Selasa, 12 Januari 2010

RENUNGAN MINGGU, 10 JANUARI 2010

Persaudaraan Dalam Kristus
Matius 12 : 46 – 50
setelah sempat terhenyak ketika membaca harian KOMPAS tanggal 7 Mei 2009 halaman 25, di bawah judul "Desya Tewas karena Itikad Baik Kawan-kawannya." Dalam berita itu disebutkan bahwa Ketua Komisi Nasional Anak Seto Mulyadi menghimbau agar orang dewasa lebih bertanggungjawab dan peduli terhadap anak-anak di sekeliling mereka. Kata Kak Seto lebih lanjut, "Digotong-gotongnya Desya ke beberapa tempat menunjukkan tak adanya tanggungjawab dan rasa peduli orang dewasa terhadap anak-anak yang sedang menderita..."
Karena terhenyak, saya lalu merenung sejenak. Lalu bertanya kepada diri sendiri selaku anak-anak Bapa. Apakah saya juga sudah benar-benar peduli kepada sesama? Terlebih, apakah saya benar-benar sudah berlaku sebagai saudara dalam kehidupan sehari-hari bersama saudara seiman? Ataukah..., jangan-jangan saya baru dalam taraf bisa bernyanyi saja?
Yang terjadi sekarang ini, banyak orang Kristen - jika bersua di dunia nyata atau dunia maya - akan mencari-cari perbedaan satu dengan lainnya. Alih-alih memandang yang lain sebagai 'saudara' dan terikat satu sama lainnya dalam sebuah 'serikat', yang sering tampak adalah nafsu untuk menunjukkan keunggulan pemahaman (kebenaran) kelompok atau pribadi mengenai hal-hal rohani/kekristenan. Tuhan tidak lagi satu (Allah beda dengan YHWH), iman tidak lagi satu (ada keselamatan lewat jalur di luar nama Yesus), baptisan tidak lagi satu (baptisan gereja lain tidak sah), Bapa tidak lagi satu (boleh bilang begini kepada yang lain : 'iblislah bapamu'). Yang lain bukan lagi dipandang sebagai saudara, tetapi penyesat atau serigala berbulu domba. Melihat kondisi demikian, kadang saya bertanya-tanya : Tuhan, saudara saya itu yang mana ?
saya juga terkadang bingung, sekarang banyak orang yg "kebablasan" dalam hal pelayanan. ada teman saya yang baru bertobat, sekarang katanya sdh hidup baru, dan mulai ikut dalam pelayanan oleh seorang katanya hamba Tuhan (di luar pelayanan Gereja) sekarang dia tidak berani menyebut nama Allah, dan alkitab mereka tidak ada kata Allah. padahal dia satu gereja sama saya dan di dalam ajaran (doktrin) gereja tidak ada pengajaran yang melarang menyebut nama Allah. dia adalah saudara seiman tetapi "kiblat" kami agaknya berbeda.
Hendaknya kita menyadari bahwa kita tidak punya kuasa apapun di dunia ini "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" Karena bagi kita hidup adalah untuk Kristus dan mati adalah keuntungan.
Sebab dalam Injil Yohanes, disebutkan, ‘seseorang yang tidak mencintai saudara yang bisa dilihatnya, tidak mungkin mencintai Allah yang tidak kelihatan’. Maka jangan pernah bilang mencintai Tuhan kalau tidak mencintai sesama. Bagaimana dengan adanya kelompok-kelompok di lingkungan yang mengurangi kebersamaan?

Kalau kita terpecah-pecah, pertanyaannya bagaimana kita sebagai gereja? Maka dalam pengarahan saya, kelompok kategorial jika tidak hati-hati bisa menjurus ketertutupan. Kalau sudah menjurus ketertutupan sudah bukan lagi kelompok gerejawi melainkan duniawi. Persaudaraan dalam Yesus Kristus itu persaudaraan yang terbuka bahkan terhadap yang berbeda agama. Karena persaudaraan kita adalah Ilahi, bukan manusiawi.
Paulus menyebut jemaat sebagai saudara-saudara yang kudus untuk menunjukkan adanya suatu relasi persahabatan dan persaudaraan yang terjalin dalam komunitas Kristen, karena relasi ini hanya mungkin terjadi di dalam jemaat yang telah percaya dan diperbaharui di dalam Yesus Kristus. Relasi persaudaraan di dalam Tuhan tidak terbatas pada pertemuan fisik, tetapi bagaimana setiap anak Tuhan dipersatukan oleh kasih Kristus, di mana pun masing-masing berada.
Berakar dari kasih Kristus yang mempersatukan. Marilah kita mempererat persaudaraan dengan saudara seiman yang kita kenal saat ini!
Kata "gereja" bukanlah seperti anggapan pada umumnya, diartikan sebagai bangunan gedung gereja. Bila kita membandingkan konsep "gereja" yang dibicarakan dalam Alkitab dengan konsep "gereja" umumnya. Menurut pemahaman jemaat pada umumnya akan terdapat perbedaan yang cukup besar. Gereja (ecclesia) yang dimaksud dalam Perjanjian Baru adalah "sekelompok orang yang dipanggil" dan sekelompok orang tersebut merupakan sekelompok orang yang memiliki persekutuan yang indah. Oleh sebab itu, "gereja" yang dimaksud dalam Perjanjian Baru bukan suatu bangunan gedung atau sistem organisasi melainkan sekelompok ummat Allah, tubuh Kristus dan persekutuan yang sesungguhnya dalam Tuhan.
Yang dimaksud dengan "orang Kristen", yang terpenting adalah hubungan dengan Yesus Kristus dalam hidupnya. Firman Tuhan mengajar kita untuk bergabung menjadi satu dengan "kepala" - Yesus Kristus, dan juga harus menjadi satu dengan "tubuhNya" - gereja. Efesus 4: 12, 15 - 16. Karena kita adalah bagian dari tubuh, maka menjadi "orang Kristen" bukan hanya menjadi seseorang yang menghadiri kebaktian di hari Minggu pagi atau sore. melainkan seseorang yang berperan dalam gereja. Kita dapat mengetahui prinsip umum dan model gereja dari Perjanjian Baru. Tiga fungsi utama dalam kehidupan gerejawi seorang Kristen menurut Perjanjian Baru adalah: l) ibadah 2) persekutuan 3) kesaksian. Selain itu masih ada fungsi lainnya seperti berdoa, pemahaman Alkitab, pengajaran dan sebagainya. Kehidupan persekutuan berfungsi sebagai Terang dan Garam. Dalam persekutuan di gereja, jemaat harus berperan sebagai Terang dan Garam. Dalam persekutuan jemaat timbul wujud masyarakat baru. Dalam Alkitab tertulis, "Demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus, tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain" (Roma 12 : 5 ). Persekutuan jemaat merupakan model kehidupan baru dari persekutuan umat Allah. Di dalamnya terdapat bagi rasa, pengajaran, penghiburan dan nasehat. Orang Kristen tidak dapat hidup sendiri, terutama dalam hal sharing rohani. Tidak dapat bertumbuh sendiri tanpa menghiraukan orang lain, seperti penyelam menghirup oksigen sendiri tak ada kaitan satu dengan yang lain. Kehidupan jemaat seperti bara api, bila berpisah dari sumber api akan kehilangan energi panasnya. Dalam Alkitab dikatakan "menjadi satu dengan Kristus" artinya adalah menjalin hubungan erat dengan anggota tubuh Allah lainnya. Saling berpengaruh dalam karunia roh agar hidup berkelimpahan. Terutama yang dimaksud dengan hamba Tuhan full time juga adalah jemaat (jemaat dewasa). Karunia roh yang dimilikinya tidak bisa hanya dimiliki sendiri, tetapi juga harus masuk ke dalam persekutuan dan membagikan kelebihannya, harus dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan akal budi, berusaha bertumbuh bersama jemaat. Alkitab berkata;"Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitahukan perkataan kebenaran itu". (II Timotius 2:15)
Alkitab mengatakan bahwa jemaat di hadapan Allah adalah suatu kerajaan dan imam, "dan telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin."(Wahyu 1:6). " Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi". Di sini tidak membedakan siapa hamba Tuhan dan siapa bukan. Di dalam gereja, kita bukan mau menjadi orang penting, melainkan menjalin tali persaudaraan yang lebih erat, agar dapat membawa lebih banyak orang yang belum percaya kepada Tuhan. Apakah gereja mempunyai seorang hamba Tuhan sangat berpengaruh bukanlah suatu masalah. Allah juga dapat memakai kita dan rekan kerja orang Kristen lainnya, dan mengajar kita bagaimana melakukan pekerjaan pelayanan. Gereja harus dipimpin oleh Roh Kudus dan melengkapi setiap jemaat agar mereka dapat menjadi murid Yesus Kristus, dan dapat " memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus" (Efesus 4:12). Inilah yang dimaksud dengan "Bertumbuh dalam kebenaran, membangun diri dalam Kasih"
Semoga, semangat persaudaraan kita semakin kental, sehingga secara bersama-sama mampu melayani Tuhan berdasar kasih dan kebenaran-Nya. Karena, bukankah kita bersaudara di dalam Tuhan Yesus? Oleh sebab itu, kita pun wajib hidup saling mengasihi, seperti lirik dalam lagu yang acapkali kita dendangkan, "Dalam Yesus Kita Bersaudara..."
Dalam Yesus kita bersaudara, bersatu dalam banyak perbedaan, bersekutu untuk memuliakan Tuhan, melayani untuk mewujudkan cinta kasih sesama, bersaksi untuk keselamatan bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.Amin.



Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...