Senin, 25 Januari 2010

Renungan Hari Selasa, 26 Januari 2010

Pengajaran Yang Benar
Maleaki 2: 6
"Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan."
Hal penting lainnya yang harus diketahui oleh setiap pendeta adalah: mereka harus mengawasi setiap pengajaran yang diberikan kepada jemaat (1 Timotius 4:16). Artinya, mereka harus selalu mempertimbangkan dan membandingkan apakah yang mereka ajarkan sudah sesuai dengan Firman TUHAN atau belum. Jadi bukan hanya kata-kata yang manis dan sensasional supaya banyak orang mendengar, tetapi dia juga harus bertanggung jawab atas kebenaran ajaran yang diberikan. Apakah dia mengajarkan Firman yang murni dari TUHAN, atau hanya rekaan dan pikirannya sendiri. Oleh karena itu kita harus hati-hati dalam mengambil keputusan untuk menjadi seorang pendeta, sebab tanpa panggilan yang khusus dari TUHAN maka ia akan sulit untuk menjadi berkat bagi jemaat.
Apakah pengajaran yang selama ini kita berikan adalah pengajaran yang alkitabiah dan tepat bagi mereka? Ataukah malah pengajaran yang kita berikan justru tidak sesuai, terutama dengan keadaan emosi, kematangan rohani, dan tingkat permasalahan setiap konseli? Simak saja sajian kali ini, kiranya bisa menolong Anda untuk bisa melayani dengan lebih baik.
Saya pernah menyaksikan beberapa konselor mempersiapkan terlebih dahulu apa yang akan mereka katakan kepada konseli, kemudian mereka pun menyampaikan pengajaran tadi tanpa memastikan apakah hal tersebut relevan dengan kebutuhan orang itu atau tidak. Hal ini hanya akan membuang-buang waktu saja; sebab kendatipun nasihat tersebut mungkin berdasarkan Alkitab dan akurat, namun tidak bermanfaat bagi proses perubahan dalam kasus tersebut. Untuk menghindari kesalahan semacam ini, kita harus menyadari aspek-aspek penting yang terdapat dalam situasi setiap konseli dan menggunakan informasi tersebut untuk membuat pengajaran yang sesuai.
Pertama-tama, pengajaran kita harus cocok dengan kecemasan- kecemasan konseli saat itu. Walaupun kita sendiri mungkin merasa bahwa ia membutuhkan pengajaran tertentu (yang tidak disadari oleh konseli dan tidak memintanya), langkah terbaik yang harus dilakukan adalah dengan sejak awal mengajarkan kepadanya isu-isu yang sudah ia kemukakan. Dari situ bangunlah jembatan menuju soal-soal penting yang kita anggap perlu untuk dibahas. Mulailah dari titik di mana semua itu berada, lalu giringlah ke arah di mana semua itu seharusnya ada.
Kita juga perlu mempertimbangkan kondisi emosional konseli. Kita mungkin perlu menentukan pengajaran apa yang dapat ia atasi secara emosional pada taraf tertentu dalam konseling. Misalnya, seseorang yang sedang bingung secara emosional biasanya tidak siap mendengar teguran yang keras ataupun memberikan tanggapan sebagaimana mestinya. Dalam kasus-kasus semacam ini, kita seharusnya terlebih dahulu berusaha membawa konseli ke taraf stabilitas emosional tertentu sebelum kita menghadapinya secara lebih langsung.
Pengajaran yang akurat dan alkitabiah juga memperhitungkan kematangan rohani konseli. Ibrani 5:12-14 menjelaskan bahwa orang- orang Kristen yang tidak dewasa hanya dapat menerima "susu" rohani saja, namun mereka yang dewasa mampu menerima "makanan keras". Sama seperti seorang guru matematika yang tidak mungkin dapat mengajarkan kalkulus kepada murid-muridnya yang baru bisa membilang, suatu langkah yang sangat besar; demikian pula halnya kita tidak dapat mengharapkan seorang konseli yang terbiasa mencerna makanan bayi rohani untuk memakan sepotong kecil daging. Dengan mereka yang belum dewasa secara rohani, kita perlu melangkah sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan menuju ke kebenaran-kebenaran yang lebih dalam.
Akhirnya, supaya pengajaran yang diberikan tepat, kita harus mengetahui kesediaan konseli menerima nasihat. Yesus berkata, "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak- injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu" (Matius 7:6). Mungkin ada saat di mana Anda menyajikan kebenaran kepada konseli tetapi ternyata ia tidak mau menerimanya. Di saat seperti itu kita lebih baik menarik bagian tertentu dari pengajaran tersebut daripada memaksakannya kepada konseli apabila kita tidak menghendaki pengajaran diakhiri oleh perdebatan yang sia-sia (bandingkan dengan Titus 3:9-10). Untuk sementara, bahaslah isu lain. Siapa tahu Tuhan berkenan membuka hatinya bagi bagian terdahulu dan Anda dapat kembali membicarakan bagian tersebut nantinya dalam pertemuan itu juga atau dalam pertemuan lain.
Yang menjadi masalah saat ini adalah tidak semua Gereja mengajarkan kebenaran Firman TUHAN. Sehingga jemaat yang datang beribadah dengan rajin tidak pernah mengenal siapa TUHAN YESUS sesungguhnya. Tetapi kita harus ingat bahwa bukan nama Gereja yang dapat menyelamatkan manusia, karena hanya Firman ALLAH yang berkuasa memberi keselamatan. Mungkin nama Gereja itu sangat bagus, sangat terkenal, jemaatnya sangat banyak, tetapi kita harus melihat lebih jauh apakah di sana ada pengajaran Firman TUHAN yang benar. Buat apa kita beribadah di Gereja yang demikian tetapi tidak mengerti Firman TUHAN? Karena pada saat kita tidak mengerti kebenaran Firman TUHAN, tentu saja kita tidak akan pernah mengenal siapa TUHAN YESUS. Karena itu kita harus selalu waspada pada setiap pengajaran yang kita terima dan juga harus memperhatikan siapa yang mengajar kita. Apakah ajaran itu datang dari TUHAN? Dan apakah yang memberikan pengajaran itu adalah seseorang yang benar-benar dipilih TUHAN? Yang utama dalam ibadah kita saat ini adalah bagaimana kita selalu mengarahkan hati dan pendangan kita kepada Tabut Perjanjian ALLAH, yaitu kebenaran Firman ALLAH yang akan membawa kita kepada pengenalan akan TUHAN YESUS.





Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...