Hidup Takut Akan Allah
Kejadian 22 : 1 – 13
Adalah seorang anak yang mau naik kelas harus melewati test / ujian terlebih dahulu. Bagi mereka yang ingin menyandang gelar akademis, tentunya ada tahapan-tahapan yang harus dilalui. Proses kesitu adalah ujian, baik ujian semester, ujian praktek, ujian skripsi, dll. Ujian memang berat, tetapi harus dilewati sebelum diumumkan lulus atau menjadi seorang pemenang. Hidup kita juga demikian, tidak luput dari berbagai ujian sebagai proses menuju keberhasilan. Kadang kala pikiran, keinginan, emosi dan kesetiaan kita kita diuji. Di-berbagai aspek kehidupan, manusia juga pasti diuji, dan ujian itu bisa terjadi dalam rumah tangga, digereja, diperjalanan, ditempat pekerjaan dan sebagainya, yang tujuannya adalah untuk memperkuat iman kita, memurnikan iman kita dan membuat iman kita semakin bertumbuh .
Renungan kita minggu ini mencermati ujian yang dihadapi Abraham pada saat Allah meminta anak satu-satunya menjadi korban bagi Tuhan. Didalam cerita ini kita tahu bahwa Abraham lulus dari ujian ini secara memuaskan; sehingga Tuhan bersabda: Jangan bunuh anak itu. sebab telah Kuketahui sekarang bahwa engkau takut akan Allah.
Sangat jelas sekali permintaan Allah kepada Abraham, tidak perlu ditafsir lagi ; Allah meminta “Anak tunggal yang dikasihi”. Seperti kita ketahui, untuk menantikan kelahiran Ishak, Abraham harus menanti janji Tuhan ini selama duapuluh lima tahun. Sejak Ishak lahir Abraham dengan penuh suka-cita dan penuh kasih membesarkan anak ini, namun sekarang secara tiba-tiba Allah memintanya kembali. Apa maksud Tuhan? Apakah Tuhan sedang mepermainkan Abraham?
Apakah tadinya sebelum peristiwa ini Allah tidak tahu ? Ya, pasti Tuhan tahu reaksi Abraham seperti apa! Tahu disini adalah berkaitan dengan pengalaman, telah membuktikan bahwa Abraham beriman dan takut kepada Tuhan. Dua kata kunci dalam kisah ini yaitu : "Beriman dan takut akan Tuhan". Kalau setiap orang percaya memiliki hal ini, maka Tuhan berkata : "Jangan kauapa-apakan masalahmu.. Saya yang membereskannya.
Sekarang ini manusia lebih takut kepada hantu, takut jatuh sakit, takut miskin, gempa bumi, banjir, takut kepada teroris, tetapi tidak takut akan Tuhan. Manusia hanya takut dipenjarakan, kalau ketahuan perbuatannya, tetapi tidak takut kepada Tuhan yang menentukan hidupnya nanti di Sorga atau di neraka.
Kalau kita takut akan Tuhan, maka kebenaran ini akan mengubah dan merombak hidup kita. Apa sih takut akan Tuhan ? Arti sederhananya adalah kalau ada kesempatan untuk berbohong, kalau ada kesempatan untuk mencuri, kalau ada kesempatan untuk korupsi, ada kesempatan untuk berzinah atau berbuat cabul, ada kesempatan melakukan kejahatan ; maka "janganlah kita lakukan itu", meskipun orang lain tidak mengetahuinya, tetapi "mata Tuhan ada disegala tempat, mengawasi orang jahat dan baik" (Amsal 15 : 3).
Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang percaya pada Tuhan sepenuhnya, tidak setengah-setengah. Orang yang tidak meragukan kebaikan, kesetiaan dan kemurahan Tuhan. Dia yakin bahwa Tuhan memberikan yang terbaik dalam hidupnya. Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang mengasihi Tuhan lebih dari segala-galanya.
Andaikata kita ini adalah seorang karyawan. Pada saat kita sedang mempersiapkan diri untuk pergi beribadah pada jam yang sudah biasanya, lalu tiba-tiba boss kita mengajak kita makan direstoran, mana yang akan kita pilih ? mana yang harus kita prioritaskan ? Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang taat pada Allah sepenuhnya. Meskipun apa yang diminta Tuhan begitu sulit seperti yang dialami Abraham, tetapi dia tidak membantah, dia tidak ragu-ragu untuk melaksanakannya. Dia beriman bahwa apa yang dilakukannya menyenangkan hati Tuhan, walaupun hal itu tidak menyenangkan hatinya sendiri. Mari, hadapilah ujian iman kita, untuk melihat kemuliaanNya. Kalaupun gagal, janganlah patah semangat atau undur daripada Tuhan, tetapi mintalah ampun kepadaNya dan mintalah hikmatNya dan kekuatanNya, pastilah kita akan dibuatNya berhasil dan lulus.
"Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." Roma 12:1
Klimaks kehendak Bapa ialah pelaksanaan korban tubuh kristus Yesus. Ia mengorbankan diriNya di salib bagi umat manusia. Jadi dalam melaksanakan kehendak Bapa kita pun dituntut mengorbankan tubuh kita. Pengorbanan Yesus tentunya berbeda dengan pengorbanan kita. Pengorbanan Yesus berarti kematianNya, tetapi pengorbanan kita ialah mempersembahkan tubuh kita yang hidup seperti dikatakan rasul Paulus, "...demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah..." Adapun langkah kedua dalam meneladani Yesus adalah mengorbankan atau mempersembahkan tubuh kita di atas mezbahNya. Dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup kita tidak lagi punya hak atas hidup kita dan sama sekali tidak punya hak menuntut apa-apa lagi karena hidup kita bukanlah milik kita lagi. Sejak saat kita mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan, tubuh kita ini menjadi milik Dia sepenuhnya. Paulus berkata, "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dan Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku." (Galatia 2:19b-20). Karena segala sesuatu yang diletakkan di mezbah menjadi milik Allah maka Dialah yang menentukan segalanya atas milikNya tadi. Kemana pun tubuh diutus kita tak dapat menuntut apa-apa, dan apa pun yang kita perlukan Dialah yang mengaturnya. Tapi sebelum Dia dapat berkarya sepenuhnya dalam hidup kita, kita harus mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup dan mempercayakan hidup ini sepenuhnya kepadaNya, artinya tidak lagi hidup atas dasar kehendak diri sendiri. Jadi, "Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah, ...untuk menjadi senjata-senjata kebenaran." Roma 6:13