahun, manusia mencoba untuk menerapkan konsep yang sama untuk menggapai Tuhan dan "mendapatlan" kesehatan, kekayaan dan keselamatan dengan "berbuat baik" . Tapi fakta membuktikan bahwa manusia terus menjadi lebih jahat dan tidak ada perbuatan baik maupun pengorbanan yang cukup untuk menutupi dosa manusia. Upah dosa adalah maut (Roma 6:23), dan Tuhan melihat ciptaan-Nya menuju kehancuran. Hal ini yang membuat Tuhan melakukan tindakan yang melampaui pemikiran dan tindakan manusia untuk menyelamatkan ciptaan-Nya yang termulia.
Tuhan memperkenalkan kata "kasih karunia" kepada manusia, serta menawarkan keselamatan melalui konsep yang orang Kristen yakini sebagai "hanya percaya dan mengakui" (Roma 10:9). "Keselamatan" , "berkat" serta "kesehatan" adalah pemberian oleh "kasih karunia" bagi mereka yang percaya dan mengakui bahwa Tuhan Yesus adalah Raja. Dia mati disalib, bangkit dari kematian dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan mempersiapkan rumah untuk kita di surga. Walaupun "kasih karunia" adalah "pemberian cuma-cuma" , tidak seharusnya kita mempergunakannya sebagai alat untuk kita terus melakukan dosa. Kita harus memperlakukan "kasih karunia" dengan penuh hormat, dengan mengetahui bahwa harga yang telah dibayar untuk dosa-dosa kita tidak dapat dibayarkan kembali (priceless). Konsep "kasih karunia" telah diputarbalikkan oleh si jahat dan telah mengelabui begitu banyak orang percaya, sehingga masih banyak orang percaya yang masih hidup di bawah hukum keagamawian, kultur maupun sistim dunia ini.
Orang-orang percaya mencoba "membeli" tiket ke surga dengan menempatkan diri mereka sebagai orang yang "benar" dalam tindakan keagamawian mereka. Mereka berpikir bahwa dengan demikian mereka lebih superior dan lebih berkuasa, dan pastinya lebih "kudus" dari yang lainnya. Mereka membandingkan diri mereka dengan orang-orang yang hidup di bawah level "kerohanian" mereka, tanpa menyadari mereka diselamatkan oleh "kasih karunia" .
Mari kita menjadi orang-orang yang memiliki sikap "kasih karunia" , berjalan, berbicara dan bertindak sesuai dengan "kasih karunia" .
Ketika Yesus memberikan dua perintah di Matius 22:37-40, Dia berkata bahwa kita harus mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa dan pikiran kita karena bukan karena apa yang kita lakukan yang membuat kita selamat. Itu sebabnya ketika kita menghargai keselamatan atas jiwa kita sendiri yang kita kasihi, kita harus mengasihi orang lain juga dan memperkenalkan mereka kepada "kasih karunia" Tuhan yang telah menyelamatkan kita.
Kekristenan bukanlah tentang melakuakn hal yang "benar" , melainkan mempercayai hal yang benar.
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. (Efesus 2: 8-9). Hidup kita menjadi orang yang memiliki keselamatan hidup kekal di sorga dimulai oleh kasih karunia Allah. Kita sekarang telah memperoleh tempat bersama Kristus di alam surga .
“... di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga” (Efesus 2:6). “... hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus ...” (Kolose 3:3).
Selanjutnya, kasih karunia-Nya memampukan kita untuk terus berjalan bersama-Nya, melakukan firman-Nya dan hidup berkenan kepada-Nya. Kita tidak akan mampu melakukannya dengan kekuatan sendiri. Kasih karunia-Nya membuat kita layak menerima pemberian yang terbaik dari Tuhan.
Kelahiran Kristus ke dunia ini adalah suatu kasih karunia. Marilah kita sambut kasih karunia itu dengan hati yang mau melakukan perintahNya. Suatu pemberian dari Allah terlebih kita pergunakan dengan sebaiknya dan kita menghargai pemberian itu. Sehingga makna kalhiran Kristus adalah suatu pemberian dan suatu hadiah natal buat kita. Amin (EM).




ARTI NATAL

Makna Natal

Natal secara harfiah berarti hari kelahiran. Jadi secara makna kata, mengucapkan selamat hari natal merupakan ungkapan yang berlebihan karena dalam kata natal sudah terkandung arti hari. Perkataan natal sendiri bisa digunakan oleh siapa saja. Tetapi untuk negara kita, natal rupanya sudah identik dengan hari kelahiran Kristus.
Dalam bahasa Inggris, natal disebut dengan christmas. Christmas berasal dari kata Christ (Kristus) dan Mass (massa atau kerumunan orang) karena pada christmas, banyak orang berkumpul mengingat/ merayakan hari kelahiran Kristus. Kelahiran Kristus di dunia mempunyai suatu titik awal yang paling penting dalam misi Kristus. Dilahirkan bukan dari pencampuran laki-laki dan perempuan, melainkan secara campur tangan Allah yakni diperanakan oleh kuasa Roh Allah (Mat 1:18,20). Maria, seorang gadis saleh, mendapat kehormatan sebagai perantara kedatangan Sang Mesias (Luk 1:26-33). Adapun Kristus datang untuk memperbaiki hubungan manusia dengan Allah yang semakin buruk oleh karena kesesatan manusia.
Sebenarnya natal merupakan suatu pemberian Allah yang paling besar bagi umat manusia. Natal merupakan wujud Kasih Allah pada manusia (Yoh 3:16). Natal merupakan motivasi Allah untuk membantu umat manusia.
Semenjak kejatuhan Adam & Hawa yang dipikat Iblis dalam nafsu keinginan, Allah selalu peduli pada makhluk ciptaan yang dikasihi-Nya. Karena dari semua ciptaan Allah, hanya manusia-lah yang dijadikan menurut rupa Allah (Kej 1:26,27).
Dan hanya manusia, makhluk hidup yang dilengkapi dengan napas Allah atau Roh Allah. Tidak ada makhluk lain yang begitu sempurna seperti manusia. Binatang, tumbuhan (makhluk di atas bumi) hanya terdiri dari badan kasar. Malaikat (makhluk sorga) hanya terdiri dari badan halus (roh). Tetapi manusia terdiri atas badan kasar dan badan halus.
Manusia juga diberikan kuasa atas dunia ini. Segala makhluk di bumi diberi nama oleh manusia. Dan manusia diminta untuk memenuhi bumi ini dengan keturunannya supaya ada komunitas yang kudus yang menyembah Allah dengan benar (Kej 1:26,27).
Kejatuhan manusia dalam pencobaan Iblis merusak segalanya. Kehidupan yang serba diberkati, bumi yang subur dan satwa yang jinak menjadi rusak total. Allah pun marah dan mengutuki manusia dan tempat kehidupannya. Satwa yang semula jinak menjadi liar dan saling bunuh untuk makan. Satwa pun menjadi tidak hormat pada manusia (Kej 3:14-15).
Apakah Allah senang akan semua ini? Tidak, Allah berduka dan menyesali kerusakan ini. Untuk itu Allah mengirim nabi-nabi untuk berbicara pada manusia (Ibr 1:1-4). Karena Allah tidak dapat berbicara langsung pada manusia. Sebab Allah terlalu kudus bagi manusia yang sudah najis sehingga manusia tidak akan dapat berhubungan langsung dengan Allah. Manusia bisa binasa dihadapan hadirat Allah.

Allah bahkan sempat memusnahkan suatu turunan yang bejat dengan banjir besar pada masa Nabi Nuh. Namun sebenarnya pemusnahan itu mendukakan hati-Nya. Dan Allah berjanji tidak akan ada lagi banjir se dunia seperti pada masa Nabi Nuh (Kej 7:10,12,23; 8:21,22; 9:11).
Nabi demi nabi diutus Allah untuk berbicara pada manusia agar manusia dapat berbaikan dengan Allah. Tetapi semua gagal. Akhirnya Allah mengutus anak-Nya. Perkataan anak sering disalahtafsirkan oleh banyak orang. Disangkanya Allah mempunyai isteri dan beranak cucu. Padahal perkataan anak merupakan suatu istilah. Allah yang menciptakan dunia merupakan yang awal dan disebut Bapa. Sedangkan Kristus adalah Allah yang menjelma. Dari Logos (perkataan Allah) yang juga Allah, berubah menjadi manusia dan dilahirkan melalui manusia. Sehingga terciptalah istilah anak (Yoh 1:1-14).
Allah turun tangan sendiri karena memang tiada nabi yang berhasil. Peperangan melawan Iblis hanya dapat dilakukan secara sukses oleh Allah. Lucifer (Iblis) sebelumnya merupakan malaikat dengan peringkat kedudukan tertinggi. Sehingga makhluk lain tidak ada yang sanggup mengalahkannya (Yes 14:12-15; 2 Tes 2:3-4, 7-8).
Kedatangan Kristus ke dunia bukan tiada hambatan. Iblis tahu kedatangan-Nya merupakan suatu awal dari kekalahannya. Itulah sebabnya melalui Herodes, Iblis berusaha membunuh Kristus. Maka keluarlah perintah dari Herodes untuk membunuh semua bayi di Betlehem yang berusia kurang dari dua tahun (Mat 2:16-18).
Tetapi Allah tidak dapat dikalahkan Iblis. Sebelum Iblis bertindak, Allah telah memperingati Yusuf untuk pergi mengungsi ke Mesir. Di sanalah mereka tinggal hingga Herodes mati (Mat 2:13-15).
Singkat cerita, setelah melalui segala rintangan dan pencobaan, Kristus akhirnya berhasil menunaikan tugasnya yakni mendamaikan manusia dengan Allah (Rm 3:25; 5:11; 1 Yoh 2:2) dengan memberikan diri-Nya sebagai korban hidup di kayu salib. Sehingga Dia dapat berkata, Sudah Selesai (Yoh 19:30).
Kesimpulan : Natal merupakan awal dari misi Kristus Natal merupakan motivasi Allah untuk memperbaiki hubungannya dengan manusia Natal merupakan awal dari kekalahan Iblis
Natal merupakan hadiah yang terbesar, termahal, dan termulia bagi umat manusia.
Catatan sejarah kelahiran Kristus dapat ditemukan dalam Matius 1:18-25 dan Lukas 2:1-20. Tidak seperti bayi pada umumnya, yang lahir di Betlehem pada malam itu merupakan suatu keunikan dalam segala sejarah. Dia tidak diciptakan oleh ayah dan ibu manusia. Dia sudah mempunyai pra-kehidupan surgawi (Yohanes 1:1-3, 14). Ia adalah Allah—Pencipta alam semesta (Philippians 2:5-11). Inilah sebabnya mengapa natal disebut penitisan (incarnation), kalimat yang artinya “dalam daging.” Dalam kelahiran Yesus, yang abadi, pencipta yang Maha Kuasa dan Maha Tahu datang kedunia sebagai manusia. Yesuslah inti perayaan hari Natal yang diadakan setiap tahun di seluruh dunia. Dialah penyebab hari itu dirayakan sebagai suatu peringatan akan kedatangan Allah yang bersedia merendahkan diri-Nya sendiri, menjelma menjadi seorang manusia, agar kita, anak-anak manusia, bisa disebut sebagai anak-anak Allah (Galatia 3:26).

Sejarah budaya Natal
Kisah Natal berasal dari Injil Santo Lukas dan Santo Matius dalam Perjanjian Baru. Menurut Lukas, seorang malaikat memunculkan diri kepada para gembala di luar kota Betlehem dan mengabari mereka tentang lahirnya Yesus. Matius juga menceritakan bagaimana orang-orang bijak, yang disebut para majus, mengikuti bintang terang yang menunjukkan kepada mereka di mana Yesus berada.
Catatan pertama peringatan hari Natal adalah tahun 336 Sesudah Masehi pada kalender Romawi kuno, yaitu pada tanggal 25 Desember. Perayaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perayaan orang kafir (bukan Kristen) pada saat itu. Sebagai bagian dari perayaan tersebut, masyarakat menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan tukar-menukar hadiah. Kebiasaan-kebiasaan itu lama-kelamaan menjadi bagian dari perayaan Natal. Pada akhir tahun 300-an Masehi agama Kristen menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi.
Di tahun 1100 Natal telah menjadi perayaan keagamaan terpenting di Eropa, di banyak negara-negara di Eropa dengan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Hari Natal semakin tenar hingga masa Reformasi, suatu gerakan keagamaan di tahun 1500-an . Gerakan ini melahirkan agama Protestan. Pada masa Reformasi, banyak orang Kristen yang mulai menyebut Hari Natal sebagai hari raya kafir karena mengikutsertakan kebiasaan tanpa dasar keagamaan yang sah. Pada tahun 1600-an, karena adanya perasaan tidak enak itu, Natal dilarang di Inggris dan banyak koloni Inggris di Amerika. Namun, masyarakat tetap meneruskan kebiasaan tukar-menukar kado dan tak lama kemudian kembali kepada kebiasaan semula.
Pada tahun 1800-an, ada dua kebiasaan baru yang dilakukan pada hari Natal, yaitu menghias pohon Natal dan mengirimkan kartu kepada sanak saudara dan teman-teman. Di Amerika Serikat, Santa Claus (Sinterklas) menggantikan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Sejak tahun 1900-an, perayaan Natal menjadi semakin penting untuk berbagai bisnis.

Asal kata
Kata Christmas (Hari Natal) berasal dari kata Cristes maesse, frase dalam bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus). Kadang-kadang kata Christmas disingkat menjadi Xmas. Tradisi ini diawali oleh Gereja Kristen terdahulu. Dalam bahasa Yunani, X adalah kata pertama dalam nama Kristus (Christos). Huruf ini sering digunakan sebagai simbol suci. Natal adalah hari raya umat Kristiani untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Tidak ada yang tahu tanggal berapa tepatnya hari lahir Kristus, namun kebanyakan orang Kristen memperingati Hari Natal pada tanggal 25 Desember. Pada hari itu, banyak yang pergi ke gereja untuk mengikuti perayaan keagamaan khusus. Selama masa Natal, mereka bertukar kado dan menghiasi rumah mereka dengan daun holly, mistletoe, dan pohon Natal. Perayaan Natal pada setiap negara dirayakan dengan kemeriahan yang berbeda
Perayaan keagamaan
Bagi kebanyakan orang Kristen, masa Natal mulai pada hari Minggu yang paling dekat dengan tanggal 30 November. Hari ini adalah hari raya Santo Andreas, salah satu dari keduabelas rasul Kristus. Hari Minggu tersebut disebut hari pertama masa Adven, yaitu masa 4 minggu saat umat Kristiani mempersiapkan perayaan Natal.
Kata adven berarti datang, dan mengacu pada kedatangan Yesus pada hari Natal. Untuk merayakan masa Adven, empat buah lilin, masing-masing melambangkan hari Minggu dalam masa Adven, diletakkan dalam suatu lingkaran daun-daunan. Pada hari Minggu pertama, keluarga menyalakan satu lilin dan bersatu dalam doa. Mereka mengulangi kegiatan ini setiap hari Minggu dalam masa Adven, dengan menambahkan satu lilin lagi setiap kalinya. Sebuah lilin merah besar yang melambangkan Yesus, ditambahkan pada lingkaran daun-daunan itu pada Hari Natal.
Untuk kebanyakan umat Kristiani, masa Adven memuncak pada Misa tengah malam atau peringatan keagamaan lain pada malam sebelum Natal (Malam Natal), tanggal 24 Desember. Gereja-gereja dihiasi dengan lilin, lampu, dan daun-daunan hijau dan bunga pointsettia. Masa Natal berakhir pada hari Epifani, tanggal 6 Januari. Untuk gereja Kristen Barat, Epifani adalah datangnya para majus di hadirat bayi Yesus. Menurut umat Kristen Timur, hari tersebut adalah perayaan pembaptisan Kristus. Epifani jatuh 12 hari setelah hari Natal.
Tukar kado
Kebiasaan untuk tukar menukar kado pada sanak-saudara dan teman-teman pada hari khusus di musim dingin kemungkinan bermula di Romawi Kuno dan Eropa Utara. Di daerah-daerah tersebut, orang-orang memberikan hadiah pada satu sama lain sebagai bagian dari perayaan akhir tahun. Pada tahun 1100, di banyak negara-negara Eropa, Santo Nikolas menjadi lambang usaha saling memberi. Menurut legenda, Santo Nikolas membawakan hadiah-hadiah untuk anak-anak pada malam sebelum perayaannya, tanggal 6 Desember. Tokoh-tokoh yang bukan keagamaan menggantikan Santo Nikolas di berbagai negara tak lama setelah reformasi, dan tanggal 25 Desember menjadi hari untuk tukar-menukar kado. Kini di Amerika Serikat, Santa Claus membawakan hadiah untuk anak-anak.
Malam Natal
Karena pada dasarnya malam Natal adalah hari raya keagamaan, hari tersebut tidak dianggap sebagai hari libur resmi. Gereja-gereja mengadakan perayaan pada malam itu. Orang-orang memperhatikan gua Natal (replika dari kandang domba tempat Yesus lahir, dengan patung-patung Yesus, Maria, Yosef, gembala-gembala dan hewan-hewan) sambil menyanyikan lagu-lagu Natal.
Orang-orang dewasa minum eggnog, semacam susu telur madu, yaitu campuran krim, susu, gula, telur kocok dan brandy (semacam minuman beralkohol) atau rum. Menurut kisahnya, pada malam Natal, Santa Claus menaiki kereta salju penuh hadiah, ditarik oleh delapan ekor rusa kutub. Santa Claus lalu terbang menembus awan untuk mengantarkan hadiah-hadiah itu kepada anak-anak di seluruh dunia. Untuk mempersiapkan kunjungan Santa, anak-anak Amerika mendengarkan orangtuanya membacakan The Night Before Christmas (Malam Sebelum Natal) sebelum tidur pada Malam Natal. Puisi tersebut dikarang oleh Clement Moore di tahun 1832.
Dulu, anak-anak menggantungkan stoking atau kaus kaki besar di atas perapian. Santa turun dari cerobong asap dan meninggalkan permen dan hadiah-hadiah dalam kaus kaki itu untuk anak-anak. Kini, tradisi itu tetap diteruskan, namun kaus kakinya digantikan oleh tas kain merah berbentuk kaus kaki. Natal juga secara tradisi merupakan saat untuk berhenti bertengkar. Hari Raya Natal (Pesta Natal) 25 Desember Hari ini merupakan hari libur keagamaan maupun sekuler. Umat Kristiani merayakan peringatan kelahiran Yesus dari Nazaret.
Perayaan Natal
Karena sebetulnya Natal merupakan hari raya keagamaan, awalnya hari tersebut bukan merupakan hari libur resmi. Namun, karena kebanyakan orang Amerika Serikat adalah orang Kristen, hari itu adalah hari di saat kebanyakan bisnis tutup dan hari di mana paling banyak pekerja, termasuk karyawan pemerintah, diliburkan. Pulang ke rumah (termasuk pulang kampung) merupakan kebiasaan yang sangat dihormati. Selain dari tradisi yang sangat bersifat keagamaan, kebanyakan kebiasaan di saat Natal juga dilakukan oleh orang-orang yang tidak religius atau tidak memeluk agama Kristen. Biasanya, umat Kristiani merayakan Natal menurut tradisi gereja mereka masing-masing.
Ada berbagai macam ibadah keagamaan di gereja yang dilakukan oleh keluarga-keluarga sebelum mereka keliling untuk mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman.
Natal menurut tradisi Amerika
Tukar menukar kado, mengirim kartu ucapan
Aktivitas ini menjadi populer sejak tahun 1800-an. Lagu-lagu Natal, yang disebut carol, dinyanyikan dan diperdengarkan selama masa liburan. Menjadi populer sejak tahun 1800-an. Menghias rumah. Kebanyakan orang Amerika menghias pohon Natal, yaitu pohon cemara atau pohon buatan, di rumah-rumah mereka. Lampu-lampu dan lingkaran daun-daunan dari pohon empat musim, mistletoe dan ucapan Selamat Natal diletakkan di dalam dan di luar banyak rumah. Menjadi populer sejak tahun 1800-an.
Santa Claus
Santa Claus berasal dari kisah lama tentang seorang Santo Kristiani bernama Nikolas dan dari dewa Norwegia yang bernama Odin. Para imigran membawa Bapa Natal atau Santo Nikolas ke Amerika Serikat. Namanya lambat laun berubah menjadi Santa Claus, dari nama Belanda untuk Bapa Natal abad ke-empat, Sinter Claas. Sekalipun asalnya dari mitologi Norwegia sebelum ajaran Kristen, Santa Claus baru menjadi tokoh yang kita kenal sekarang di Amerika Serikat. Orang Amerika memberikannya janggut berwarna putih, mendandaninya dengan baju merah dan menjadikannya seorang tua yang riang dengan pipi yang merah dan sinar di matanya. Santa Claus adalah tokoh mitos yang dikatakan tinggal di Kutub Utara, di mana beliau membuat mainan sepanjang tahun.
Amal
Natal juga merupakan saat di mana orang Amerika menunjukkan kemurahan hati kepada orang-orang yang kurang beruntung. Uang dikirimkan ke rumah sakit dan panti asuhan atau dibuat dana khusus untuk membantu fakir miskin.Xmas secara tradisi merupakan saat untuk menghentikan segala macam pertempuran dan pertikaian.
Pohon Natal:
Kebiasaan memasang pohon Natal sebagai dekorasi dimulai dari Jerman. Pemasangan pohon Natal yang umumnya dari pohon cemara, atau mengadaptasi bentuk pohon cemara, itu dimulai pada abad ke-16.
Saat penduduk Jerman menyebar ke berbagai wilayah termasuk Amerika, mereka pun kerap memasang cemara yang tergolong pohon evergreen untuk dekorasi Natal di dalam rumah. Dari catatan yang ada, orang Jerman di Pennsylvania Amerika Serikat memajang pohon Natal untuk pertama kalinya pada tahun 1830-an.
Pohon Natal bukanlah suatu keharusan di gereja maupun dirumah sebab ini hanya merupakan simbol agar kehidupan rohani kita selalu bertumbuh dan menjadi saksi yang indah bagi orang lain "evergreen". Pohon Natal (cemara) ini juga melambangkan "hidup kekal", sebab pada umumnya di musim salju hampir semua pohon rontok daunnya, kecuali pohon cemara selalu hijau daunnya.
Pemasangan pohon cemara, baik asli maupun yang terbuat dari plastik, di tengah kota atau di tempat-tempat umum pun menjadi pemandangan biasa menjelang Natal. Salah satu yang terbesar adalah pohon yang ada di Rockefeller Center di 5th Avenue New York Amerika Serikat.
Legenda
Ada beberapa legenda/cerita yang beredar di kalangan orang Kristen sendiri mengenai asal mula pohon natal.
Pengalaman "supranatural" Santo Bonifacius
Menurut sebuah legenda, ada seorang rohaniawan Inggris bernama Santo Bonifacius yang memimpin beberapa gereja di Jerman dan Perancis. Suatu hari dalam perjalanannya dia bertemu dengan sekelompok orang yang akan mempersembahkan seorang anak kepada dewa Thor di sebuah pohon oak. Untuk menghentikan perbuatan jahat mereka, secara ajaib St. Boniface merobohkan pohon oak tersebut dengan pukulan tangannya. Setelah kejadian yang menakjubkan tersebut di tempat pohon oak yang roboh tumbuhlah sebuah pohon cemara.
Martin Luther dan pohon cemaranya
Cerita lain mengisahkan kejadian saat Martin Luther, tokoh Reformasi Gereja, sedang berjalan-jalan di hutan pada suatu malam. Terkesan dengan keindahan gemerlap jutaan bintang di angkasa yang sinarnya menembus cabang-cabang pohon cemara di hutan, Martin Luther menebang sebuah pohon cemara kecil dan membawanya pulang pada keluarganya di rumah. Untuk menciptakan gemerlap bintang seperti yang dilihatnya di hutan, Martin Luther memasang lilin-lilin pada tiap cabang pohon cemara tersebut.
Kontroversi
Terlepas dari kebenaran kisah-kisah di atas, hingga hari ini pemasangan Pohon Natal masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan umat Kristen. Bagi orang-orang yang tidak berkenan dengan pohon Natal, mengisahkan bahwa pada zaman dahulu bangsa Romawi menggunakan pohon cemara untuk perayaan Saturnalia, mereka menghiasinya dengan hiasan-hiasan kecil dan topeng-topeng kecil, karena pada tgl 25 Desember ini adalah hari kelahiran dewa matahari, Mithras, yang asal mulanya dari Dewa Matahari Iran yang kemudian dipuja di Roma. Demikian pula hari Minggu adalah hari untuk menyembah dewa matahari sesuai dari arti kata Zondag, Sunday atau Sonntag. Perlu diketahui juga bahwa dewa-dewa matahari lainnya, seperti Osiris, dewa matahari orang Mesir, dilahirkan pada tanggal 27 Desember. Demikian pula Dewa matahari Horus dan Apollo lahir pada tanggal 28 Desember.
Maka dari itu ada aliran-aliran gereja tertentu yang mengharamkan tradisi pohon Natal, sebab mereka menganggap ini sebagai pemujaan dewa matahari. Pemasangan pohon itu dianggap sebagai bentuk penyembahan berhala. Reaksi penolakan itu bahkan awalnya sempat diwarnai keputusan pemerintah Jerman untuk mendenda siapa pun yang memasang pohon cemara sebagai pohon Natal.
Hal itu mulai berubah, saat gambar Ratu Victoria dari Inggris, Pangeran Albert dari Jerman, dan anak-anaknya dengan latar pohon cemara, diilustrasikan di London News. Karena sosok Victoria yang sangat populer, pemuatan gambar itu di media massa pun membuat pohon cemara menjadi pilihan lazim sebagai pohon Natal.
Tradisi
Setelah masyarakat AS mengikuti jejak Inggris menggunakan pohon cemara pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, industri pun semakin berkembang dan merambah ke berbagai negara. Termasuk industri berbagai hiasan pohon Natal seperti bola-bola yang digantung, pernak-pernik Santa Claus, tinsel (semacam tali berumbai yang dililitkan ke pohon), dan lainnya.
Karena penggunaan pohon cemara merupakan tradisi Eropa, ekspresi sukacita yang dilambangkan dengan berbagai dekorasi itu berbeda-beda di setiap negara. Indonesia dan Filipina menjadi negara yang sangat terpengaruh tradisi Eropa itu sampai akhirnya para umat Kristen membeli pohon buatan tapi yang penting berbentuk cemara.
Di Afrika Selatan keberadaan pohon Natal bukanlah sesuatu yang umum. Sementara masyarakat India, lebih memilih pohon mangga dan pohon pisang.

Santa Claus:
Mengamati perayaan Natal 2009 dalam acara di TV, hotel dan mall, kita dapat melihat ada ciri khas yang menonjol dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sekarang kita melihat banyak ditonjolkan figur Santa Claus, baik dalam pakaian lengkap maupun hanya menggunakan topi merah berjambul. Baik presenter, paduan suara, penyanyi & penari, maupun kelompok kuis TV banyak yang menggunakan simbol Santa Claus tersebut. Siapakah Santa Claus itu?
Santa Claus berasal dari seorang bernama Nicholas yang sejarahnya tidak jelas. Menurut tradisi, ia dilahirkan di kota Lycia pelabuhan kuno di Patara (Asia Kecil), dan kala muda berkelana ke Palestina dan Mesir, dan sekembalinya ke Myra menjadi uskup Lycia (abad-4). Ia dipenjarakan ketika raja Diokletus menganiaya umat Kristen dan dilepaskan ketika raja Konstantin berkuasa, ia hadir di Konsili Nicea (325) dan meninggal dan dikubur di Myra. Pada abad-6 peninggalannya dikeramatkan dan tahun 1087 para pelaut/pedagang Italia mencurinya dan membawanya ke Bari, Itali. Kemudian relikwinya dikeramatkan di basilika San Nicola di Bari pada abad-11.
Mengapa Nicholas kemudian terkenal dan melegenda? Nicholas menggambarkan uskup yang ramah yang suka menolong anak dan orang miskin. Keramahannya kemudian dibumbui dengan mujizat-mujizat dan legenda sekitar bagaimana ia menolong banyak orang terutama anak-anak. Sebenarnya legenda Santo Nicholas itu bercampur baur dengan legenda pemberi hadiah kafir sebelumnya, seperti Befana di Roma, Berchta & Knecht Ruprecht di Jerman, dan Odin di Norwegia yang memiliki kekuatan sihir yang menghukum anak-anak nakal & menghadiahi anak-anak yang baik, dan biasa menaiki kereta terbang yang ditarik rusa kutub.
Legenda ini kemudian menyebar ke seluruh Eropah, tetapi sejak Reformasi legenda kultus Nicholas tidak lagi dirayakan di gereja-gereja protestan, dan di gereja Jerman diganti bayi Yesus (Christkindl) sang pemberi hadiah yang dikenang pada hari kelahiran-Nya tanggal 25 Desember. Sebaliknya, di Belanda berkembang Sinterklaas yang menggambarkan orang tua berjanggut putih panjang berpakaian uskup menaiki kuda yang bisa terbang ke atap rumah dibantu budaknya Swarte Piet. Sinterklaas datang pada tanggal 5 Desember malam ke rumah-rumah untuk memberi hadiah bagi anak-anak yang baik melalui cerobong asap.
Legenda Nicholas/Sinterklaas ini kemudian dibawa pada abad-17 ke koloni baru di New Amsterdam (sekarang New York) di benua Amerika dan kemudian dikenal sebagai Santa Claus yang berupa orang gemuk berjanggut putih memakai mantel dan kerpus berwarna merah yang menaiki kereta ditarik 8 rusa kutub yang bisa terbang. Nicholas dijuluki Santo (orang suci) dan gambarannya kemudian berbaur dengan gambaran Christkindl dan dijuluki Kriss Kringle. Legenda Santa Claus ini mencapai bentuknya pada abad-19 yang kemudian dirayakan dengan pemberian hadiah di malam Natal (24 malam). Legenda Santo Nicholas ini di dirayakan sebagai Pere Noel di Perancis, Julenisse di Skandinavia, dan Father Christmas di Inggeris. Figur rusa ke-9 bernama Rudolph memiliki hidung merah mengkilat diperkenalkan pada tahun 1939.
Sekalipun Santa Klaus dianggap sebagai lambang semangat memberi hadiah khususnya untuk anak-anak, namun karena sifat pencampurannya dengan cerita-cerita magis kafir, misalnya kehadiran Santa Klaus yang penuh mujizat & naik kereta ditarik rusa terbang, dan peri bertongkat sihir dalam perayaan Magic Christmas, banyak juga yang mempersoalkannya sebagai tidak sesuai dengan semangat Natal dan mempromosikan ketamakan dan komersialisasi yang telah dimanipulasikan oleh para pengusaha mainan anak-anak, makanan & minuman, dan hiburan. Gambaran Sinterklaas yang juga populer di Indonesia juga bukan contoh baik bagi anak-anak karena dinilai banyak orang sebagai rasist, Orang tua kulit putih yang pengasih dan budak kulit hitam yang kejam yang suka mencambuki anak-anak nakal. Karena sejarah kehidupan Nicholas tidak jelas, Paus Paulus VI menanggalkan perayaan Santo Nicholas dari kalender resmi gereja Roma Katolik pada tahun 1969.
Mengenang maraknya perayaan Natal di akhir tahun 2009 yang lebih menonjolkan figur Santa Klaus daripada figur Tuhan Yesus, sudah tiba saatnya umat Kristen sadar dan menempatkan dirinya lebih berpusat Injil dan berhati Tuhan Yesus, dan tidak makin jauh terpengaruh komersialisasi yang sudah begitu jauh dimanfaatkan oleh toko-toko mainan, makanan & minuman, dan bisnis hiburan itu.
PERGESERAN MAKNA NATAL
Yesus lahir dalam kesederhanaan. Dia adalah Raja, jadi sebenarnya Dia dapat memilih tempat dimana Dia akan dilahirkan. Dia bisa saja memilih istana yang megah dan penuh keindahan, tetapi sebaliknya Dia memilih kandang dengan bau yang mungkin saja menyengat.Dia bisa saja memilih untuk diletakkan di pembaringan yang empuk, tapi Dia justru memilih palungan. Dia bisa saja memilih sutra termahal untuk menyelimuti-Nya -- ingat, Dia Raja dan Tuhan -- tetapi Dia membiarkan kain lampin yang kasar dan sederhana membungkus-Nya. Saat Dia lahir, bisa saja Dia mengundang pembesar dan golongan bangsawan untuk datang melihat-Nya, tetapi Dia justru memilih para gembala sebagai tamu kehormatan!
Kelahiran Kristus itu sederhana, bahkan sangat sederhana. Namun anehnya Natal sekarang ini sudah identik dengan kemewahan. Kalau tidak mewah, bukan Natal namanya. Jika anggaran dana Natal tidak membengkak sampai berpuluh-puluh juta, Natal yang kita peringati serasa kurang afdol. Dengan dalih rohani, kita selalu berkata bahwa kita sedang menyambut kelahiran Raja di atas segala raja, sehingga segala pemborosan yang kita berikan tidak berarti sama sekali. Memang tidak pantas jika kita membuat perhitungan finansial terhadap Tuhan. Namun, apakah benar semua kemewahan itu untuk Tuhan, ataukah sebaliknya untuk memuaskan keinginan kita sendiri? Bukankah sejujurnya kita sungkan dengan tamu undangan yang datang dalam acara Natal kita itu, sehingga mau tidak mau kita akan menyiapkan acara itu semewah mungkin? Padahal bisa saja kita merayakan Natal dalam kesederhanaan tanpa mengurangi esensi Natal itu sendiri.
Seandainya waktu bisa diputar ulang, saya ingin kembali ke Natal yang pertama untuk menyaksikan dan merasakan sendiri bagaimana suasana di Betlehem. Sementara semua penduduk desa kecil itu sudah tertidur pulas, di suatu tempat, tepatnya di sebuah kandang sederhana, terlihat Yusuf dengan Maria yang sedang menggendong Sang Mesias. Serombongan gembala datang dengan ekspresi yang belum pernah terlihat sebelumnya. Suasana di sana begitu hangat, tenang, teduh dan dipenuhi kedamaian yang tak terkatakan. Natal pertama memang diwarnai dengan kedamaian.
Dua puluh abad kemudian, Natal masih diperingati. Kisahnya masih terus diceritakan. Bahkan cerita Natal itu tampaknya tidak pernah usang. Hanya sayang, kedamaian yang menyelimuti Natal pertama berangsur-angsur hilang. Kini kita memperingati Natal, tapi tak pernah merasa damai. Sebaliknya, Natal tidak lebih dari kegiatan tahunan yang membuat kita letih. Bahkan kadang kala kita memperingati dengan kegelisahan dan kegalauan dalam hati. Kehadiran Sang Mesias tidak cukup memberi rasa tenang dan rasa aman. Berita kelahiran Juruselamat tidak sanggup menghembuskan rasa damai di hati kita. Tak heran jika Natal tidak begitu berkesan dalam hidup kita. Sama sekali tidak membekas. Bahkan berlalu begitu saja.
Jika kita mau merenungkan lebih jauh, bukankah benar bahwa makna Natal dalam pengertian yang sebenarnya telah bergeser begitu jauh? Makna Natal yang sebenarnya diganti dengan hal-hal lahiriah. Digantikan dengan pesta pora, hura-hura, dan kemewahan yang sia-sia. Dilewatkan begitu saja, bahkan sebelum kita bisa mengambil waktu sejenak untuk berefleksi. Alangkah indahnya jika kita bisa kembali ke Natal yang pertama. Merasakan Kristus dalam kesunyian, membuat jiwa kita lebih peka terhadap suara-Nya. Merasakan Kristus dalam kesederhanaan, menggugah empati kita terhadap sesama yang hidup dalam kekurangan, yang dilanda bencana atau yang sedang dirundung kesedihan. Merasakan Kristus dalam hembusan damai, mengusir jiwa yang gelisah dan galau.




Jamita Minggu Misericordiasdomini – 14 April 2024

Sondang ni Bohi ni Jahowa Manondangi hita      (Cahaya Wajah Tuhan Menyinari Kita) Psalmen 4 : 1 – 9      Hamuna angka nahinaholonga...