Senin, 25 Januari 2010

Renungan Hari Sabtu, 23 Januari 2010

Nasihat Orang Fasik
Mazmur 1: 1
"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh."
Ayat pertama kitab Mazmur ini menekankan perbedaan di antara orang benar dengan orang fasik. Orang percaya sejati dapat diketahui dari apa yang tidak mereka lakukan, tempat yang tidak mereka kunjungi dan kumpulan yang tidak mereka masuki. Tidak seorang pun yang dapat menikmati berkat Allah tanpa berbalik dari hal-hal yang merusak atau membahayakan .
Di zaman yang semakin kompromistis ini, sementara kebenaran dan kefasikan sering diputarbalikkan sehingga menimbulkan kerancuan di hati banyak orang, sedangkan kebayakan orang di dalam gereja lebih memilih untuk menjadi Kristen rata-rata ketimbang Kristen militan, lukisan pemazmur memberikan kepada kita pengertian yang jelas dan tegas tentang siapa yang pantas disebut orang benar. Hanya orang macam itulah yang akan diberkati secara khusus oleh Allah. Semua orang diberkati secara umum, tapi orang benar, hanya orang benar, diberkati secara khusus! Siapa yang Pantas Disebut Orang Benar ? Di ayat ini, pemazmur membedakan secara tajam orang benar dengan orang fasik dengan lima pernyataan. Tiga berbentuk negatif dan dua positif. Pernyataan pertama, ia tidak berjalan menurut nasehat orang fasik (ay. 1a). Artinya, ia tidak mencari atau mengikuti nasihat atau petunjuk orang yang tidak takut akan Allah dalam mengambil keputusan dan tindakan. Orientasi orang fasik tidak pernah Tuhan, firman, dan kehendak-Nya, tapi melulu keakuan, kekayaan, dan kedagingan. Ketiganya menyusun Trituggal palsu yang selalu berusaha menyaingi pemerintahan. Tritunggal sejati dalam diri orang Kristen. Karena itu, nasihat atau petunjuk orang fasik selalu bermotifkan ketiganya. Mengikuti petunjuk-petunjuk mereka berarti memupuk semangat pemberhalaan terhadap tritunggal keakuan, kekayaan dan kedagingan. Pernyataan kedua, ia tidak berdiri di jalan orang berdosa. Yang dimaksud dengan; jalan adalah perilaku atau gaya hidup. Bagi seorang pendosa, berbuat dosa bukan Cuma masalah kegagalan; gagal berbuat benar;, tapi masalah kebiasaan; biasa berbuat dosa.
Sesuatu yang sudah mendarah-daging, sebuah gaya hidup. “Berdiri di jalan orang berdosa berarti mengikuti perilaku atau gaya hidup para pendosa. Namun, sebenarnya apa yang dimaksud dengan berdosa ? Kata kerja Ibrani untuk berdosa adalah; khata-Arti harafiahnya;meleset atau tidak kena sasaran. Dalam arti inilah kata; khata digunakan dalam Hakim-hakim 20:16: Dari segala laskar ini ada tujuh ratus orang pilihan yang kidal, dan setiap orang dari mereka dapat mengumban dengan tidak meleset sampai sehelai rambut pun. Secara moral, meleset; atau; tidak kena sasaran; berarti ;tidak memenuhi tanggung jawab, baik terhadap Tuhan maupun sesama. Selain itu, kata khata
juga bisa diartikan secara praktis;salah langkah. Dalam arti inilah kata khata digunakan dalam Amsal 19:2: Tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah. Jadi, ;berdosa ; berarti mengambil langkah yang salah, karena tidak mengetahui kebenaran, atau mengetahuinya tapi tidak tunduk atau berorientasi pada kebenaran tersebut. Pernyataan ketiga, ia
tidak duduk dalam kumpulan pencemooh. Terjemahan lainnya, ia tidak duduk di tempat duduk
para pencemooh. Artinya, ia tidak bergaul dengan atau terlibat dalam percakapan mereka yang suka menghina Allah, menyepelekan hukum-Nya, dan berlaku tidak adil terhadap sesamanya (bdk. Mzm 73:9-11; Yes 28:15; 29:21). Ketiga pernyataan yang sejajar ini disusun menurut progresivitas atau perkembangan dosa. Dimulai dari;berjalan;berdiri, akhirnya duduk. Dimulai dari nasehat, jalan, akhirnya; tempat duduk. Artinya, dimulai dari sesekali mengikuti nasihat atau petunjuk orang yang tidak takut akan Allah, lalu memiliki perilaku atau gaya hidup seperti orang yang tidak mengenal
Allah, akhirnya menjadi salah satu dari mereka yang berani melawan Allah secara terang-terangan. Dimulai dari kompromi sesekali, lalu terus-terusan, akhirnya ketagihan. Cara satu-satunya untuk tidak berkembang seperti ini adalah dengan menjauhkan diri dari tahap yang paling awal dari proses tersebut, yaitu mengikuti nasehat atau petunjuk orang yang tidak takut akan Allah.
Nasihat orang fasik adalah nasihat yang lahir dari pikiran manusia yang tidak sesuai dengan rencana Tuhan. Kadang nasihat orang lain pada kita sangat baik, tapi belum tentu sesuai dengan kehendak Tuhan. Oleh sebab itu kita harus hati-hati terhadap nasihat yang kita sampaikan pada orang atau mewaspadai nasihat yang kita dengar. Lagipula kita sendiri telah mempunyai Roh Kudus dalam diri kita yang bisa memberi kita petunjuk; mana yang benar dan yang salah. Maka kita harus memanfaatkanNya. Amin (EM).


Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...