Sabtu, 21 Mei 2011

Hari Sabtu 30 April 2011

Menuruti Perintah Allah
1 Yohanes 2 : 3
Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya
 Setiap pelanggaran itu ada sangsinya, apalagi pelanggaran terhadap suatu perjanjian, maka hukumnya sangat jelas. Apa yang dialami Akhan adalah suatu pelajaran penting untuk kita renungkan di dalam hidup kita sehari-hari. Di dalam pasal sebelumnya Tuhan sudah memperingatkan: “Tetapi kamu ini, jagalah dirimu terhadap barang-barang yang dikhususkan untuk dimusnahkan, supaya jangan kamu mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu setelah mengkhususkannya dan dengan demikian membawa kemusnahan atas perkemahan
orang Israel dan mencelakakannya” (Yosua 6:18). Tuhan tidak melihat besar kecilnya barang yang diambil, bagi Tuhan itu tidak seberapa sebab Tuhan sanggup mengadakan segala sesuatu. Tetapi hal yang terpenting adalah komitmen untuk tunduk dan taat kepada perintah-Nya. Dan yang menjadikan-Nya murka adalah ketika umat-Nya mengabaikan otoritas-Nya yaitu mengabaikan perintah-Nya. Komitmen untuk taat dan tunduk kepada Allah adalah penting sekali demi berlangsungnya hidup umat selama menumpang di dunia ini. Penundukkan diri dan ketaatan kepada firman-Nya merupakan kunci untuk menjaga hubungan baik antara umat dan Allah, sebab hanya dengan hubungan yang baik ini sajalah berkat-berkat pemeliharaan dan perlindungan Tuhan ada pada kita.
Kita memiliki keyakinan akan hidup kekal jikalau kita menghormati Kristus sebagai Tuhan dalam kehidupan kita dan sungguh-sungguh berusaha untuk menaati perintah-Nya. “Dan inilah tandanya bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui bahwa kita ada di dalam Dia” (1Yoh 2:3-5; bd. 1Yoh 3:24; 5:2; Yoh 8:31,51; 14:21- 24; Yoh 15:9-14; Ibr 5:9).

Hari Jumat 29 April 2011

Pemberita Injil
Efesus 3 : 7
Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya
Sekecil apapun karunia yang kita miliki, kita harus menggunakan dengan semaksimal mungkin, karena Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban kita atas hal tersebut. Jangan pernah berpikir bahwa jika karunia yang kita miliki sedikit, maka kita tidak perlu melayani atau menganggap bahwa pelayanan kita tidak akan berdampak besar terhadap gereja. Jika kita berbuat demikian, maka itu berarti kita tidak menghargai kasih karunia Allah kepada kita, sama seperti hamba yang diberikan satu talenta oleh tuannya. Bukannya mengusahakan agar talentanya dapat bertambah, dia malah hanya menyimpannya. Mungkin dia terlalu meremehkan talentanya yang sedikit itu atau mungkin dia memang adalah orang yang malas, sehingga dia enggan untuk mengusahakannya. Karena perbuatannya itu, maka tuannya menjadi marah dan menghukumnya. Walaupun talenta yang telah diberikannya itu tidak berkurang, tetapi tuannya merasa tidak puas, karena tujuan dia memberikan talenta kepada hamba-hambanya adalah agar mereka mengusahakannya sehingga menjadi bertambah banyak, seperti yang telah dilakukan dua hamba lain yang memiliki dua dan lima talenta.
Memberitakan Firman dapat melalui mimbar yaitu berkhotbah, ada juga yang melalui penginjilan pribadi. Dari antara mereka yang menerima karunia ini, ada yang menerima karunia bernubuat untuk menyampaikan Firman di depan publik atau jemaat, namun sebagian lagi mendapat karunia untuk menginjil secara personal. Masing-masing ditempatkan TUHAN untuk melayani sesuai dengan karunia yang diterimanya.
Banyak anggota gereja kita yang menerima karunia untuk melakukan penginjilan secara personal. Terbukti banyak jiwa dimenangkan melalui kesaksian jemaat kepada anggota keluarga, maupun teman mereka. Sebagai orang Kristen, jangan kita pasif. Jika kita diberi karunia nubuat ini, kita harus mempergunakannya untuk memenangkan anggota keluarga dan kenalan kita yang belum menerima TUHAN. Jangan sampai kita berkata "tidak bisa" padahal sesungguhnya bukan tidak mampu tetapi kita "tidak mau".

Hari Kamis 28 April 2001

Tentram Dalam Naungan Tuhan
Mazmur 4 : 9
Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman
Seorang filsuf yang berasal dari Denmark dan hidup pada abad ke-19, Soren Kierkegaard, mengatakan bahwa dunianya terguncang hebat pada saat ayahnya yang saleh mengatakan kepadanya bahwa sang ayah telah menghujat Allah karena mengalami penganiayaan oleh orang lain. Tindakan ayahnya itu sangat mengguncang Soren, sehingga ia menyebut kejadian tersebut sebagai "Gempa yang Dahsyat". Sepanjang sisa hidupnya, ia masih bertanya-tanya bagaimana apabila keluarganya dikutuk oleh Allah karena tindakan yang dilakukan oleh ayahnya. Kita juga telah atau mungkin akan mengalami "gempa bumi" dalam hidup kita. Akan tetapi, akan sangat menghibur kita jika mengetahui bahwa dalam keadaan paling buruk sekalipun, iman kita kepada Allah dapat -- dan akan -- menopang kita. Bagaimanapun juga, "Dia mengendalikan seluruh dunia di tangan-Nya," dan itu berarti, "Dia memelihara Anda dan saya, Saudara-saudari, dalam tangan-Nya." Tak seorang pun, atau bencana apa pun, bisa merampas kita dari tangan Bapa surgawi (Yohanes 10:28,29). Tangan-Nya akan selalu menopang kita selamanya
Keselamatan penebusan Tuhan Yesus di atas kayu salib bersifat permanen, tidak berubah dan secure selama-lamanya di dalam hidup kita. Itu yang menjadi kekuatan pada waktu ada ancaman aniaya datang kepada kita, pada waktu hidup kita tersendiri kehilangan segala-galanya, tetap kasih Tuhan tidak pernah berubah.
Sampai di sini, tidak berarti di dalam Kekristenan tidak ada suara yang menolak konsep ‘eternal security’ ini. Khususnya di dalam arus kelompok Arminianism yang dimulai oleh seorang teolog Belanda bernama Jacobus Arminius yang mengatakan memang betul Tuhan menyelamatkan kita tetapi keselamatan itu bisa menjadi tidak permanen di dalam hidup engkau dan saya tergantung apakah kita tetap setia tahan dan tidak menolak Tuhan sampai akhir.

Hari Rabu 27 April 2011

Pengampunan Allah
Mikha 7 : 18
Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia
Dalam keseharian kita, musuh jiwa kita ingin membawa kita kepada respon yang salah, seperti keraguan, ketakutan, atau berkompromi dengan dunia. Dilain pihak, Tuhan ingin menguji kita untuk melatih iman kita. Kedua kondisi ini dapat terjadi bersamaan. Walaupun didalam percobaan atau ujian, kita dapat dengan yakin bahwa perjuangan kita tidaklah unik, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa. ” Apapun perjuangan kita, Tuhan telah berpekara jauh sebelumnya.
Bagaimanapun, Ada suatu factor signifikan yang menentukan, yakni Kasih Setia Tuhan: “Sebab Allah setia.” Ini adalah isu penting dalam ketidak mampuan kita. Sering kali kita merasa hampir menyerah pada tantangan yang kita hadapi. Kita merasakan ketidak mampuan kita, tapi Tuhan ingin kita tetap berfokus pada kasih setiaNya. Setelah kita mengingat Setia Tuhan, Roh akan membawa 2 janji yang memberikan harapan bagi mereka yang didalam percobaan dan ujian.
Marilah kita imani dan hayati bahwa Allah adalah maha pengampun dan pengasih, sebagaimana digambarkan sebagai bapa yang baik, yang mengampuni anak bungsu yang telah berdosa berat. Maka baiklah kita sadari dan hayati aneka dosa yang telah kita lakukan , dan kemudian dengan rendah hati mohon kasih pengampunan dari Allah melalui pengakuan dosa maupun jika mungkin mohon pengampunan kepada mereka yang telah menderita karena dosa-dosa kita. Kami berharap kepada para orangtua untuk meneladan ‘bapa yang baik’ maupun ‘anak bungsu’, artinya menjadi teladan mengampuni maupun minta maaf jika bersalah. Orangtua hendaknya tidak malu minta maaf kepada anak-anaknya atas kesalahan yang telah dilakukan, demikian juga atasan terhadap bawahan, pemimpin terhadap anak buah, pejabat terhadap rakyat, ‘gembala’ terhdap ‘domba-dombanya’, dst.. Orang berdosa atau bersalah adalah untuk diampuni dan dikasihi, memang ada kemungkinan kepada mereka dikenakan denda atas kesalahan atau dosa yang telah dilakukan. Aneka macam denda hendaknya diberikan demi pertobatan, bukan balas dendam.

Hari Selasa 26 April 2011

Terang Di Wajah Kristus
2 Korintus 4 : 6
Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus
Dalam Keluaran dan 2 Korintus kita mengetahui bahwa wajah Musa bersinar dengan kemuliaan Allah, tetapi ia menyelubungi wajahnya. Alasan bahwa ia bercadar itu bukan karena kerendahan hati melainkan karena takut apabila cahaya kemuliaan itu akan memudar dan Musa tahu itu secara takhayul akan menjadi buruk jika orang-orang Israel melihat kemuliaan wajahnya menghilang. Mereka akan menarik kesimpulan yang salah dari efek berkurangnya cahaya wajahnya. Jadi ia menutupi  wajahnya sama sekali sehingga mereka tidak akan tahu apakah wajahnya bersinar atau tidak setiap kali Allah menyuruhnya berbicara kepada orang Israel.
Paulus menekankan bahwa terang Allah – kemuliaan-Nya – sepanjang hidup ke-Kristen-an tidak akan memudar. Ini adalah pemberian yang permanen. Kita dapat membuka wajah kita kepada dunia, sehingga orang dapat melihat kemuliaan Allah dalam diri kita.
Terang  itu dibutuhkan jika ada kegelapan. Kita bisa membayangkan kegelapan hidup, lebih berat dari pada kegelapan malam. Saat jalan kita gelap, hati kita terasa kelam, bahkan berbagai-bagai masalah membayangi. Firman Allah yang akan memberi pelita, bahkan terang dalam setiap langkah kehidupan kita. Meski kita tak tahu apa yang akan terjadi esok, namun kita percaya Firman Tuhan akan memberi terang pada setiap langkah hidup kita. Apapun masalah yang dihadapi, kita harus yakin dan percaya Firman Tuhan adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. Bukan manusia yang menerangiku, bukan kepintaran atau kehebatanku, bahkan bukan kekuatan-kekuatan yang ada didalam dunia. Hanya Firman Tuhan yang menjadi jalan bagi setiap persoapan yang kuhadapi.
Pada saat kita belum mengenal Yesus dan menerimaNya sebagai Tuhan dan juruselamat hidup kita, kita hidup di dalam kegelapan. Pada waktu itu, mungkin kita sehat-sehat saja secara jasmani dan menjalani hidup dengan baik, tapi secara rohani kita mati di hadapan Tuhan. Komunikasi dengan Tuhan terputus akibat dosa manusia. Oleh karena itulah Yesus mati di atas kayu salib untuk menebus semua dosa manusia, agar kita semua dapat beroleh keselamatan dan hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Hidup kita dipulihkan di hadapan Tuhan. Pada saat Yesus menjamah hati kita dan kita dapat melihat karya Yesus yang luar biasa dan kebesaran Allah kita di alam semesta ini. Mata hati kita diubahkan sehingga dapat melihat hal-hal rohani yang sebelumnya tidak pernah kita lihat dan alami. Itulah saat kita mengalami kelahiran baru di dalam Yesus, itulah yang dinamakan Yesus lahir di dalam hidup kita.

Hari Senin 25 April 2011 Paskah II – Pesta Kedua Peringatan Kebangkitan Tuhan Yesus

Mempercayai Kebangkitan Yesus
Lukas 24 : 36 – 45
Dalam nas ini dikatakan bahwa murid-murid berkumpul bersama dalam suatu ruangan yang terkunci rapat. Mereka takut terhadap orang-orang Farisi dan para imam kepala yang telah bertanggung-jawab atas penyaliban Yesus tiga hari sebelumnya. Mereka berkumpul pada hari Minggu Paskah malam. Para imam kepala dan tua-tua telah mengetahui bahwa tubuh Yesus telah hilang. Mereka menuduh bahwa para Murid yang telah mencurinya (Matius 28:11-13). Lalu mereka mencari para Murid itu. Karena alasan ini, para Murid bersembunyi di ruangan itu, dengan semua pintu dalam keadaan terkunci (Yohanes 20:19). Ini adalah pada hari ketika Kristus bangkit dari antara orang mati – suatu hari yang teramat agung dan mulia dalam sepanjang sejarah manusia! Namun apa yang dilakukan oleh para murid? Mereka bersembunyi dalam suatu ruangan yang terkunci semua! Yudas, yang telah mengkhianati Kristus, telah bunuh diri. Tomas tidak hadir dalam pertemuan mereka itu. Sepuluh murid lainnya berkumpul di sana dengan sangat ketakutan dalam ruangan itu pada Minggu Paskah malam.
Saat sedang membicarakan kebangkitan YESUS di dalam ruangan yang terkunci, tiba-tiba YESUS hadir di tengah-tengah mereka. DIA memberikan salam yang membawa damai sejahtera dan sukacita. Sayangnya, reaksi para rasul yang telah berjalan bersama YESUS selama lebih dari tiga tahun itu bukannya gembira; mereka malah terkejut, takut, dan menyangka bertemu hantu! Mereka ragu-ragu siapa yang menemui mereka sehingga merasa tidak nyaman. Mereka menyangka bahwa yang dapat menembus ruangan terkunci hanyalah hantu. Dengan kata lain, meragukan kuasa TUHAN. Orang Kristen banyak yang beranggapan sama dengan para rasul itu; mereka berpikir yang dapat menembus tembok adalah setan, dukun, arwah. Ini anggapan yang salah. YESUS mampu melakukan semua itu. Karena itu, jangan ragukan kuasa-NYA yang jauh lebih besar daripada kuasa setan. Itulah sebabnya Gereja ditugaskan untuk menjadi saksi kebangkitan Kristus, yang berarti menjadi saksi akan kemanusiaan baru, yaitu manusia yang menggunakan orientasi Kristus dan meninggalkan orientasi manusia lama.
Yang disebut manusia ialah kesatuan antara roh dan badan (jasmani). Kematian – akibat dosa itu – merupakan kebinasaan kemanusiaan, bukan hanya kebinasaan orang yang meninggal itu saja. Maka yang mau diselamatkan Kristus adalah manusia utuh, jadi juga kemanusiaan itu sendiri. Bahwa manusia harus mengalami kematian, itulah tanggung-jawab manusia, karena manusia sendirilah yang berdosa. Karena itu karya penebusan Allah terjadi dengan diutusnya Allah Putera menjadi Manusia, Immanuel, sehingga Immanuel (Kristus) dapat menghadapi kematian untuk dijadikan sebagai jalan membangun manusia baru dan kemanusiaan baru dalam kebangkitan-Nya. Orang beriman harus hidup dengan kemanusiaan baru, yang mengarahkan usahanya kepada alam hidup yang mulia, yang membuang ragi dosa.

Hari Minggu Paskah I 24 April 2011 Pesta Peringatan Kebangkitan Tuhan Yesus

Kebangkitan Tuhan Yesus
Yohanes 20 : 1 – 10
Di dalam Yoh 20, kita melihat peristiwa kebangkitan Kristus dimana diceritakan pada hari minggu pagi Kristus bangkit. Hari minggu disini penting dan perlu kita perhatikan. Mengapa? Karena orang Kristen beribadah pada hari kebangkitan Kristus yaitu pada hari Minggu bukan pada hari Sabtu sebagaimana gereja Advent. Hari minggu adalah hari pertama pada setiap minggu sedangkan hari Sabtu adalah hari terakhir dari setiap Minggu. Hari Minggu juga merupakan hari kemenangan dimana Yesus bangkit pada hari pertama. Demikian juga pada hari Pentakosta jatuh pada hari Minggu dimana pada hari tersebut terjadi kebaktian yang pertama bagi umat Kristen dan pada hari itu juga 3000 orang sekaligus bertobat. Jadi ibadah orang Kristen yang pertama berbeda dengan orang-orang Yahudi di dalam PL yang jatuh pada hari terakhir yaitu hari Sabtu. Hari Minggu adalah hari pertama, ini memiliki arti yang penting yaitu agar kita memulai apapun bersama dengan Kristus dulu.
Jadi pada hari pertama yaitu hari Minggu pagi pagi benar Maria Magdalena datang ke kubur dan ketika sampai di kubur ternyata Tuhan Yesus sudah tidak ada. Betapa kagetnya Maria lalu dia berlari dan melapor kepada Petrus dan murid yang lain yang adalah penulis Kitab ini sendiri yaitu Yohanes, murid yang dikasihi Tuhan. Mendengar itu Petrus dan murid yang lain berlari ke kubur dimana Tuhan Yesus dikuburkan dan ternyata benar bahwa kubur tersebut sudah kosong. Petrus hanya melihat kain kafan tergeletak di bawah. Apakah mereka sebelumnya mengerti bahwa Kristus sudah bangkit? Tidak! Kebangkitan Kristus masih sulit dimengerti oleh mereka dan demikian juga oleh orang-orang pada masa kini. Mengapa?
Sepanjang zaman banyak orang berusaha membuat teori untuk menyangkal kebangkitan Tuhan Yesus, baik dengan cara menyangkal kematian-Nya maupun dengan menyebarkan isu adanya peti jenazah dan makam keluarga Tuhan Yesus. Semua penyangkalan tersebut memiliki satu akar, yaitu tidak adanya iman. Berbagai bukti kebangkitan dari Alkitab sudah amat meyakinkan, tetapi bila kita tidak memiliki iman, kita akan terus berusaha membuat argumentasi untuk menyangkal. Orang yang percaya akan kebangkitan Tuhan Yesus memperoleh keyakinan keselamatan dan bisa mencicipi berkat-berkat rohani, tetapi orang yang tidak memiliki iman tidak akan bisa menikmati berkat-berkat yang telah Allah sediakan.
Kebangkitan-Nya menyatakan bahwa segala kuasa telah dilenyapkan, maka selaku anak-anak-Nya, kita harus mematikan segala kedagingan serta menyerahkan hidup kita untuk dipimpin oleh Roh Kudus supaya kita berjalan dalam tujuan dan rencana-Nya, tidak dikuasai permasalahan, melainkan mengalami kemenangan demi kemenangan.
Percaya atau sangat gembira bahwa Yesus telah bangkit itu pintu menjadi orang beriman. Sebab mengimani Kristus itu menjadikan Kristus sebagai pusat kehidupannya. Disitulah orang menemukan keselamatan,  menerima pengampunan dosa dan ditebus, diperdamaikan dengan Allah. Mengimani Kristus berarti menyatukan hidupnya dengan hidup Kristus. “Kamu sudah mati dan kehidupanmu tersembunyi dalam Allah bersama Kristus. Pusat kehidupanmu yang sesungguhnya ialah Kristus”.
Dengan kata lain mengimani Kristus yang bangkit berarti memiliki hidup baru, berarti  merayakan Paskah baru yaitu Kristus sendiri yang bertindak sebagai Imam Agung dan sekaligus menjadi kurban-Nya. Mengimani Kristus yang bangkit berarti menjadi manusia baru dalam kebangkitan Kristus, menjadi anak Allah. “Maka buanglah ragi yang lama (yaitu ragi dosa), agar kamu menjadi adonan baru, karena kamu memang sudah menjadi baru”.

Hari Sabtu 23 April 2011

Selalu Memuji Tuhan
Mazmur 138 : 2
Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu
Pujian adalah bidang kehidupan orang percaya.  Alkitab menegaskan, "Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan!  Haleluya!"  (Mazmur 150:6).  Hanya orang mati saja yang tidak dapat memuji Tuhan.  Selama kita masih bernafas kita harus menggunakan setiap nafas kita untuk memuji Tuhan.  Atau mungkin kita berkata, "Ah, memuji Tuhan itu tidak harus bersuara atau bersorak-sorai.  Cukup di dalam hati saja."  Memuji Tuhan di dalam hati saja tidak cukup.  Kita harus memiliki pujian di mulut kita seperti kata Daud, "Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepadaNya tetap di dalam mulutku."  (Mazmur 34:2).  Jadi kita tak dapat bersorak-sorai dan berdiam diri sekaligus dalam waktu yang bersamaan.
Pujian bagi Tuhan, karena kekuatan-Nya yang dahsyat. Acapkali ketika kekelaman meliputi kehidupan kita, maka pandangan hidup kita dipersempit seputar pergumulan kita. Pemazmur tidak demikian, ia justru mengingat siapakah Tuhan yang ia percayai dan bahwa Tuhan bukanlah Tuhan yang terbelenggu dengan kekelaman. Tuhan mengatasi kekelaman. Ia adalah Tuhan yang penuh dengan kekuatan dan tak ada bandingnya.
Pujian bagi Tuhan, karena kasih setia-Nya yang tak berkesudahan. Perjalanan kehidupan seringkali dapat memudarkan pengharapan yang telah Tuhan sediakan bagi kita.      Pujian dapat menggerakkan kuasa sorga dinyatakan dalam kehidupan kita.  Saat pujian dinaikkan, saat itu pula kemuliaan Tuhan melawat kita, karena "...Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel."  (Mazmur 22:4).  Kita harus berusaha menyingkirkan semua hambatan yang membuat kita merasa canggung atau enggan memuji Tuhan, serta mempersilahkan Roh Kudus bekerja melalui diri kita.  Ketika kita bersemangat dan memiliki totalitas saat memuji Tuhan kita akan tampak asing, dianggap aneh atau bahkan diejek dan direndahkan oleh orang-orang yang tidak mengerti kebenaran firman Tuhan.  Sebaliknya kita patut bersyukur karena kita akan tampak indah di hadapan Tuhan.

Hari Jumat Agung, 22 April 2011 Pesta Peringatan Kematian Tuhan Yesus Kristus

Tuhan Yesus Menyembuhkan
Yesaya 52 : 13 – 53 : 12
Tanpa cahaya manusia tidak mungkin melihat diri dan orang lain. Bagaimana bisa melihat bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah? Pada waktu Anak Allah yang tidak berdosa di atas kayu salib manusia tidak mengerti inilah Anak Allah yang akan menyelamatkan dunia. Gelap sudah merajalela, kegelapan dari hukum, politik, dan rohani manusia sudah menudung dan Allah yang berada di tempat yang Mahatinggi akan menunggu sampai waktu itu lewat. Waktu itu tidak akan lewat sampai Yesus mengatakan, "Sudah selesai." Itulah waktunya kegelapan tidak mungkin mengalahkan terang lagi. Pada waktu Yesus dipaku di atas kayu salib, tidak ada terang yang sampai kepada Dia. Waktu itu Ia menerita kegelapan yang terbesar. Tetapi justru Ia adalah Anak Allah yang menang. Di dalam kegelapan yang paling menakutkan, Ia tidak mengatakan, "Habislah." tetapi, "Sempurnalah, sudah genap, sudah selesai."
Pada waktu Ia menderita sama seperti yang dialami oleh orang lain yang disalib, tidak satu kalipun Ia mengucapkan kalimat kutukan. Bahkan di atas kayu salib Ia mengucapkan kalimat yang belum pernah diucapkan oleh orang lain, "Ya Bapa ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Mari bayangkan 2 perampok yang mengejek Dia. Pada waktu kalimat itu keluar dari mulut Yesus, yang tidak menjawab waktu diadili, sekarang membuka mulut dengan kalimat yang paling manis sewaktu Ia mengalami penderitaan yang paling berat. Pada waktu kita menderita sedikit, kita keluarkan perkataan yang jahat sekali. Pada waktu Yesus menerima kejahatan dan penderitaan yang paling besar, Dia mengatakan perkataan yang paling besar. Salah satu perampok yang disinari Roh Kudus, di tengah keadaan menderita diberikan kesadaran, "Orang ini
pasti berbeda dengan yang biasa." Siapakah Yesus? Apakah karena kesabaranNya yang membuat hati saya tergerak? Apakah karena Dia mempunyai watak yang demikian anggun dan mulia sehingga boleh menjadi teladan manusia? Tidak. Maka perampok itu telah melihat Yesus, yang tidak menunjukkan kuasa dan mujizat, menembusi tirai menuju ketidakterbatasan dengan iman, melihat "Inilah Anak Allah, inilah Juruselamat. Inilah yang akan memiliki Kerajaan yang akan datang!" Itu sebab iman itu dihidupkan oleh Tuhan dan difokuskan pada Kristus. Setelah Kristus mengatakan kalimat pertama itu, langsung perampok ini mengeluarkan perkataan, "Ya Yesus ingatlah aku pada waktu Engkau mewarisi kerajaanMu." Suatu iman yang luar biasa.

Hari Kamis 21 April 2001

Dosa Masa Lalu
Mazmur 25 : 7
Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN.
Saudaraku siapa yang belum mengenal Augustinus? Namanya sering dikutip dalam cerita sejarah gereja. Ya, Augustinus adalah Bapa Gereja. Namun siapa sangka, Augustinus dulu pernah mempunyai kehidupan yang kelam sebelum bertobat. Dia terkenal sebagai playboy. Namun suatu kali, ia bertobat dan menyesali dosa-dosanya! Meskipun godaan-godaan terus datang setelah pertobatannya, Augustinus tetap kukuh pada pendiriannya. Ia tidak mau terjatuh lagi dalam dosa seksual. Bahkan ia terkesan menjauhi hal-hal berbau seks, karena ia tahu bahwa ia lemah dalam hal itu.  Saudara, coba bayangkan semisal Augustinus, mendadak jatuh kembali dalam dosa seks, setelah pertobatannya! Pasti namanya tidak akan terkenal seperti sekarang. Namanya mungkin tak akan masuk dalam sejarah gereja, apalagi sebagai Bapa Gereja!
Bagaimana kita mengatasi masa-masa kegagalan iman, setelah kita merusak nilai-nilai kerajaan Allah di mata sahabat dan keluarga kita atau mencemarkan nama Allah melalui perbuatan-perbuatan kita? Setan bergembira tidak hanya atas masa-masa kegagalan kita, tetapi juga atas ketidakaktifan rohani yang kadang-kadang menjerat kita dalam penyesalan. Ketika gagal memberikan kesaksian yang baik, kita direndahkan dan seharusnya bersikap rendah hati. Namun, janganlah kita melipatgandakan kerusakan yang ada dengan menarik diri dalam kebungkaman dan bersembunyi sebagai utusan-utusan Kristus. Kita dapat mengatasi kegagalan masa lalu.
Tuhan mengingatkan kita untuk tidak melakukan dosa-dosa itu lagi. Semua itu ialah masa lampau. Kini Tuhan akan memberikan semangat kepada mereka yang dengan rendah hati datang kepada Tuhan, mereka yang lemah lesu akan dihidupkan. Tuhan akan menyembuhkan dan memberikan penghiburan. Mereka yang tetap dalam dosa akan dihukum oleh Tuhan. Tuhan sudah tidak mengingat lagi dosa kita, janganlah kita mengingat dosa kita. Penebusan di dalam Kristus mahal harganya, oleh karena itu kita dipanggil untuk hidup setia dalam kesucian kepada Tuhan.
Roh Kudus mengingatkan kita pada harga yang telah Yesus bayar secara lunas di atas kayu salib untuk menebus segala pelanggaran kita. Dia berkata, "Janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri."  Apabila setelah mengaku dosa di hadapan Allah, Anda masih cenderung menyalahkan diri sendiri, renungkan apa yang sedang Anda lakukan. Anda sedang terus-menerus menghidupkan kenangan akan dosa-dosa Anda karena marah pada diri sendiri. Untuk mengatasinya, pusatkan perhatian pada Sang Juru Selamat, bukan pada dosa Anda. Renungkan apa yang telah dilakukan-Nya, bukan apa yang telah Anda lakukan. Karena Yesus telah mengampuni dosa Anda, maka Anda dapat benar-benar "melupakan" dosa Anda 

Hari Rabu 20 April 2011

Mendengar Tuhan
Lukas 10 : 16
Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.
Ada sebagian orang Kristen yang Tuhan karuniai kemampuan untuk mendengarkan suara Tuhan dengan sangat jelas sampai bisa didengar secara fisik dan bukan hanya berupa bisikan di hati tapi bagi sebagian besar dari kita perkara mendengar suara Tuhan adalah perkara yang membingungkan.
Mendengar suara Tuhan adalah masalah hubungan juga Trial and Error, tidak ada cara tertentu dan tidak ada cara cepat. Pada awal–awal berhubungan dengan Tuhan semua orang pasti ragu-ragu membedakan suara Tuhan dan membuat kesalahan, tapi untuk setiap suara yang salah kita akan belajar mengenal suara hati kita dan untuk setiap suara hati yang benar kita akan belajar mendengar suara Tuhan. Kalau karena takut kita memilih untuk diam maka kita tidak akan pernah mengenal Tuhan
Setiap orang percaya patut bersyukur bahwa TUHAN membela kita sampai kekekalan. Ia memberikan jaminan keselamatan. Ia senantiasa mengingat orang-orang tebusan-Nya. Ia mengingat mereka yang melayani Dia. Namun, apakah Anda telah sungguh-sungguh menerima anugerah TUHAN? Menerima anugerah TUHAN berarti mengalami perdamaian dengan TUHAN. Perdamaian dengan TUHAN akan membuat Anda menjauhi perbuatan yang menyakiti hati-Nya. Bila Anda berbuat dosa, Anda akan segera bertobat dan kembali bersekutu dengan TUHAN. TUHAN selalu mengulurkan tangan-Nya kepada Anda. Jangan mengabaikan undangan-Nya!
Oleh sebab itu jangan sedikitpun hidup kita jauh dari Allah bila kita ingin mendengarkan suaraNya, tetapi biarlah hidup kita hanya untuk Dia, hati kita terus menyembah Dia, dan mata kita tetap memandang kepada kemuliaan Nya yang kekal. Mengikut Tuhan bukan berarti tidak pernah salah, masalahnya adalah apakah kita mau belajar dari kesalahan itu atau tidak dan berusaha untuk memperbaikinya. Sebab kalau kita hanya diam di tempat karena takut kita tidak  akan pernah sampai kemana-mana tapi kalau kita berjalan biarpun terjatuh-jatuh sepanjang jalan suatu saat kita pasti sampai ke tujuan.

Hari Selasa 19 April 2011

Berbuat Baik
Yakobus 4 : 17
Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa
Berdosa, selama ini banyak orang yang tidak mengerti kalau itu merupakan perbuatan dosa. Selama ini kita menganggap tidak melakukan berarti tidak berdosa, masuk dalam kategori aman, toh tidak melakukan perbuatan dosa.
Bilamana Anda mengabaikan teman Anda yang sedang berada di tepi jurang, dan Anda diam saja, Anda berdosa. Sedangkan dalam Taurat pun Allah sudah mengatakan perihal ini. Jika ada keledai atau lembu milik saudara kita yang rebah di jalan, maka Anda harus menolongnya beserta dengan saudara Anda itu. Dan Yesus melengkapi firman ini melalui perumpamaan tentang seorang Samaria yang murah hati (baca: Lukas 10:25-37). Orang Samaria dibenci oleh orang Yahudi sebab mereka dianggap sebagai orang Yahudi yang sudah tercemar. Tetapi justru orang yang dianggap mulia seperti imam dan orang Lewi sama sekali pura-pura tidak tahu kalau ada orang yang sedang terluka di pinggir jalan. Pura-pura tidak tahu! Itulah jurus yang mereka pakai ketika
melihat orang yang terkapar di pinggir jalan. Tetapi orang Samaria yang dianggap rendah itu tergerak oleh belas kasihan dan ia membawa dan membalut luka-lukanya. Tidak hanya sampai di situ saja. Ia menyewa kamar dan membaringkan orang itu lalu merawatnya. Jadi pertolongan yang dilakukannya tidaklah setengah-setengah, melainkan sampai tuntas.
 Ada begitu banyak kecurangan, ketidakadilan, dan masalah di sekitar kita. Bagaimana sikap kita selama ini? “Cari aman saja ah, daripada kena getahnya,” begitu barangkali semboyan kita. Untuk apa cari masalah, jangan sampai “tidak makan nangka kena getahnya.” Barangkali kita juga takut dituduh ikut campur. Sementara itu Rasul Yakobus berkata, “Jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.” Jadi, maukah kita melawan dorongan untuk berdiam diri atau acuh ta acuh?
Ada banyak orang yang melakukan perbuatan baik, melakukan amal dimana-mana, namun dalam kehidupan pribadinya ia bertolak belakang dengan sosok yang ia tampilkan. Mereka berbuat baik supaya dapat pujian dan sanjungan. Yang baik belumlah tentu benar di hadapan Tuhan. Yang terpenting adalah apa yang ada dalam hati kita. Tidaklah penting berapa banyak hal yang kita perbuat atau apa yang orang lain pikir tentang diri kita. Jauh lebih penting adalah didapati benar di hadapan Tuhan. Jadi, janganlah berhenti sampai berbuat baik. Tapi mari kita melakukan perbuatan yang berkenan kepada Allah dan melakukannya sesempurna yang kita bisa.

Hari Senin 18 April 2011

Allah Menyelamatkan BangsaNya
Yehezkiel 34 : 27
Pohon-pohon di ladang akan memberi buahnya dan tanah itu akan memberi hasilnya. Mereka akan hidup aman tenteram di tanahnya. Mereka akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, pada saat Aku mematahkan kayu kuk mereka dan melepaskan mereka dari tangan orang yang memperbudak mereka
Pada awalnya manusia dekat dengan Allah namun manusia itu mudah tergoda oleh Iblis sehingga jatuh kedalam dosa. Dosa menyebabkan proses kehidupan manusia menjadi rusak, sehingga proses itu terbalik, yaitu menuju kehancuran total, mati. Kondisi ini menyebabkan manusia tidak mungkin dapat mengembalikan arah proses hidupnya itu kepada kehidupan abadi. Padahal sejak diciptakan manusia dikehendaki Allah untuk hidup abadi dalam hadirat-Nya, dan hal itu tertanam dalam diri manusia.
Itulah sebabnya setiap orang mau hidup terus dan menolak kematian. Sebagaimana tampak pula pada budaya Jawa, orang bertapa dan berpuasa, agar dapat mencapai Sumber hidup. Orang percaya bahwa manusia akan hidup kekal bila menyatu dengan Yang Mahakuasa (Allah). Itu benar, tetapi dari sisi manusia hal itu tidak mungkin, bila hanya didasarkan pada kekuatan kodrati manusia. Satu-satunya jalan ialah bahwa Allah yang berkenan turun menyatukan diri dengan manusia. Dan itu sungguh terjadi, Allah Putera menjelma menjadi Manusia, Immanuel. Peristiwa kelahiran Yesus adalah terlaksananya janji Allah secara nyata, yang sebelumnya kehadiran Allah yang menyelamatkan manusia ditunjukkan-Nya melalui alam dan sejarah manusia serta para nabi.
Percayalah bahwa Tuhan mau menjadi Tuhan dalam hidup anda. Dia mau menjadi perlindungan anda, Dia mau menjadi keamanan anda. Dia mau menjadi Nama Pertama yang anda panggil bila kesukaran menimpa anda. Dia mau menjadi Pribadi yang anda percayai dan harapkan untuk mengamankan anda, Dia mau menjadi Andalan dalam setiap pergumulan hidup anda. Dan jika anda melakukan hal itu, Dia tidak akan mengecewakan anda, Dia sanggup menangani semua bahaya yang mengelilingi anda. Betapa pun gawatnya bahaya itu.

Hari Minggu Palmarum, 17 April 2011

Mempersembahkan Yang Terbaik Bagi Tuhan
Matius 26 : 6 – 13
Ketika Yesus berada di rumah Maria, Maria meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu yang relatif mahal harganya. Perbuatan Maria itu  sangat dicela oleh Yudas, yang sebentar lagi akan menjual Yesus kepada para imam-imam kepala dan orang-orang Yahudi.  Bagi Yudas, minyak narwastu adalah minyak yang mahal. Sayang kalau hanya untuk meminyaki kaki Yesus. Minyak itu bisa dijual dengan harga yang mahal dan uangnya bisa diberikan kepada orang-orang miskin. Tapi  apa yang disampaikan  oleh Yudas itu sebenarnya bukan bagaimana membantu orang miskin, tetapi yang dilihatnya nilai uang itu. Yudas adalah bendahara dari para rasul, dan bendahara  selalu “ijo” melihat uang.  Bendahara biasanya selalu korupsi baik dari secara kecil-kecilan sampai korupsi besar-besaran. Ia keberatan dengan pengurapan mewah dan mahal itu. Ia menganggapnya pemborosan berlebihan. Menurut dia, jauh lebih baik jika minyak itu dipersembahkan bagi orang miskin. Sebuah motivasi religius mulia. Lalu ada penilaian penginjil terhadap sikap Yudas. Perkataan Yudas itu bukan ungkapan kesalehan dari nurani terdalam, yang hendak melakukan salah satu tiang kesalehan agama yaitu sedekah (selain doa dan puasa). Perkataan Yudas hanya mau menyembunyikan agendanya yang terselubung. Jika duit penjualan minyak wangi itu masuk kas bersama yang ia pegang, ia berkesempatan mencurinya, sebagaimana dilakukannya selama ini. Jangan menyembunyikan niat jahat dengan berpura-pura berniat baik padahal itu adalah niat buruk yang terselubung seperti dilakukan Yudas. Yesus angkat bicara: ini bukan pengurapan biasa, dalam rangka pemborosan, pamer dan berfoya-foya. Ini pengurapan antisipasi penguburan-Nya yang menurut Yohanes baru dilakukan sesudah Sabat. Tetapi ketika Maria datang ke makam, Yesus tidak ada di sana, makam kosong. Untunglah pengurapan itu sudah “dilakukan” sebelumnya. Begitulah jalan pikiran Yohanes. Lalu ada rencana membunuh Lazarus. Karena tidak bisa menangkap Yesus, setidaknya petinggi Yahudi bisa menebas korban paling mudah dan dekat yaitu Lazarus. Itu perilaku sosial yang terjadi di mana-mana. Kalau sasaran kelas kakap tidak bisa disentuh, cukup sasaran kelas teri yang disentuh. Ini viktimisasi brutal. Pengikut Yesus tidak boleh berperilaku seperti itu.
Namun apa yang diperbuat oleh Maria sebenarnya mempunyai  makna simbolik yakni tentang  kematian Yesus yang sudah mendekat. Dalam kehidupan nyata sering kita perhatikan kita juga menuangkan minyak “wangi” untuk orang yang sudah meninggal. Dan ini nampaknya menjadi tradisi, walau secara tak sengaja itu sudah terjadi semasa jaman Yesus. Hal lain yang perlu kita pelajari dari sang wanita tersebut adalah yang rela memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Di zaman Perjanjian Lama dulu, setiap kali bangsa Israel datang menghadap kepada Tuhan mereka harus selalu membawa persembahan berupa hewan korban.  Tetapi tidak sembarang hewan persembahan itu berkenan di hati Tuhan. Jadi mereka harus membawa hewan-hewan yang terbaik:  gemuk atau tambun, sehat dan tidak bercacat sebagai persembahan, karena Tuhan menyukai persembahan yang terbaik.    
Di zaman anugerah ini kita tidak perlu membawa hewan korban dalam ibadah atau saat datang menghadap Tuhan.  Lalu, apa yang kita bawa kepada Tuhan sebagai persembahan?  Persembahan itu adalah hidup kita sendiri seperti yang disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Roma,  "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah:  itu adalah ibadahmu yang sejati."  (Roma 12:1).  Maka dari itu kita harus bisa menjaga hidup kita sesuai dengan kehendak Tuhan.  Inilah yang Tuhan kehendaki:  suatu kehidupan yang tidak bercacat cela.  Yang terbaiklah yang harus kita persembahkan kepada Tuhan, karena Tuhan sudah terlebih dahulu memberikan yang terbaik bagi kita!  Dikatakan,  "Ia (Yesus) sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran."  (1 Petrus 2:24).
Bersyukurlah bila hari ini kita diberi kesempatan mengarungi hidup sekejap di dunia ini. Pernahkah kita sadari bahwa detik demi detik hidup kita adalah rahasia Allah? Pernahkah kita renungkan bahwa keberadaan kita hari ini bukan kuasa kita? Kita hanya menjalani apa yang diberikan untuk kita, dengan satu tujuan: hidup lebih berarti lagi.
Hendaknya itu menjadi renungan kita setiap hari sehingga mengingatkan kita akan anugerah Allah atas hidup ini. Apakah kita sungguh-sungguh mengakui hal tersebut? Mungkin sebagian besar kita akan menjawab “Amin”. Lalu yang menjadi persoalan adalah, bagaimana kita mengisi hari-hari hidup kita? Sepantasnya kalau kita meresponinya dengan mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan dalam hidup ini. Apakah “yang terbaik di mata Tuhan” itu? Tidak ada kata lain selain segenap hidup kita bagi Sang Pemberi Hidup – Tuhan Yesus sendiri. Itulah standar harga untuk membalas kebaikan Tuhan. Kesaksian itulah yang dinyatakan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi (Flp 1:21). Jadikanlah momentum setiap hari untuk berkomitmen meninggalkan cara hidup yang lama, dan menyongsong hari yang baru untuk mempersembahkan segenap hidup kita bagi pekerjaan-Nya di sisa umur hidup kita yang masih diberikan-Nya kepada kita.

Hari Sabtu 16 April 2011

Hidup Yang Berbuah
Yohanes 15 : 16
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu
Saudara-saudara yang dikasihi dalam nama Yesus Kristus, hak hidup kita sepenuhnya ada ditangan Tuhan sebagai Sang Pencipta.Karena Tuhan-lah yang telah memilih kita, dan bukan kita yang memilih Tuhan, sehingga kita bisa hidup sesuka hati kita. Ingat,kita telah ditetapkan dari semula oleh sang pencipta yang empunya hidup kita, supaya kita ada didalam rencana agung Bapa yang Mulia. Berarti saat ini, kita mulai bertanya dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan "Bapa apa yang Engkau mau dengan hidupku ?". Dan jawaban dari kebenaran firman Tuhan diatas menjadi jelas bagi kita, karena firman Tuhan katakan "Dan Aku telah menetapkan kamu,supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap". Dengan mengerti kebenaran ini, kita akan hidup semakin takut akan Tuhan. Belajar untuk terus hidup berkenan dan melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa.
Di masa-masa sulit sekarang ini tidak mudah orang mau memberi atau membagi. Kebanyakan orang jadi egois dan kasihnya menjadi dingin. Ketika Tuhan meminta sesuatu dari kita, kita tak mengerti bahwa ketaatan kita itu akan membawa berkat bagi kita sendiri dan juga orang lain. Apabila kita rela memberikan apa yang kita miliki kepadaNya dan mempercayaiNya dengan iman yang tulus, Dia akan membuat milik kita menjadi berlimpah. Tuhan punya catatan secara rinci mengenai apa yang kita lakukan dengan setia dan taat, termasuk dalam hal memberi.
Oleh sebab itu jangan lagi kita membiarkan hidup ini menjadi sia-sia, tetapi marilah kita melakukan apa yang menjadi perintah Bapa, yaitu pergi dan menghasilkan buah. Tuhan mau kita berbuah dan buah itu tetap. jangan lagi kita hidup dengan mementingkan diri sendiri, dimana setiap hari kita hanya bertriak kepada Tuhan untuk minta diberkati. Tetapi kita tidak pernah berteriak untuk buah yang Tuhan kehendaki, yaitu jiwa-jiwa yang terhilang,yang terus tertipu oleh tipu daya iblis.

Hari Jumat 15 April 2011

Keagungan Seorang Pemimpin
Mazmur 45 : 7
Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran
Mazmur ini adalah suatu ungkapan kekaguman seorang yang melihat kuasa dan keprjasaan seorang raja. Keberhasilan seorang pemimpin bukan semata-mata dilihat dari berbagai hal yang dicapai selama masa kepemimpinannya. Lebih dari itu, ukuran keberhasilannya ialah sejauh mana ia telah berperan-serta dalam proses kepemimpinan itu, mulai dari awal hingga akhir kepemimpinannya. Ia mengawali kepemimpinannya dengan baik, menjalankan prosesnya dengan indah, dan mengakhirinya dengan agung.
Keagungan seorang pemimpin tidak ditentukan berdasarkan jabatan yang diduduki atau lamanya masa kepemimpinannya. Keagungan seorang pemimpin lebih ditentukan berdasarkan kepekaan hatinya dalam menanggapi berbagai tanggung jawab yang diberikan Allah dalam perspektif kekekalan, bukan sesuatu yang bersifat sementara. Seorang pemimpin yang agung rela meletakkan segala keberhasilannya di bawah kemuliaan Allah.
Kita sering mendengar pernyataan bahwa lebih sulit menemukan pemimpin-pemimpin yang besar sekarang dibanding pada masa lampau. Tampaknya, pemimpin-pemimpin yang seperti itu sulit atau bahkan mustahil ditemukan pada masa kini. Berbagai gambaran tentang kebesaran pemimpin masa lalu telah menyempitkan wawasan pemikiran kita mengenai pemunculan pemimpin baru. Acuan-acuan mengenai pemimpin baru ditetapkan dengan standar yang tidak logis.
Sebenarnya, permasalahannya bukan pada ketiadaan pemimpin baru yang sekelas pemimpin lama, tetapi pada soal kepercayaan. Apakah pemimpin lama dan para pengikutnya berani memberikan kepercayaan kepada sang pemimpin yang baru akan muncul? Pemahaman ini bukan tanpa suatu pertimbangan, tetapi sebaliknya, pertimbangan yang matang itu tentu mengandung berbagai kemungkinan risiko yang akan terjadi. Kepercayaan seperti itu sebenarnya adalah kunci untuk kemunculan dan pertumbuhan pemimpin-pemimpin baru yang sekelas pemimpin lama.
Pada akhir masa kepemimpinannya, banyak pemimpin menghadapi kesulitan besar berupa perasaan tidak dihormati lagi. Ketakutan akan hilangnya berbagai penghormatan itu dapat memicu terjadinya kemandekan proses regenerasi kepemimpinan. Namun, rasa dihormati dan berbagai bentuk prestise lainnya hanyalah atribut kepemimpinan, bukan tujuan kepemimpinan. Tujuan utama kepemimpinan Kristen ialah memuliakan nama Tuhan.

Hari Kamis 14 April 2001

Allah Menyertai Kita
Yeremia 30 : 11
Sebab Aku menyertai engkau, demikianlah firman TUHAN, untuk menyelamatkan engkau: segala bangsa yang ke antaranya engkau Kuserahkan akan Kuhabiskan, tetapi engkau ini tidak akan Kuhabiskan. Aku akan menghajar engkau menurut hukum, tetapi Aku sama sekali tidak memandang engkau tak bersalah
 Saudaraku, orang yang setia dan benar di hadapan Tuhan bukan berarti terbebas dari masalah, justru acapkali ia harus mengalami proses demi proses dari Tuhan, baik itu penderitaan atau kesesakan. Hal ini juga dialami Hizkia “Setelah peristiwa yang menunjukkan kesetiaan Hizkia itu datanglah Sanherib, raja Asyur, menyerbu Yehuda. Ia mengepung kota-kota berkubu, dan berniat merebutnya.”  (2 Tawarikh 32:1). Di tengah kesesakan yang dialami, Hizkia tidak tawar hati. Sesuai arti namaya, Allah itu kuat, Hizkia memiliki sikap hati yang benar menanggapi serangan dan kepungan musuh. Ia tidak mengeluh atau pun menggerutu kepada Tuhan, sebaliknya ia sangat yakin Tuhan bisa diandalkan. Karena itulah dia mampu memberi semangat dan menenangkan hati para tentaranya dengan perkataan iman, “Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Janganlah takut dan terkejut terhadap raja Asyur serta seluruh laskar yang menyertainya, karena yang menyertai kita lebih banyak dari pada yang menyertai dia.” (2 Tawarikh 32:7).
Apakah janji Allah sudah tidak berlaku lagi dimasa kini? Jawabnya masih dan terus demikian karena la pantang mengingkari janji-Nya. Bahkan Allah menuntun umat-Nya terus menerus untuk menyongsong pemenuhan janji-Nya. Karena itulah umat patut mengabdi kepada Allah (ay 9). Umat tidak mengabdi supaya memperoleh keselamatan tetapi umat mengabdi karena keselamatan yang dijanjikan sudah dipenuhi oleh-Nya. la berjanji untuk melepaskan kita dari kuk dan tali yang mengekang maka kita bersyukur bahwa la tahu apa yang menjadi segala keperluan kita (bacalah Matius 6:32b). Karena itu dalam penyertaanNyalah kita dimungkinkan tetap teguh dalam menggumuli segala kenyataan yang kita jumpai. Kita berpegang pada janji Allah yang berdampak langsung kepada pengharapan kita disaat kita lemah, putusasa, kuatir dan takut. Pengharapan itulah yang harus dimiliki oleh setiap orang yang menerima janji keselamatan demi Tuhannya.

Hari Rabu 13 April 2011

Meninggikan Yesus
Filipi 2 : 9 – 10
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi
Saudara-saudara yang dikasihi dalam nama Yesus Kristus, kita harus percaya dengan iman bahwa nama Yesus menyandang cukup kekuasaan untuk menjamin doa-doa kita dikabulkan.  Rasul Paulus mengatakan bahwa nama Yesus adalah nama yang berkuasa di atas segala nama.  Nama Yesus adalah satu-satunya nama yang sanggup menekukkan lutut, baik itu yang ada di langit, di atas bumi, dan di bawah bumi.  Iblis gemetar mendengar nama Yesus, dan nama Yesus satu-satunya yang sanggup mengusir setan dan segala kuasa jahat roh-roh jahat.  Dalam Ibrani 1:4 juga dikatakan bahwa Yesus adalah nama yang lebih indah dari pada nama yang diberikan Allah kepada malaikat-malaikatNya.  Oleh karena itu kita patut bersyukur memiliki Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.  Selain memperoleh keselamatan di dalam Dia, namaNya juga menjadi jaminan bahwa doa-doa kita akan didengar dan dijawab oleh Tuhan.  Jadi nama Yesus adalah materai untuk mengesahkan doa-doa kita.
Yesus telah mengesampingkan kemuliaan, artinya Ia memiliki kemuliaan, tetapi menanggalkan-Nya (Yoh. 17:4), Ia melepaskan kedudukan sebagai Anak Allah (Ibr. 5:8), kekayaan yang tak terbatas (2Kor. 8:9), segala hak surgawi sebagai Yang Mahatinggi (Mat. 20:28), dan penggunaan sifat-sifat ilahi-Nya (Yoh. 14:10). Ketika Alkitab mengatakan Yesus mengosongkan diri-Nya, tidak sekadar berarti Ia secara sukarela menahan diri untuk menggunakan kemampuan dan hak istimewa ilahi-Nya, tetapi juga dengan sangat rela menerima penderitaan, perlakuan buruk, kebencian, dan kematian keji dengan dianggap kutuk di kayu salib.
Sekalipun Ia adalah Allah, Tuhan Yesus bersedia menjadi manusia dengan segala pencobaan, kehinaan, dan kelemahannya. Dari penyaliban-Nya, Yesus Kristus telah memberi teladan kerendahan hati yang paling ekstrem, radikal, dan sempurna bagi kita semua yang menjadi pengikut-Nya. Dan seperti janji-Nya bahwa siapa yang rendah hati akan ditinggikan, Ia pun membuktikannya, sebab Allah Bapa telah meninggikan-Nya dengan luar biasa, dan menganugerahkan kepada-Nya nama di atas segala nama, yang berarti otoritas tertinggi di atas segalanya.

Hari Selasa 12 April 2011

Kasih Tuhan Yang Hebat
Mazmur 117 : 2
Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya
Cristina Onassis seorang anak perempuan dari raja kapal keturunan Yunani-Amerika, Aristotle Onassis. Ia memang memiliki banyak harta tetapi hidupnya tidak bahagia. Sedari umur 2,5 tahun, hidupnya selalu saja bergumul merindukan kasih sayang orangtua. Baik ayahnya, baik ibunya selalu saja tidak memiliki waktu untuk berkumpul bersamanya. Bahkan pada usianya yang ke tiga tahun, Cristina pernah mogok bicara karena marah ama ortunya. Selama hidupnya, Cristina mengejar kasih yang ia rindukan selalu, melewati empat kali perkawinannya namun semuanya itu kandas. Akhirnya, Cristina Onassis meninggal pada usia muda 37 tahun, dengan tidak menemukan kasih sejati yang selama ini ia cari-cari.
Ada banyak orang yang mengaku mengasihi Tuhan. Mereka menyampaikannya lewat begitu banyak cara, gaya dan pola. Ada yang menunjukkannya lewat doa yang panjang-panjang, lewat kerajinan beribadah dan lain-lain. Tetapi perhatikanlah bahwa semua itu tidak akan ada gunanya apabila kita tidak mengasihi saudara-saudara kita dan masih menyimpan kebencian, bahkan terlalu mudah untuk menghakimi. Merasa tata caranya paling benar lalu menghina atau menghujat sesama saudara dalam Kristus yang berbeda gereja, itu menunjukkan bahwa kita belumlah mengasihi Tuhan, meski mungkin kita begitu rajin beribadah dan berdoa setiap saat. Meskipun rajin beribadah dan memuji Tuhan itu sangat baik, tapi tanpa mengasihi sesama maka kita tidak akan pernah berhak mengaku bahwa kita mengasihi Tuhan. Dua perintah Yesus yang terutama pun mengaitkan antara mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. (Bacalah Matius 12:28-34). Kata kuncinya adalah kasih. Itu merupakan esensi yang paling mendasar. Mengapa? Sebab Allah adalah kasih itu sendiri. God, is love.
Karena itu sebagai umat-Nya seharusnya semua orang percaya melihat dan mengagungkan kebesaran Tuhan, sekalipun perjalanan hidup umat-Nya tidak selalu lancar. Justru dengan menghadapi banyak tantangan dan rintangan, kepercayaan umat Kristen terhadap kesetiaan Tuhan menjadi batu ujian bagi iman dan kerohanian untuk bertumbuh di dalam DIA. Sebaliknya dengan bermacam kesulitan yang harus dihadapi dalam dunia yang berdosa ini, kerelaan umat Kristen untuk dipakai dan dibentuk oleh Tuhan dalam membuktikan kesetiaan Juruselamat merupakan hak istimewa yang Dia anugerahkan kepada kita.

Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...