Rabu, 11 Agustus 2010

Renungan Hari Kamis, 22 Juli 2010

Menikmati Berkat Allah
Pengkhotbah 3 : 13

Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah.
Sebetulnya dalam melakukan kehendak TUHAN itu sendiri kita menikmati kesenangan hidup. Misalnya, TUHAN memerintahkan manusia untuk memenuhi bumi (mandat prokreasi) melalui pernikahan. Di sini ada kenikmatan melakukan rekreasi dalam rangka mencari dan menempati bagian bumi. Kenikmatan hidup itu juga termasuk tidur nyenyak, menikmati makanan yang tersedia, dan segala kebahagiaan bersama dengan orang-orang yang mengasihi TUHAN. Orang yang mau melakukan kehendak TUHAN akan dikenyangkan TUHAN dengan sukacita dan kesenangan, tanpa berbuat salah memberhalakan kesenangan-kesenangan tersebut.

Di Amerika Serikat ada seorang kaya-raya yang hidup sendirian. Mungkin ia telah ditinggalkan oleh isterinya dan tidak mempunyai anak. Ia hidup hanya ditemani oleh seekor anjing Helder yang setiap hari dengan setia menemaninya. Pada suatu hari orang itu kedapatan telah meninggal dunia di kamarnya, karena serangan jantung. Ketika surat wasiatnya dibuka, ternyata seluruh harta kekayaannya diwariskan kepada anjing Heldernya yang setia itu. Sejak itu Helder itu menjadi binatang terkaya di dunia. Tetapi apakah ia tahu saudara-saudara, bahwa ia menjadi binatang yang kaya raya? Lihat saja, ketika yang bertugas memelihara memberikan makanan yang mahal-mahal dari restoran, ia malah nggak mau makan, tetapi lebih suka mengejar tulang yang dilemparkan pemeliharanya. Demikian juga setelah dibelikan tempat tidur yang bagus, ia malah lebih suka tidur di kolong. Jadi kesimpulannya, warisan uang yang banyak itu tak ada gunanya bagi anjing itu. Mengapa Helder itu tidak bisa menikmati warisan dari tuannya? Karena memang kodrat tuannya yang manusia itu berbeda dengan kodrat anjingnya. Itulah sebabnya anjing itu tak mampu menikmati sesuatu pemberian dari tuannya yang berbeda kodrat, lebih dari kemampuan kodrat anjingnya.
Saudara-saudara yang terkasih, antara Tuhan dan manusia itu juga berbeda kodratnya. Oleh karena itu segala pemberian Allah itu, pastilah tidak mampu dinikmati manusia lebih dari kemampuan kodrat manusiawinya. Jadi jika Allah mewariskan harta surgawinya atau hal-hal ilahi kepada manusia itu, pada hakikatnya sama seperti orang kaya yang mewariskan harta kekayaannya kepada anjingnya. Percuma, karena perbedaan kodrat itu manusia tidak mampu menikmatinya. Tetapi saudara-saudara, Tuhan ternyata tidak sebodoh orang kaya itu. Karena Ia tahu akan ketidakmampuan manusia, jika Ia memberikan sesuatu yang ilahi kepadanya. Maka sebelum memberikan warisanNya, Tuhan akan lebih dahulu membuat manusia itu menjadi mampu menikmati harta ilahiNya.


Jamita Minggu Misericordiasdomini – 14 April 2024

Sondang ni Bohi ni Jahowa Manondangi hita      (Cahaya Wajah Tuhan Menyinari Kita) Psalmen 4 : 1 – 9      Hamuna angka nahinaholonga...