Mengejar Damai Sejahterah
Roma 14 : 19
Roma 14 : 19
"Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun."
Baik-buruknya suatu keadaan sering kali tidak ditentukan oleh kondisi yang dihadapi, melainkan lebih ditentukan oleh sikap dan perilaku orang-orang yang ada di dalamnya. Manakala situasi dihadapi dengan sikap dan perilaku yang mementingkan kepentingan dan kebenaran diri sendiri, maka situasi baik pun bisa menjadi buruk. Sebaliknya, manakala situasi dihadapi dengan sikap yang saling membangun, maka situasi pergumulan yang sangat berat pun akan mampu dihadapi bersama.
Bacaan kita menjelaskan keinginan Paulus supaya semua orang merasakan keadilan, damai sejahtera, dan sukacita. Di sana diceritakan bagaimana Paulus mengungkapkan keyakinannya soal makanan dan minuman, yaitu bahwa tidak ada sesuatu yang dalam dirinya sendiri najis atau haram. Namun, Paulus pun menyadari bahwa masih ada orang-orang di tengah-tengah jemaat di Roma yang masih menjunjung aturan tentang makanan yang ‘haram dan halal’. Karenanya, Ia pun mengajarkan kepada seluruh jemaat untuk menghormati orang-orang ini – bahwa kadang-kadang, demi terciptanya damai sejahtera dan situasi saling membangun, perlu juga untuk mengorbankan apa yang dianggap benar oleh diri sendiri, demi terciptanya damai sejahtera bagi orang lain.
Pandangan Paulus ini menunjukkan kepada kita bahwa dalam hidup bergereja sebagai kehidupan bersama religius, kita perlu mengembangkan sikap dan perilaku yang berorientasi kepada terciptanya damai sejahtera bagi sesama. Umat beriman dalam satu persekutuan, hendaknya besikap saling membangun, saling berbagi damai sejahtera, saling terbuka, dan saling menerima – bukan hanya mempertahankan kebenaran yang diyakini masing-masing. Bahkan, Paulus hendak menyampaikan bahwa sikap atau perbuatan yang mau menang atau benar sendiri, sesungguhnya adalah sikap yang mengganggu damai sejahtera di tengah-tengah persekutuan – dan sikap yang demikian adalah sikap atau perbuatan yang keliru.
Semua orang merindukan hidup damai sejahtera. Untuk itu semua orang berlomba untuk membuat hidupnya aman dan damai. Dan oleh karenanya muncullah kebutuhan baru bagi hidup manusia. Misalnya: pagar rumah, satpam, bank, asuransi dll sehingga orang sungguh merasa aman dan damai. Namun damai yang diberikan Yesus lebih dari itu. Damai sejahtera yang diberikan Yesus bagi kita adalah damai sejahtera yang lahir dari dalam bukan dari luar diri. Damai sejahtera dari dalam itu adalah damai sejahtera karena percaya akan perlindungan yang diberikan oleh Tuhan yang Maha berkuasa atas hidup kita manusia. Damai sejahtera yang dari Tuhan ini bisa digambarkan dengan damai sejahtera yang dialami seorang bayi dalam pelukan kasih mamanya. Merasa aman dan damai dalam pelukan dan lindungan Tuhan. Mari kita mengejar damai sejahtera yang sempurna itu.
Anugrah Allah yang heran juga memiliki kemampuan untuk membangun kehidupan kita, selama kita menanti warisan kita disini di bumi ini. "Firman kasih karunia (anugrah) Nya, yang berkuasa membangun kamu." Tuhan menghendaki akar-akar dari kelaparan rohani dan kepercayaan kita bertumbuh ke dalam Dia. Tuhan menghendaki kehidupan kita selalu mengalami pembangunan-pembangunan terus menerus di dalam Kristus. Dia menghendaki sifat watak (karakter) kita menjadi semakin lebih stabil di dalam iman, yaitu di dalam FirmanNya. "Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap [berjalan] di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman" (Kolose 2:6-7). Adalah kehendak Allah agar kita diperbaiki akhlaknya dan diperkaya. Biarlah "semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun (memperbaiki akhlak)" (1Korintus 14:26). Sepanjang perjalanan, dimulai dari kelahiran baru ke dalam keluarga Allah hingga kepenuhan warisian surgawi sebagai keluargaNya, Allah mengingini bahwa anak-anakNya diperkuat secara rohani dan berkembang bertambah-tambah dalam kedewasaan Kristen. Pelayanan kita satu dengan lainnya bisa menjadi bagian efektif dalam proses membangun (memperbaiki akhlak) ini. "Marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun (memperbaiki akhlak)...Setiap orang di antara kita harus mendatangkan kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangun (memperbaiki akhlak)" Amin .
Baik-buruknya suatu keadaan sering kali tidak ditentukan oleh kondisi yang dihadapi, melainkan lebih ditentukan oleh sikap dan perilaku orang-orang yang ada di dalamnya. Manakala situasi dihadapi dengan sikap dan perilaku yang mementingkan kepentingan dan kebenaran diri sendiri, maka situasi baik pun bisa menjadi buruk. Sebaliknya, manakala situasi dihadapi dengan sikap yang saling membangun, maka situasi pergumulan yang sangat berat pun akan mampu dihadapi bersama.
Bacaan kita menjelaskan keinginan Paulus supaya semua orang merasakan keadilan, damai sejahtera, dan sukacita. Di sana diceritakan bagaimana Paulus mengungkapkan keyakinannya soal makanan dan minuman, yaitu bahwa tidak ada sesuatu yang dalam dirinya sendiri najis atau haram. Namun, Paulus pun menyadari bahwa masih ada orang-orang di tengah-tengah jemaat di Roma yang masih menjunjung aturan tentang makanan yang ‘haram dan halal’. Karenanya, Ia pun mengajarkan kepada seluruh jemaat untuk menghormati orang-orang ini – bahwa kadang-kadang, demi terciptanya damai sejahtera dan situasi saling membangun, perlu juga untuk mengorbankan apa yang dianggap benar oleh diri sendiri, demi terciptanya damai sejahtera bagi orang lain.
Pandangan Paulus ini menunjukkan kepada kita bahwa dalam hidup bergereja sebagai kehidupan bersama religius, kita perlu mengembangkan sikap dan perilaku yang berorientasi kepada terciptanya damai sejahtera bagi sesama. Umat beriman dalam satu persekutuan, hendaknya besikap saling membangun, saling berbagi damai sejahtera, saling terbuka, dan saling menerima – bukan hanya mempertahankan kebenaran yang diyakini masing-masing. Bahkan, Paulus hendak menyampaikan bahwa sikap atau perbuatan yang mau menang atau benar sendiri, sesungguhnya adalah sikap yang mengganggu damai sejahtera di tengah-tengah persekutuan – dan sikap yang demikian adalah sikap atau perbuatan yang keliru.
Semua orang merindukan hidup damai sejahtera. Untuk itu semua orang berlomba untuk membuat hidupnya aman dan damai. Dan oleh karenanya muncullah kebutuhan baru bagi hidup manusia. Misalnya: pagar rumah, satpam, bank, asuransi dll sehingga orang sungguh merasa aman dan damai. Namun damai yang diberikan Yesus lebih dari itu. Damai sejahtera yang diberikan Yesus bagi kita adalah damai sejahtera yang lahir dari dalam bukan dari luar diri. Damai sejahtera dari dalam itu adalah damai sejahtera karena percaya akan perlindungan yang diberikan oleh Tuhan yang Maha berkuasa atas hidup kita manusia. Damai sejahtera yang dari Tuhan ini bisa digambarkan dengan damai sejahtera yang dialami seorang bayi dalam pelukan kasih mamanya. Merasa aman dan damai dalam pelukan dan lindungan Tuhan. Mari kita mengejar damai sejahtera yang sempurna itu.
Anugrah Allah yang heran juga memiliki kemampuan untuk membangun kehidupan kita, selama kita menanti warisan kita disini di bumi ini. "Firman kasih karunia (anugrah) Nya, yang berkuasa membangun kamu." Tuhan menghendaki akar-akar dari kelaparan rohani dan kepercayaan kita bertumbuh ke dalam Dia. Tuhan menghendaki kehidupan kita selalu mengalami pembangunan-pembangunan terus menerus di dalam Kristus. Dia menghendaki sifat watak (karakter) kita menjadi semakin lebih stabil di dalam iman, yaitu di dalam FirmanNya. "Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap [berjalan] di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman" (Kolose 2:6-7). Adalah kehendak Allah agar kita diperbaiki akhlaknya dan diperkaya. Biarlah "semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun (memperbaiki akhlak)" (1Korintus 14:26). Sepanjang perjalanan, dimulai dari kelahiran baru ke dalam keluarga Allah hingga kepenuhan warisian surgawi sebagai keluargaNya, Allah mengingini bahwa anak-anakNya diperkuat secara rohani dan berkembang bertambah-tambah dalam kedewasaan Kristen. Pelayanan kita satu dengan lainnya bisa menjadi bagian efektif dalam proses membangun (memperbaiki akhlak) ini. "Marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun (memperbaiki akhlak)...Setiap orang di antara kita harus mendatangkan kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangun (memperbaiki akhlak)" Amin .