Memakai Harta Demi Kemuliaan Tuhan
Yakobus 5 : 1 – 6
Yakobus 5 : 1 – 6
Apakah Yakobus tidak mengaitkan istilah "kaya" dengan orang Kristen? Tentu saja ia bebas menyebut orang Kristen sebagai "orang miskin" (1 :9; 2:2-3, 5-6). Alasannya barangkali adalah Yakobus mengikuti pengajaran Yesus yang mengatakan, "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, dan, "Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya" (Lukas 6:20, 24). Sesungguhnya Yesus mengatakan bahwa kekayaan merupakan batu sandungan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Orang kaya dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah sernata-mata karena kemampuan Allah untuk melakukan hal-hal yang mustahil . (Markus 10:23-27). Tidaklah benar jika kita mencoba memperlunak masalah ini dengan mengatakan, "Tidak seorang pun dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah, miskin atau pun kaya. Mereka semua dapat memasuki Kerajaan Allah karena mujizat," karena Yesus tidak berkata demikian. Dia mengatakan bahwa Dia secara khusus datang untuk menyampaikan kabar baik kepada orang miskin (Lukas 4:18), dan kepada orang miskin yang diberkati-Nya Dia mengatakan, "Merekalah yang empunya Kerajaan Allah." Dia tidak pernah mengatakan hal ini kepada orang kaya.
pertobatan orang kaya lebih kecil kemungkinannya daripada pertobatan orang miskin). Akibatnya orang-orang kava tersebut, seperti penduduk Niniwe yang diperingatkan oleh Yunus, tidaklah berada di luar kasih Allah. Meskipun demikian, sebelum kita menggeleng sedih atas nasib orang kaya, kita harus ingat bahwa salah satu dari kelima tuduhan di atas cukup serius dan dapat mengakibatkan hukuman Allah. Tidaklah cukup menghindari untuk melakukan pembunuhan dan penindasan secara hukum jika kita hidup dengan menuruti kehendak hati dan menimbun harta yang seharusnya kita dermakan. Tanggapan orang Kristen terhadap celaan semacam ini seharusnya adalah tidak terus menyalahkan, melainkan "bersikap teguh" dalam ketaatan kepada Kristus (Yakobus 5:8) dan berdoa agar dipenuhi Roh Kudus. Dengan demikian kita dapat bergabung dengan orang-orang yang dalam Kisah Para Rasul menimbun harta di surga dengan cara membagikannya kepada saudara-saudara seiman yang lebih miskin. Hal ini akan menjadi teladan kebajikan yang diinginkan Allah dalam dunia yang masih mempraktikkan dan (bahkan memuja) kejahatan yang dicela-Nya.
pertobatan orang kaya lebih kecil kemungkinannya daripada pertobatan orang miskin). Akibatnya orang-orang kava tersebut, seperti penduduk Niniwe yang diperingatkan oleh Yunus, tidaklah berada di luar kasih Allah. Meskipun demikian, sebelum kita menggeleng sedih atas nasib orang kaya, kita harus ingat bahwa salah satu dari kelima tuduhan di atas cukup serius dan dapat mengakibatkan hukuman Allah. Tidaklah cukup menghindari untuk melakukan pembunuhan dan penindasan secara hukum jika kita hidup dengan menuruti kehendak hati dan menimbun harta yang seharusnya kita dermakan. Tanggapan orang Kristen terhadap celaan semacam ini seharusnya adalah tidak terus menyalahkan, melainkan "bersikap teguh" dalam ketaatan kepada Kristus (Yakobus 5:8) dan berdoa agar dipenuhi Roh Kudus. Dengan demikian kita dapat bergabung dengan orang-orang yang dalam Kisah Para Rasul menimbun harta di surga dengan cara membagikannya kepada saudara-saudara seiman yang lebih miskin. Hal ini akan menjadi teladan kebajikan yang diinginkan Allah dalam dunia yang masih mempraktikkan dan (bahkan memuja) kejahatan yang dicela-Nya.