Mengajarkan Firman Tuhan
Ulangan 6 : 4 – 9
Ulangan 6 : 4 – 9
Shema Israel, bagian ini sering disebut sebagai “Shema Israel” (Ibr. Shama: mendengar), suatu panggilan bagi Israel untuk mendengar firman Tuhan. Ayta-ayat ini sangat penting dalam kehidupan iman Israel. Mereka melafalkan shema tiga kali sehari, dan tidak ada penyembahan pada hari Sabat di rumah ibadah tanpa melafalkannya. Melalui shema, Israel diajar untuk memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai prioritas utama. Seluruh aspek kehidupan Israel didasari oleh hubungan kasihnya kepada Tuhan dengan komitmen dan kesetiaan yang total. Shema ini sangat dikenal orang Yahudi pada zaman Yesus karena diucapkan setiap hari oleh orang Yahhudi yang saleh dan secara tetap dalam ibadah di sinagoge. Shema merupakan pernyataan terbaik tentang kodrat monoteistis Allah dengan perintah ganda kepada bangsa Israel:
1. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan;
2. Mengajarkan iman mereka dengan tekun kepada anak-anak mereka, mengajarkannya berulang-ulang.
Shema ini harus tertanam dalam hati orang Israel dan hati anak-anak mereka serta menjadi bagian hidup sehari-hari: duduk, dalam perjalanan, berbaring, bangun. Istilah-istilah ini dianggap mewakili seluruh kegiatan manusia sehari-hari, dari pagi sampai malam. Shema ini juga menjadi identitas pribadi, keluarga dan masyarakat Israel (ay.8-9). Salah satu cara utama untuk mengungkapkan kasih kepada Tuhan ialah dengan memperdulikan kesejahteraan rohani anak-anak kita dan berusaha menuntun mereka kepada hubungan yang setia kepada Tuhan. Pembinaan rohani anak-anak seharusnya merupakan perhatian utama semua orang tua (Mzm.103: 13; Luk. 1: 17; 1 Tim.3:4,5). Pengabdian kepada Tuhan di dalam rumah tangga wajib dilakukan, ini adalah perintah langsung dari Tuhan (ay.7-9; Ul. 21: 18; Kel.20:12; Im.20:9; Ams.1:8; 6: 20; 2 Tim.1:5). Orang tua harus mengajar anak-anak agar mereka takut akan Tuhan, berjalan pada jalanNya, mengasihi dan melayani Dia dengan segenap hati dan jiwa (Ul. 10:12; Ef.6:4). Mereka harus mendidik anak-anakNya (Ul. 4:9; 11:19; 32:46; Kej.18:19; Kel.10:12; 12:26-27; 13:14-16; Yes.38:19).
Kita harus berulang-ulang mengajar anak-anak kita dalam setiap kesempatan dan memberikan teladan yang baik, sehingga mereka dapat mengikuti jejak iman kita tanpa merasa terpaksa. Lebih jauh lagi, kita juga harus mampu menjadi teladan bagi mereka, bagaimana kita menerapkan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari kita, dan bagaimana aplikasinya secara nyata. Ingatlah bahwa teladan kita berbicara lebih keras daripada kata-kata kita !
Fungsi mengajar anak di gereja adalah memperkokoh ajaran dan pengalaman yang diterima anak dalam rumah tangga. Pembelajaran tersebut memiliki makna yang sangat penting terutama bagi anak yang tidak pernah atau jarang menerima ajaran iman dari orangtua. Gereja melalui kegiatan SM bertanggung jawab mengajar anak dalam konteks keluarga baru sebagai tubuh Kristus (Ul. 6:4-7; Mat. 12:45-50; Ef. 5:22-6:4). Daud menyadari hal ini. "Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan kepadamu!" (Mazmur 34:13). Salah satu upaya mengajar anak, dilaksanakan dengan cara menyampaikan atau mengkomunikasikan Firman Tuhan. Itu sebabnya mengajarkan Firman Tuhan menjadi bagian yang harus ada dalam rangkaian liturgi Sekolah Minggu, dengan catatan bahwa metode penyampaian perlu variatif. Namun yang lebih utama, mengajar juga berkaitan dengan apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus, ”menjadikan diri sebagai teladan” bahkan mampu menjadi ”bapa dan ibu” bagi setiap anak yang diajar (1 Tes. 1:7, 11). Demikian hal nya dengan Tuhan Yesus, saat mengajar Ia tidak sekedar berteori melainkan membagi hidup melalui keteladanan. Amin. (EM)
1. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan;
2. Mengajarkan iman mereka dengan tekun kepada anak-anak mereka, mengajarkannya berulang-ulang.
Shema ini harus tertanam dalam hati orang Israel dan hati anak-anak mereka serta menjadi bagian hidup sehari-hari: duduk, dalam perjalanan, berbaring, bangun. Istilah-istilah ini dianggap mewakili seluruh kegiatan manusia sehari-hari, dari pagi sampai malam. Shema ini juga menjadi identitas pribadi, keluarga dan masyarakat Israel (ay.8-9). Salah satu cara utama untuk mengungkapkan kasih kepada Tuhan ialah dengan memperdulikan kesejahteraan rohani anak-anak kita dan berusaha menuntun mereka kepada hubungan yang setia kepada Tuhan. Pembinaan rohani anak-anak seharusnya merupakan perhatian utama semua orang tua (Mzm.103: 13; Luk. 1: 17; 1 Tim.3:4,5). Pengabdian kepada Tuhan di dalam rumah tangga wajib dilakukan, ini adalah perintah langsung dari Tuhan (ay.7-9; Ul. 21: 18; Kel.20:12; Im.20:9; Ams.1:8; 6: 20; 2 Tim.1:5). Orang tua harus mengajar anak-anak agar mereka takut akan Tuhan, berjalan pada jalanNya, mengasihi dan melayani Dia dengan segenap hati dan jiwa (Ul. 10:12; Ef.6:4). Mereka harus mendidik anak-anakNya (Ul. 4:9; 11:19; 32:46; Kej.18:19; Kel.10:12; 12:26-27; 13:14-16; Yes.38:19).
Kita harus berulang-ulang mengajar anak-anak kita dalam setiap kesempatan dan memberikan teladan yang baik, sehingga mereka dapat mengikuti jejak iman kita tanpa merasa terpaksa. Lebih jauh lagi, kita juga harus mampu menjadi teladan bagi mereka, bagaimana kita menerapkan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari kita, dan bagaimana aplikasinya secara nyata. Ingatlah bahwa teladan kita berbicara lebih keras daripada kata-kata kita !
Fungsi mengajar anak di gereja adalah memperkokoh ajaran dan pengalaman yang diterima anak dalam rumah tangga. Pembelajaran tersebut memiliki makna yang sangat penting terutama bagi anak yang tidak pernah atau jarang menerima ajaran iman dari orangtua. Gereja melalui kegiatan SM bertanggung jawab mengajar anak dalam konteks keluarga baru sebagai tubuh Kristus (Ul. 6:4-7; Mat. 12:45-50; Ef. 5:22-6:4). Daud menyadari hal ini. "Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan kepadamu!" (Mazmur 34:13). Salah satu upaya mengajar anak, dilaksanakan dengan cara menyampaikan atau mengkomunikasikan Firman Tuhan. Itu sebabnya mengajarkan Firman Tuhan menjadi bagian yang harus ada dalam rangkaian liturgi Sekolah Minggu, dengan catatan bahwa metode penyampaian perlu variatif. Namun yang lebih utama, mengajar juga berkaitan dengan apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus, ”menjadikan diri sebagai teladan” bahkan mampu menjadi ”bapa dan ibu” bagi setiap anak yang diajar (1 Tes. 1:7, 11). Demikian hal nya dengan Tuhan Yesus, saat mengajar Ia tidak sekedar berteori melainkan membagi hidup melalui keteladanan. Amin. (EM)