Rabu, 11 Agustus 2010

Renungan Hari Rabu, 21 Juli 2010

Mensyukuri Segala Sesuatu
Amsal 30 : 8 - 9
Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.
Ini adalah potongan dari doa seorang yang bernama Agur bin Yake dari Masa. Agur berdoa agar ia tidak diberikan kemiskinan atau kekayaan. Setiap orang pasti setuju dengan Agur agar tidak di berikan kemiskinan oleh Tuhan karena semua orang tidak mau miskin dan sengsara. Setiap orang pasti ingin menikmati hidup yang berkecukupan. Tetapi bagaimana dengan doa supaya Tuhan tidak memberikan kekayaan??? Wow, tidak! Jangan deh!. Mungkin kata ini banyak di ucapkan karena pada umumnya setiap orang ingin kaya. Demi mengejar kekayaan banyak orang rela berjerih lelah dan bekerja keras bahkan banyak juga demi memperoleh kekayaan menghalalkan berbagai cara. Ada yang melakukan “pesugihan” ada pula yang melakukannya dengan Korupsi, karena dalam anggapan mereka dalam kekayaan ada kekuasaan dan kemuliaan, itulah sebabnya mereka rela mati-matian memperolehnya.
Saudara, permohonan doa ini menunjukkan bahwa Agur adalah seorang yang ingin hidup jujur dan benar. Ia tidak ingin memiliki sesuatu yang bukan menjadi haknya. Sungguh luar biasa doa ini! Doa yang patut di teladani dan dimintakan oleh setiap orang. Jika setiap orang berdoa seperti ini maka tidak akan terjadi korupsi di negeri ini.

Lihatlah bagaimana doa yang diajarkan Tuhan Yesus juga berisikan pesan yang sama. "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya." (Matius 6:11). Secukupnya. Lalu kita mungkin bertanya, seberapa cukupkah secukupnya itu? Masing-masing orang mungkin memiliki standar yang berbeda mengenai kata cukup. Cukup untuk jalan-jalan? Cukup untuk beli mobil mewah, rumah gedung? Tetapi Alkitab kemudian menuliskan seperti ini: "Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." (1 Timotius 6:8). Makanan dan pakaian, itulah kebutuhan paling mendasar dalam hidup manusia, sehingga seharusnya jika keduanya sudah terpenuhi, itu sudah cukup untuk mendatangkan rasa syukur. Jika tidak menyadari hal ini maka kita pun akan lupa bersyukur dan akan terus hidup penuh dengan rasa tidak puas. Lalu yang terjadi kemudian: "Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan." (ay 9). Kebinasaan, itu bisa menjadi ujung akhir ketika kita berorientasi kepada kekayaan.
Belajarlah untuk bersyukur dalam segala keadaan. Rasa terus kekurangan akan membuat kita melupakan segalanya kecuali terus mengejar harta. Kita akan lupa membangun hubungan dengan Tuhan, kita tidak akan ingat lagi untuk bersyukur. Jika Alkitab sudah mengatakan bahwa makanan dan pakaian itu sudah cukup, bukankah itu seharusnya sudah mampu membuat kita bersyukur?



Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...