Yesus Adalah Terang
Yohanes 12 : 46
Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan
Kata terang memiliki makna yang sangat kaya, baik dalam Kitab Suci maupun dalam pengertian umum. Dalam pengertian umum terang dapat berarti cahaya nurani, yakni sumbu ilahi yang berkedip-kedip dalam batin kita, yang menegur bila kita akan melawan kehendak Allah dan membisikkan kata-kata dorongan bila kita mengikuti kehendak Tuhan dalam hidup kita. Tetapi makna terang jauh lebih kaya lagi dalam Kitab Suci. Misalnya beberapa contoh: menurut Kitab Kejadian, terang merupakan awal dari kehidupan, awal penciptaan dari segala sesuatu (bdk Kej 1,4-5); kalau pemazmur berkata: Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Mzm 119-102), ia memaksudkan kebijaksanaan yang datang dari Sabda Allah sendiri; dalam pengertian Lukas kata terang menunjuk pada keselamatan dari Allah (bdk Lk 1,78; 2,30-32); dan dalam pengertian Rasul Yohanes ia berarti kehadiran Yesus dalam dunia (bdk Yoh 12,46). Nah, segala sifat terang tsb di atas dapat dikenakan kepada Yesus, yang sendiri mengaku: Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup (Yoh 8,12). Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepadaKu jangan tinggal di dalam kegelapan (Yoh 12,46).
Ketika ‘terang’ datang, maka kegelapan akan terusir. Itulah yang akan terjadi. Begitu juga dengan kehidupan kita secara rohani. Manusia yang sudah jatuh dalam dosa, itu berarti dia tinggal dalam kegelapan. Gelap yang pekat, yang bahkan untuk bisa melihat tangannya sendiripun sulit untuk dilakukan. Kegelapan yang tidak bisa disingkirkan oleh kekuatan sendiri. Sekalipun ia menyadari betapa muram dan menyedihkannya hidupnya, ia tidak akan pernah punya kemampuan untuk menyingkirkan gelap itu dari hidupnya. Ia membutuhkan pertolongan seseorang untuk memberikan terang itu bagi hidupnya.
Dan ketika Allah mengirimkan ‘Terang’ yang sesungguhnya, bukan hanya dalam bentuk matahari yang bersinar, tapi justru dalam wujud Yesus Kristus, anakNya yang tunggal, Putera kesayanganNya sendiri, saat itulah semua ‘kegelapan’ itu berteriak ketakutan dan tidak tahan dengan kehadiranNya. Di dalam ‘gelap’, dosa bisa menipu dan mempermainkan manusia, karena mata yang ditutupi kegelapan tidak akan bisa melihat dengan jelas sekelilingnya. Dosa bermain sebagai ‘pemimpin’ tipuan, yang akan membawa manusia ke jalan-jalan yang disangka orang lurus, padahal ujungnya maut (Amsal 14:12). Semua manusia yang masih tinggal dalam kegelapan akan berakting sepertinya mereka pandai tetapi sebenarnya mereka dikendalikan oleh satu kuasa gelap yang terus menerus menipu dan mempermainkan hidup mereka. Alangkah malangnya orang-orang yang masih terus hidup dalam kegelapan itu. Mereka sibuk mencari pertolongan, mencoba melakukan hal yang ‘benar’, tetapi terus berkutat dalam kegelapan yang sepertinya sudah terlalu ‘nyaman’ untuk mereka diami. Saking terbiasanya dengan semua kegelapan yang menyelimuti diri mereka, benar-benar membuat mereka curiga ketika ‘Terang’ yang sesungguhnya itu datang.
Dosa membuat hidup mereka terlalu terbiasa dengan segala kegelapan dan kekotoran. Mereka tidak lagi punya rasa malu ketika ditemui dalam keadaan seadanya, karena mereka memang tidak pernah bisa memandang diri mereka sendiri di dalam kegelapan pekat itu. Mereka selalu berpikir bahwa selama ini mereka baik dan sungguh baik-baik saja, apapun yang mereka lakukan dalam gelap itu, mereka pikir semua itu sangat baik dan membuat mereka layak untuk disebut baik. Padahal, semua itu hanya tipuan dosa. Dosa yang sudah meracuni pikiran mereka sehingga membuat mereka merasa baik-baik saja. Dosa sudah menipu mereka sehingga mereka merasa tidak memerlukan pertolongan dari ‘Terang’ itu.