Kasih Suami Istri
Efesus 5 : 33
Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.
Sebuah pernikahan kudus adanya, dimateraikan bukan lagi dua melainkan menjadi satu langsung oleh Tuhan. Kita berbicara mengenai materai Tuhan, dimana Tuhan sendiri menjadi saksi sebuah pernikahan, bukan materai seharga Rp 6000 yang kita beli di kantor pos. Jika orang sudah takut melanggar sebuah perjanjian yang dimateraikan dengan keping kertas seharga Rp 6000, apalagi jika materai tersebut menyangkut Tuhan di dalamnya.
Sebuah pernikahan di mata Tuhan adalah sebuah perjanjian Ilahi yang harus diisi dengan menghayati sebuah kesatuan. "Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (Matius 19:5-6). Lebih lanjut, sebuah pernikahan, seperti yang dikatakan oleh sang artis senior, berarti sebuah komitmen untuk mengemban tanggung jawab. Mari kita lihat kitab Efesus. "Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya." (Efesus 5:33). Suami dan istri memiliki peran masing-masing yang haruslah saling isi, karena mereka bukan lagi dua melainkan satu.
Yang menjadi kendala untuk mewujudkan saling mengasihi dan menghormati dalam rumah tangga, tak lain karena gengsi kita yang tidak mau saling mendahului dalam mengasihi dan menghormati. Kalau kita mau diperhatikan, seharusnya terlebih dahulu kita memberi perhatian; demikian pula sebaliknya. Siapa yang telah mengerti akan pentingnya hal ini, dialah yang lebih dahulu rela berkorban untuk memulainya.
Hidup yang berpadanan dengan panggilan adalah hidup yang taat pada kehendak Tuhan dalam firman-Nya dengan pimpinan Roh Kudus. Hal itu berarti bahwa orang percaya harus memelihara hubungan yang akrab dengan firman Tuhan. Hubungan yang akrab ini terjadi melalui pembacaan firman Tuhan secara teratur dan menyeluruh, perenungan, pemahaman yang mendalam, dan ketaatan yang tulus dalam seluruh aspek hidup. Melalui hubungan yang akrab, orang percaya belajar memahami kehendak Tuhan dan hidup dalam pimpinan Roh Kudus-Nya. Hiduplah sebagai penurut-penurut Allah setiap hari dengan memahami kehendak Tuhan dan taat kepada pimpinan Roh Kudus-Nya.