Jumat, 08 Januari 2010

RENUNGAN EPISTEL MINGGU SETELAH TAHUN BARU, 3 Januari 2010

Batu Hidup
Ep. 1 Petrus 2: 4-8
Sungguh disayangkan jika lewat diri kita orang bukannya mengenal Kristus Sang Juru Selamat, tapi malah menjadi takut, antipati atau alergi. Sikap ekslusif, sikap merasa paling benar, kesombongan dan sebagainya, over acting, memamerkan kekayaan, semua itu bukanlah sikap yang baik yang dikehendaki Tuhan untuk kita lakukan. Agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, saya percaya terlebih dahulu kita perlu membuang batu-batu sandungan yang ada di dalam diri dan hidup kita. Adalah sangat perlu untuk terus menjaga hati kita, karena seperti apa hati kita, seperti itu pula terpancar kehidupan kita. (Amsal 4:23). Demikian pula Yesus berkata: "sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Markus 7:21-23). Inilah batu-batu sandungan dalam diri kita yang terlebih dahulu harus kita singkirkan jika kita mau berusaha untuk tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, hingga bisa menjadi berkat bagi siapapun orang yang kita temui, tanpa memandang siapa mereka, dari mana dan apa latar belakangnya.
Untuk itu kita perlu selalu datang kepada TUHAN YESUS sebagai batu penjuru. Yaitu Batu yang akan menentukan kokohnya diri kita yang sedang diproses untuk menjadi Gereja TUHAN (Anak ALLAH) yang dewasa. Mengapa kita selalu harus datang kepada TUHAN YESUS yang disebut sebagai Batu Penjuru? Karena melalui DIA yang sudah menyediakan Diri-NYA mati di kayu salib, kita sudah dilahirkan sebagai manusia baru -sebagai anak ALLAH- oleh karya penebusan-NYA. Jangan seperti bangsa Israel yang justru membuang, menolak, dan tidak menghormati TUHAN YESUS karena tidak percaya bahwa DIA adalah Batu Penjuru. Hal ini membuktikan bahwa bangsa Israel tidak memiliki kedewasaan iman, sehingga sekalipun ALLAH sudah menolong, memberikan berkat, perlindungan dan janji-janji keselamatan, mereka tetap keras kepala dan tidak bisa mengerti kebenaran Firman ALLAH.
Tetapi kita sebagai umat tebusan ALLAH, harus mengerti setiap kebenaran Firman atau Perkataan ALLAH sehingga tidak sampai bersikap keras kepala seperti bangsa Israel ini. Bukankah ALLAH sendiri yang mengutus TUHAN YESUS ke dunia dan menghormati DIA karena kerelaan-NYA menjalankan tugas untuk mati di kayu salib menebus dosa kita. Dengan kematian dan kebangkitan-NYA, maka Gereja TUHAN berdiri dengan YESUS KRISTUS sebagai Batu Penjuru. "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16). Inilah yang diinginkan Kristus bagi kita. Terang atau tidak akan terlihat dari bagaimana kita hidup. Sudahkah kita hidup sesuai firmanNya dalam kasih, atau malah menjadi batu sandungan bagi banyak orang? Tidak ada gunanya kita rajin berdoa, rajin melayani, rajin membaca Alkitab, rajin meneriakkan nama Tuhan jika tidak didukung perbuatan nyata dalam kehidupan kita. Setiap detik dari hidup kita bisa menjadi kesaksian yang manis, sebaliknya bisa pula menjadi batu sandungan bagi orang lain. Yesus Kristus disebut batu hidup. Sebagai batu hidup Ia adalah batu penjuru. Ia merupakan contoh utama untuk kita menjadi batu hidup. kehadiranNya sebagai batu hidup telah memberikan kenyamanan, kedamaian, bahkan keselamatan bagi dunia yang mau menerimaNya. Amin (EM).

Jamita Evangelium Minggu ROGATE (Martangiang) – 5 Mei 2024

Sai Na Manjalo DO Nasa Na Mangido      (Setiap Orang Yang Meminta Akan Menerima) Matius 7: 1 - 11   a)       Huria ni Tuhanta ia Matiu...