Minggu, 01 Agustus 2010

Renungan Hari Minggu V Setelah trinitatis, 4 Juli 2010

Ketaatan
Kejadian 9 : 8 – 17
Nuh mendapat tugas "aneh" dari Tuhan pada suatu hari. Dia diminta untuk membangun sebuah bahtera super besar, yang harus mampu memuat seluruh keluarganya beserta sepasang dari segala jenis hewan. Nuh bukanlah seorang tukang kapal. Dan sepertinya pada masa itu hujan belum pernah turun, sehingga kita bisa membayangkan, bagaimana jika kita menjadi Nuh pada saat itu. Perintah untuk membangun kapal besar, di usia senjanya, padahal sebelumnya mungkin dia belum pernah melihat apa yang digambarkan sebagai sebuah bahtera.
Apa yang dilakukan oleh Nuh? Nuh taat melakukan perintah Tuhan tanpa membantah sedikitpun. Saya membayangkan, mungkin selama masa ia membangun, begitu banyak orang yang menertawakannya, mengapa ia membangun sesuatu yang luar biasa besar di atas daratan. Nuh pada saat itu mendapat hikmat Allah, dimana Allah sendirilah yang secara langsung memberitahukan detail-detail untuk membangun sebuah kapal. "Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus kaubuat berpetak-petak dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan dari dalam. Beginilah engkau harus membuat bahtera itu: tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya.Buatlah atap pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu sampai sehasta dari atas, dan pasanglah pintunya pada lambungnya; buatlah bahtera itu bertingkat bawah, tengah dan atas." (Kejadian 6:15-17).

Ukurannya tidak main-main, sekitar 133 meter panjangnya, 22 meter lebarnya dan 13 meter tingginya. Saat itu rasanya belum pernah ada yang namanya hujan lebat yang begitu lama yang akan membuat seluruh bumi tenggelam. Nuh belum pernah melihat hal tersebut sebelumnya, sehingga saya yakin logikanya tidak akan mampu menggambarkan hal tersebut. Namun Nuh taat, dan mengerjakan seluruhnya sesuai perintah Tuhan. Nuh percaya bahwa sesuatu yang belum pernah terjadi bukan berarti tidak akan terjadi. Dia memilih untuk patuh. "Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya." (ay 22). Setelah selesai, Tuhan pun berkata: "Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini." (7:1). Lalu hujan pun turun selama 40 hari dan 40 malam menenggelamkan segalanya. Pada akhirnya, kita mengetahui bahwa Nuh beserta keluarganya diselamatkan. Karena Nuh orang yang selalu baik? Bukan demikian yang dicatat Alkitab. Allah menyelamatkan Nuh bukan karena Nuh orang baik, melainkan karena Nuh adalah orang benar.
Perhatikan juga ini mau memperlihatkan bagaimana cara Nuh hidup dengan kesungguhan imannya, dalam kesetiaan mendengarkan Allah. Saat ia mempersiapkan bahtera, ia mempersiapkan bahtera dengan iman, karena hanya ada peringatan tentang air bah dari Allah. Nuh mendengarkan Allah dan yang lain tidak.
Dalam setiap langkahnya Nuh berjalan dengan iman dan tidak mengandalkan kemampuan akalnya yang terbatas. Ia telah menyampaikan pesan pertobatan kepada orang-orang yang berbuat jahat pada masa itu, tetapi mereka tidak menanggapinya. Dan pada akhirnya mereka menerima bagian dari kejahatan mereka. Tetapi yang setia seperti Nuh diselamatkan. Ini bukan akhir dari kehidupan di dunia. Melalui Nuh, Allah tetap menginginkan ciptaanNya hidup dan hidup itu adalah hidup yang benar.


Jamita Epistel Minggu KANTATE – 28 April 2024

Ingkon Mamujimuji Jahowa Do Angka Na Usouso di Ibana      (Orang Yang Mencari Tuhan Akan Memuj NamaNya) Mateus 15: 8 – 20   a)    ...