Minggu, 17 Januari 2010

Renungan Hari Senin, 18 Januari 2010

Satu Panggilan
Efesus 4: 4
"Satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu."
Ketika jemaat menyadari bahwa mereka bukanlah tamu atau orang asing, melainkan kawan sewarga dalam keluarga Allah, tidak perlu adanya rayuan untuk mengajak terlibat dan aktivitas gereja. Ini merupakan 'bahan baku' terbentuknya gereja yang hangat. Adalah perlu belajar dari kehidupan jemaat gereja mula-mula: "Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah" (Kisah 2:46-47a).
Masing-masing kita memiliki latar belakang yang begitu berbeda di Gereja baik: keluarga kita berbeda, warna kulit, asal-usul (suku), profesi, pendidikan dan juga hobi atau kesenangan kita, namun kita bisa berkumpul dan dipersatukan dalam satu ikatan keluarga Kerajaan Allah.
Kita semua memiliki fungsi khusus di dalam tubuh Kristus untuk saling menopang dan menjaga, apapun karakter kita, warna kulit, suku, atau kebangsaan kita. Jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita.
Namun, dalam keseharian kita, dalam kehidupan kita berjemaat, kita lupa akan hal ini. Gereja yang seharusnya menjadi perkumpulan orang-orang yang saling menghargai justru menjadi saling menyikut. Tidak ada lagi kasih satu sama lain, yang ada hanyalah kasih terhadap diri sendiri. Berusaha menyenangkan hati Tuhan namun sesungguhnya berusaha menyenangkan orang lain dan diri sendiri. Ketika seorang jemaat tidak memberikan hasil yang memuaskan, dengan mudahnya kita menghakimi dia. Menghakimi sesuai dengan standar prestasi yang kita miliki. Kita berusaha membuat orang lain menjadi sama dengan kita, berusaha meniadakan perbedaan.

Ternyata oleh karena darah Kristus dan Injil kita menjadi satu kesatuan: satu tubuh, satu Roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, dan satu Allah dan Bapa (ayat 4-6), sehingga kita "...bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah," (Efesus 2:19). Kini tugas kita adalah mempertahankan persatuan dan kesatuan di antara jemaat agar gereja tetap menjadi tempat yang hangat. Hal intu akan terwujud apabila tiap jemaat memiliki kesadaran akan dirinya. Tidak perlu ada bujukan dan paksaan karena semua orang akan senang dan bersedia memainkan peranan aktif dalam kehidupan bergereja.
Kesatuan, persaudaraan atau persahabatan sejati ini hendaknya pertama-tama terjadi di dalam keluarga, antara suami-isteri, anak-anak dan seluruh anggota keluarga. Penghayatan akan kesatuan, persaudaraan atau persahabatan sejati rasanya pada masa ini dapat menjadi ‘nabi’, dan siapapun yang melihat atau kena dampak cara hidup dan cara bertindak itu akan berkata :”dia ini benar-benar nabi yang akan datang di dunia ini”. Dengan kata lain penghayatan kesatuan, persaudaraan atau persahabatan sejati merupakan bentuk tugas perutusan berupa teladan atau kesaksian, yang utama dan pertama. Amin


Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...