Rabu, 11 Agustus 2010

Renungan Hari Selasa, 27 Juli 2010

Takut Akan Tuhan
Yesaya 33 : 6b
Takut akan TUHAN, itulah harta benda Sion.
Pasal ini menyangkut harapan eskatalogis (= hal-hal terakhir), yaitu bagaimana Allah akan mengakhiri zaman ini dengan mengintervensi dalam dunia untuk menghukum dan menyelamatkan. Dalam konteks itu, ekonomi dan keamanan, dua fungsi politik yang terutama, berjalan beda dari yang biasa. Dalam a.6, “kekayaan yang menyelamatkan ialah hikmat dan pengetahuan”, dan “harta benda Sion”, yaitu kota umat Tuhan, ialah “takut akan Tuhan”. Setelah Tuhan bangkit untuk bertindak (aa.7-13), “orang-orang yang berdosa terkejut” (a.14). Harta benda mereka tidak berguna menghadapi hukuman Allah. Jadi, dalam aa.15-16 orang yang aman adalah “orang yang hidup dalam kebenaran dsb”. Dia aman seperti orang yang tinggal di benteng di tempat yang tinggi (a.16). Setelah hukuman itu, Tuhan sendiri akan puas karena tidak lagi menghadapi bangsa yang biadab (a.19).Ada banyak orang Kristen bereaksi negatif terhadap kata takut akan Tuhan ini.Menurut mereka, Tuhan itu penuh kasih, baik dan lembut. Dan itu tentu benar. Ada juga yang mengatakan, sebagai murid Yesus, dosa yang mengikat mereka telah dipatahkan. Itu sangat benar.

Mari kita kembali kepada dasar iman kita, yang menyatakan bahwa Dia adalah penguasa dan pemegang segala kendali dalam hidup kita. Dia yang sangat besar dan berkuasa itu dapat melihat sampai ke kedalaman hati itu, tentu juga bisa melihat sampai ke titik yang jauh dibandingkan dengan jarak pandang kita yang sempit. Begitu banyak pembatas di hadapan kita, sehingga sekalipun kita melihat segalanya tampak baik hari ini, sebenarnya belum tentu demikian di ujungnya yang tidak bisa kita lihat sekarang.

Takut akan Tuhan bukanlah seperti bentuk ketakutan duniawi. Takut akan Tuhan menjadi jelas maksudnya ketika kita mengerti siapa Tuhan itu. Takut akan Tuhan menjelaskan tentang kekuatan, kebesaran, otoritas dan kekudusan Tuhan. Takut akan Tuhan adalah bentuk rasa takut yang sehat. Artinya kita patuh pada perintahNya, menghormati Dia, berpegang padaNya, mengenal Dia sebagai Tuhan yang absolut, dan memuliakanNya. Rasa takut akan Tuhan membawa kita lebih dekat padaNya, bukan menjauhkan. Takut akan Tuhan menunjukkan kita tahu siapa Tuhan sebenarnya, dan menggambarkan hubungan serasi antara Sang Pencipta dan yang diciptakanNya. Kita menanggapi dengan sungguh2, dan punya hasrat untuk menyenangkanNya dengan apapun yang kita punyai, lakukan atau katakan, mendasarkan segalanya pada Tuhan kapanpun dan dimanapun.
Mengapa kita tidak terus belajar mempercayai apa yang Tuhan rencanakan dalam hidup kita? Bahkan ketika satu peristiwa yang tidak menyenangkan saat itu terjadi, tetaplah percaya bahwa itu diijinkan untuk membawa kebaikan bagi kita.


Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...