Kamis, 21 Januari 2010

Renungan Hari Jumat, 22 Januari 2010

Umat Yang Sehati Dan Sejiwa
Kisah Para Rasul 4: 32
"Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama."
Kebanyakan orang-orang beriman pada awal gereja perdana telah menjadi martir karena mereka mempertahankan iman mereka. Setelah penerimaan Roh Kudus pada hari Pentekosta orang-orang beriman perdana memberikan kesaksian yang sangat artikulatif dan meyakinkan bahwa komunitas Kristen adalah counter cultural: terang bagi dunia. Sesungguhnya, mengapa tidak. Orang-orang beriman pada saat itu merupakan saksi mata tentang kuasa kebangkitan Jesus dan karunia Roh Kudus. Mengapa mereka tidak menjadi satu hati dan satu pikiran? Mengapa mereka tidak membagi-bagikan apa yang mereka miliki pada saat itu? Mengapa mereka tidak memperhatikan satu sama lain dalam hidup? Mujisat gereja perdana adalah mujisat cinta. Sanggupkah kita mengikuti teladan hidup dan iman umat kristen perdana, sehati, sejiwa, sepikiran, dan rela memberi derma atau membantu para missionaris kita yang bekerja di tanah misi?
Di tengah kehidupan yang semakin bising, sibuk dan ruwet, ada kecenderungan kuat untuk masing-masing mencari suatu kehidupan privat yang eksklusif. Pada posisi ini, mereka tidak usah peduli atau tak usah prihatin terhadap sisa kemanusiaan lainnya. Malah bagi yang mampu, mereka dapat membuat kamar-kamar yang soundproof, rumah yang kedap suara.
Tetapi apa yang terjadi dalam kehidupan demikian? Hidup kemanusiaan itu akhirnya terpecah belah menjadi fragmen-fragmen, kepingan-kepingan sepi dari kehidupan yang terhilang.
Banyak orang menerima kepercayaan Kristen itu sebagai suatu gaya hidup. Dari uraian mengenai cara dan gaya hidup jemaat mula-mula ini, jelaslah bahwa kepercayaan terhadap Kristus yang bangkit itu punya pengaruh dalam keseluruhan cara dan gaya hidup kita. Mereka hidup sebagai suatu keluarga.
Mereka semuanya sehati-sejiwa. Orang yang berupaya memberi kepada yang tidak berupaya, bukan dengan rasa sombong dan membuat si penerima hidup meminta-minta, melainkan semuanya terjadi dalam sukacita. Demikian pula pembagian itu tidak diberikan berdasarkan rasa simpati tertentu. Tetapi semua itu dibagikan kepada setiap orang sesuai dengan kebutuhannya/keperluannya. Hendaknya kita selalu ingat akan hubungan yang erat dan hakiki antara gaya hidup sedemikian ini dengan kesaksian tentang Yesus yang bangkit.
Gaya hidup sedemikian ini dapat mereka jalankan karena mereka: bertekun dalam ajaran; saling menguatkan dalam doa; dan memelihara ibadah dan perjamuan dengan setia.
Itu sebabnya, bila kita ingin supaya kesaksian kita itu efektif, tidak cukup hanya dengan tindak perorangan atau pribadi. Tetapi ia seharusnya merupakan tindakan persekutuan; suatu persekutuan yang mencerminkan kekuatan kebangkitan ini dalam dirinya. Diperlukan kesediaan kita untuk memberi apa yang ada dalam hidup persekutuan itu. Hanya dengan sehati-sejiwa jemaat kita akan mampu. Apabila kita sehati-sejiwa, maka beban berat menjadi ringan, usaha yang sukar dapat menjadi lebih mudah diatasi. Sehati dan sepikiran ini tidak mudah dilakukan, tetapi justru hal yang sangat perlu dan penting.
Apa yang terjadi dengan orang-orang yang telah percaya kemudian menjadi sehati dan sejiwa dan menjadikan segala sesuatu kepunyaan bersama merupakan bentuk damai sejahtera sejati. Mungkinkah hal itu terjadi dalam kebersamaan kita, tentu saja pertama-tama dan terutama dalam kelompok kita yang paling kecil yaitu keluarga/komunitas, syukur kemudian dapat berkembang dalam komunitas atau keluarga yang lebih besar yaitu desa atau kampung, dst.. Dalam suasana damai sejahtera macam itu kiranya tidak ada orang yang kelaparan, sakit atau merasa kurang dikasihi atau diperhatikan. Damai sejahtera sebagaimana terjadi dalam umat perdana tersebut rasanya juga merupakan bentuk penghayatan diri sebagai anak-anak Allah yang mengasihi Allah; "Inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat, sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita " 1Yoh5:3-4


Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...