Selasa, 12 Januari 2010

Renungan Hari Selasa, 12 Januari 2010

Kita Adalah Gambaran Anak-Nya
Roma 8 : 29
"Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara."
Karena Allah adalah kasih, Ia mau membagikan kebahagiaan-Nya dengan kita. Maka Ia menciptakan kita menurut gambar dan kesamaan-Nya. Di antara segala ciptaan, manusialah yang paling berharga bagi Allah. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, berarti manusia seperti Allah, tetapi bukan Allah. Seorang anak lazimnya mirip dengan ayah atau ibunya, tetapi jelas dia bukan ayah atau ibunya. Jika wajah anda mirip dengan presiden, anda boleh merasa senang, tetapi jika anda menganggap diri seorang presiden berarti ada yang salah. Kita memang mirip Allah, tetapi kita tidak bisa berperan menganggap diri Allah. Akan tetapi seringkali kita mau menggantika posisi Allah! Kita mau mengatur diri sendiri dan tidak mau diatur olehNya. Pada waktu kita mengandalkan kekuatan, kepandaian kita sendiri; pada saat itu sebenarnya kita sedang memperlakukan diri sebagai Allah dan kita tidak mempermuliakan Allah. “Mempermuliakan Allah” bukan berarti “menjadikan Allah mulia”. Allah sudah mulia. “Memuliakan Allah” adalah “memancarkan kemuliaan Allah”. Pemazmur berkata, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tanganNya.” (Maz 19:2). Jikalau ciptaan Allah yang lain dapat memuliakanNya, seharusnya manusia yang diciptakan segambar dan serupa Allah lebih lagi.
Allah menciptakan segala sesuatu untuk manusia, sebelum manusia itu diciptakan! Tempat sedah diatur dengan baik, ada makanan, yaitu tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan (Kej 1:29). Seperti ketika seorang ibu akan melahirkan bayinya, ia pasti mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan tempat tidur, popok, pakaian, bedak. Setelah semua dipersiapkan barulah bayi lahir. Jika demikian, manakah yang lebih penting, bayinyakah atau perlengkapannya? Demikian juga, Allah telah mempersiapkan segala sesuatu sebelum Ia menciptakan manusia. Jadi jelaslah bahwa manusia itu lebih penting dari semua yang diciptakan Allah. Banyak orang hidup dengan penuh ketakutan dan kekuatiran, seolah-olah Allah menciptakan manusia pada hari pertama. Tetapi ini tidak benar! Allah menciptakan manusia pada hari ke-6 setelah semuanya siap untuk menerima kehadiaran manusia. Ini menunjukkan bahwa Ia sangat memperhatikan kebutuhan hidup manusia. Karena itu janganlah kuatir akan kebutuhan hidup Anda, baik rumah, pakaian maupun makanan (Mat 6:25-34). Allah telah menjadikan manusia menurut gambar dan rupa-Nya, supaya manusia sebagai makhluk yang berbudi dapat mengambil bagian dalam hidup Allah sendiri.
Ia tidak menjadikan manusia seperti binatang-binatang lainnya, tetapi manusia diberinya kemampuan untuk "mengambil bagian dalam kodrat Allah sendiri" (2 Pet. 1:4), sehingga mampu menjadi anak Allah. Sesungguhnya itu merupakan rahmat Allah yang luar biasa dan bukti kasih-Nya yang besar sekali. "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang, kita adalah anak-anak Allah." (1 Yoh. 3:1). Kita menjadi anak Allah karena percaya kepada Yesus Kristus yang telah diutus-Nya ke dunia: "Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya." (Yoh. 1:12). Kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Secara konkret itu berarti serupa dengan Yesus Kristus, karena Kristus adalah gambaran sempurna dari Bapa.
Siapakah Kristus itu sebenarnya? Pertanyaan-pertanyaan serupa ini seharusnya mengantar kita untuk lebih mengenal dan mengasihi Dia. Ia menjadi Penyelamat kita manusia, karena Ia adalah sungguh-sungguh Allah, dan sungguh-sungguh manusia. Karena Kristus adalah Allah, maka Ia sudah ada sebelum dunia ini diciptakan. Namun Ia rela menjelma menjadi manusia, karena mengasihi kita. Pada saat waktunya genap, Ia memilih untuk dilahirkan ke dunia, maka Putera Tunggal Allah yang tak terbatas, masuk ke dalam sejarah manusia. Hakekat ke-Allahan dan ke-manusiaan Kristus ini adalah ciri khas Yesus, yang membuat-Nya berbeda dari para nabi ataupun orang kudus manapun.
Yesus Kristus adalah Juru Selamat manusia yang menghapuskan dosa-dosa kita. Yesus adalah Pengantara kita yang menghubungkan kita dengan Allah. Sebagai manusia, Yesus dengan kehendak bebas-Nya mempersembahkan kurban penghapus dosa, yaitu diri-Nya sendiri, dan karena Ia adalah Tuhan, maka korban-Nya ini bernilai tak terbatas, sehingga mampu menghapus semua dosa manusia di sepanjang sejarah. "Siapa yang melihat Aku, melihat Bapa." (Yoh. 14:9) Oleh karena itu, kita harus terus tumbuh menjadi serupa dengan Yesus sendiri. Kita harus bersatu dengan Kristus sedemikian rupa, sehingga Ia menguasai hidup kita. Semakin kita bersatu dengan Yesus, semakin hiduplah Yesus dalam diri kita, sehingga akhirnya bukan lagi "aku yang hidup, melainkan Yesuslah yang hidup dalam diriku." (bdk. Gal. 2:20).


Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...