Rabu, 20 Januari 2010

Renungan Hari Rabu, 20 Januari 2010

Hal-Hal Rahasia
1 Korintus 14 : 2
"Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia."
Apakah bahasa lidah? Ada dua pandangan utama. Pandangan pertama adalah bahwa bahasa lidah, sebagaimana tercatat dalam Kisah Para Rasul pasal 2, adalah kemampuan untuk tiba-tiba, tanpa belajar, berbicara dalam bahasa-bahasa lain. Bahasa--bahasa lain yang dimaksud di sini adalah bahasa manusia yang eksis secara nyata. Menurut pandangan ini, jika ada orang lain yang kebetulan menguasai bahasa suku lain, maka ia dapat memahami bahasa lidah yang sedang diucapkan yang kebetulan adalah bahasanya. Pandangan kedua mengajukan, bahwa sesuai dengan yang banyak terlihat di kebaktian-kebaktian Kharismatik dan Pantekosta, bahasa lidah (mereka menggunakan istilah "bahasa roh" padahal dalam bahasa aslinya tidak ada kata roh) bukanlah bahasa yang eksis secara nyata, tetapi adalah serentetan bunyi yang dikeluarkan oleh pembicara, yang tidak beraturan, yang cenderung repetitif (suku kata tertentu diulangi berkali-kali), yang biasanya diucapkan dengan emosional dan cepat. Intinya, pandangan ini mengajukan bahasa lidah sebagai bunyi repetitif yang tidak beraturan dan tidak bermakna. Yang manakah yang benar? Tentu kita harus mengeceknya dari Firman Tuhan. Itu yang utama. Tetapi, sebagai pendukung, kita juga dapat melihat, yang manakah yang benar-benar merupakan gerakan dari Allah dalam sejarah.
Hal yang sama dapat dikatakan mengenai masalah durasi bahasa lidah. Apakah bahasa lidah masih berlaku hari ini? Jika tidak, sampai kapankah bahasa lidah tetap ada? Tentu sekali lagi jawaban utama harus disimpulkan dari pengajaran Alkitab, dan Pedang Roh membahas sisi Alkitab dengan mendalam di artikel lain. Untuk artikel ini, kita akan menggunakan sejarah untuk membantu kita dalam hal ini, dan melihat, sampai kapankah dalam sejarah terdapat bahasa lidah yang sejati? Mari kita masuk ke dalam pembahasannya. Zaman Sebelum Masehi: Dalam catatan sejarah, sama sekali tidak ada sumber yang meyakinkan yang mencatat bahwa ada orang yang tanpa belajar, tiba-tiba bisa berbicara dalam bahasa lain, sebelum Masehi. Satu-satunya kejadian yang mendekati hal ini adalah kejadian pada saat Tuhan mengacaukan bahasa manusia di menara Babel. Pada saat itu, manusia yang tadinya satu bahasa, tiba-tiba berbahasa lain. Tetapi jelas, bahwa kejadian di menara Babel bukanlah karunia bahasa lidah.
Sebaliknya, ada cukup banyak catatan orang-orang yang "berbicara" mengeluarkan bunyi-bunyi tidak beraturan secara emosional. Yang mengejutkan adalah orang-orang ini kebanyakan dipercayai sedang "kerasukan" oleh dewa atau dewi tertentu. Mereka menjadi semacam jurubicara bagi dewa atau dewi tersebut. Penemuan arkeologi membeberkan bahwa bukanlah kejadian yang langka bagi penyembah dewa tertentu (seperti dewa Amon, Apollos, dll), untuk dirasuki pada waktu-waktu tertentu [George A. Barton, Archaeology and the Bible (Philadelphia: American Sunday School Union, 1916), hal. 353]. Saat mereka sedang dirasuki itulah, biasanya mereka akan komat-kamit secara tidak jelas, mengeluarkan bunyi-bunyi secara emosional, yang tidak memiliki makna bagi telinga manusia normal. Hal ini tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di berbagai "kebaktian" Kharismatik hari ini. Jadi, catatan sejarah pada periode waktu ini menunjukkan bahwa bunyi-bunyi yang emosional tidak beraturan, banyak terjadi di kalangan penyembah berhala. Sedangkan kemampuan untuk tiba-tiba berbicara dalam bahasa lain hanya terjadi saat menara Babel, walaupun itu bukan karunia bahasa lidah, tetapi adalah intervensi Tuhan untuk membagi kelompok bahasa manusia.
Bahasa Roh adalah salah satu karisma karunia Roh Kudus (1 Kor 12:10, 28; cf. Kis 10:46; Kis 19:6 ). Bahasa Roh bukanlah suatu bahasa dalam arti biasa yang mengandung unsur pokok bahasa: arti dan struktur suku kata. Bahasa Roh sering hanya berupa bunyi-bunyian yang merupakan hasil gerakan mulut dan lidah tanpa arti dan struktur. Paulus menyinggung tentang bahasa Roh sebagai bahasa yang terutama ditujukan kepada Allah sebagai sebuah doa (1 Kor 14:2, 14).
Ketika Roh Kudus turun atas Gereja saat itu, terjadilah pembalikan dalam sejarah gereja yang kontras dengan peristiwa Babel. Di kitab Kejadian dikatakan, ketika bangsa-bangsa bersatu untuk mendirikan menara yang sangat tinggi untuk menyaingi Allah, Allah menjadi murka dan dengan kuasaNya menyerakkan mereka ke dalam berbagai bahasa yang tidak mereka pahami. Tetapi
di hari Pentakosa, yang terjadi adalah kebalikan dari peristiwa Babel, yang semula tidak bisa mengerti bahasanya, justru menjadi mengerti karena Roh Kudus mengaruniakan kemampuan berbahasa itu kepada para rasul. Semua orang ditarik untuk datang kepada Kristus. Pentakosta merupakan suatu tanda dari Tuhan bahwa inilah saatnya penginjilan kepada segala bangsa. Jadi tujuan dari bahasa lidah yang asli adalah untuk penginjilan. Di ayat 11, 'perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah' adalah penyelamatan orang berdosa oleh kuasa darah Kristus. Kemampuan kita berbahasa tertentu adalah untuk menginjili dengan bahasa itu. Jadi tujuan kita untuk belajar bahasa adalah untuk mengabarkan Injil, bukan hanya sekedar gengsi saja.
Jika demikian, apakah tanda dari orang yang penuh oleh Roh Kudus dan apakah hakekat dari bahasa roh? Tujuan utama orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah untuk menggenapkan seluruh pekerjaan Roh Kudus di dalam diri orang itu. Ada 4 tanda dari orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus:
1. Memiliki hidup yang perhatiannya bersifat global tentang Kerajaan Allah. Dunia dilihat dari perspektif Kerajaan Allah, bukan bersifat denominasional, tidak egois dan tidak hanya memikirkan kepentingan golongan sendiri. Kristus datang untuk memberitakan Kerajaan Allah dan Roh Kudus diberikan untuk menggenapkan Kerajaan Allah di bumi ini. 2. Menghasilkan buah-buah Roh Kudus. Yoh. 14:15-16, Kristus meminta Roh Kudus kepada Bapa supaya Gereja sungguh mengasihi Kristus dan taat pada FirmanNya. Dengan kata lain, buah dari kepenuhan Roh Kudus adalah
menghasilkan buah-buah Roh, taat pada Firman Tuhan di dalam kasih yang murni kepada Kristus. Kasih kepada Kristus dengan mentaati Firman Tuhan sangat tipis perbedaannya. Ada orang yang memang tulus mengasihi Tuhan dan taat pada FirmanNya, tetapi ada juga orang yang taat pada Firman Tuhan tanpa kasih kepada Kristus. Itu adalah orang Kristen Legalis. Melakukan Firman
Tuhan, tetapi tanpa relasi dan komunikasi dengan Kristus. Buah Roh tidak bisa dilepaskan dari sifat relasional dengan Kristus. Buah Roh muncul dari ketaatan pada Firman Tuhan yang dimotivasi oleh kasih kepada Kristus. Saya melakukan Firman Tuhan karena saya mengasihi Kristus, tidak ada kualitas
legalistic dalam hidupku, tetapi kualitas personal dan relasional dengan Allah. 3. Mengenal dan memegang kebenaran Allah dengan sungguh-sungguh. Yoh. 14:26, orang yang penuh Roh Kudus akan diajarkan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci. Roh Kudus akan menghidupkan setiap Firman yang sudah kita dengar. Martin Luther berkata, Roh Kudus dapat menghidupkan Firman Tuhan yang pernah didengar oleh seseorang sejak 14 tahun yang lalu, menjadi berkuasa sewaktu orang itu dipenuhi oleh Roh Kudus. Hanya orang yang sungguh berpegang pada Firman dan Roh Kudus akan menghidupi Firman itu sehingga dia bisa mengerti Firman Tuhan. Kita mengerti Firman bukan dari kata-kata saja karena kecerdasan pikiran kita, tetapi Roh Kudus memberi kesaksian di dalam batin,
memberi pengertian di dalam hati, baru Firman itu hidup. Oleh karena itu kita tidak boleh membaca Alkitab dengan mengandalkan kecerdasan pikiran saja, tetapi kita harus meminta Roh Kudus menghidupkan Firman itu. John Calvin menulis di dalam Institutio, hal yang terpenting dalam belajar Kitab Suci adalah Roh Kudus hadir dan bersaksi tentang Firman itu di dalam hati kita. Ini banyak yang tidak dipahami oleh theolog jaman ini. Banyak orang yang secara akademik menguasai teologi dengan sangat baik, tetapi semua itu tidak bisa menggantikan kesaksian Roh Kudus di dalam hati. Kita bisa mendengarkan kotbah Pendeta yang paling hebat, tetapi kita tidak mengerti apa-apa karena tidak ada kesaksian Roh Kudus dalam hati tentang Firman yang kita dengar. Tetapi sekalipun kita mendengar Firman dari seseorang yang tidak terkenal di desa terpencil, jika Roh Kudus bekerja, maka kesaksian kebenaran itu akan 1000 kali lebih kuat daripada kita membaca sendiri bagian yang sama. Bahasa roh asli itu ada sebagai kemampuan berbahasa yang bermakna untuk menyaksikan Firman Tuhan. Tetapi tidak boleh setiap bahasa roh itu kita tulis dalam sebuah buku dan kita klaim sebagai Firman Allah tambahan. Karunia bahasa roh tidak boleh lebih penting dari Kitab Suci, tetapi Kitab Suci harus menjadi berita kesaksian dari orang yang dimampukan untuk berbahasa roh. Paulus berkata, ". aku berdoa dengan rohku dan akal budiku". Tidak benar jika dikatakan bahwa Tuhan lebih mendengar orang yang berdoa dengan bahasa roh. Doa yang Tuhan dengar adalah doa dengan iman.




Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...