Tuhan Sumber Hikmat Dan Kepintaran
Yesaya 5 : 21
Celakalah mereka yang memandang dirinya bijaksana, yang menganggap dirinya pintar
Menjadi pintar tentu sudah suatu keharusan, tetapi akan sangat berbahaya apabila seseorang hanya terus menerus mencari kepintaran dan mengabaikan berbagai kehendak Allah. Paulus bersaksi bahwa dia telah menjadi seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, karena dia telah hidup di luar iman, yaitu iman kepada Allah yang benar.
Orang pintar belum tentu dapat menjadi bijaksana, karena pintar saja tidak cukup untuk menjadi bijaksana tanpa memiliki faktor pendukung lainnya seperti emosi, akal sehat, wawasan yang luas dan sebagainya. Jika orang pintar ini tidak mampu mengendalikan emosinya dan tidak mampu menggunakan akal sehatnya maka berdampak pada orang lain.Cara kita memandang diri agar tidak jatuh pada perasaan pintar adalah sebagai berikut:
1. Lebih baik diam dari pada sok tahu
“Diam itu emas” Pepatah lama ini memberikan saran kepada kita bahwa apabila kita tidak tahu dengan jelas tentang sesuatu hal janganlah berlagak sok tahu dengan memberikan penjelasan yang salah. Sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah. Misalnya : Kita memberikan penjelasan secara panjang lebar kepada teman tentang bagaimana mengoperasikan komputer secara benar. Padahal kita sendiri tidak begitu menguasai komputer. Ketika dia ingin mempraktekan apa yang telah ia pelajari dari penjelasan kita dan ternyata salah, maka janganlah kita menyalahkan dia apabila dia mengatakan kita sebagai orang yang sok pintar. Kesimpulan nya adalah kalau kita tahu sesuatu Cuma setengah-tengah lebih baik diam.
2. Jujurlah
Jujur adalah satu kata yang sangat populer dan dibutuhkan dalam setiap sikap dan perbuatan.
Jujur dapat membawa kita ke surga dan dusta dapat membawa kita ke neraka . Dengan kita selalu berkata jujur, maka teman kita tidak akan mungkin mengatakan kita sebagai orang yang sok pintar. Contohnya: Apabila ada salah satu teman anda yang mengalami kesulitan mengerjakan PR matematika, dan menanyakan kepada anda bagaimana cara untuk mengerjakan soal tersebut, sedangkan anda sendiri juga tidak tahu, maka sikap yang baik adalah katakanlah sejujurnya bahwa anda tidak bisa.
3. Pahami siapa lawan bicara anda
Setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda, kita harus paham siapakah orang yang sedang kita ajak bicara. Berbicara kepada teman sebaya, apalagi yang sudah kenal dengan baik tentu lebih mudah . Mereka dapat memahami dan mengerti kita. Berbeda jika kita berbicara dengan orang yang lebih tua, seperti kaka, abang, paman, bibi, ayah, atau guru kita harus berbicara dengan cara yang lebih sopan dan penuh penghargaan. Karena mereka merasa lebih tua, biasanya tidak mau kalau kita ajari suatu hal yang kita memang sudah tahu. Tidak heran banyak orang tua yang berkata “Ah kamu anak kecil sok pintar mengajari saya, tau apa kamu?” nah tidak ingin kan kata-kata itu sampai keluar. Oleh Karena itu pahami dengan baik siapa lawan bicara anda.
Pengetahuan, kepintaran itu penting bagi hidup manusia, namun harus selalu diingat bahwa TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian (Amsal 2:6). Maka sudah pasti tidak akan pernah terjadi seseorang yang mengandalkan kepintarannya semata akan dapat hidup dalam kebenaran, kecuali setiap orang pintar itu sadar bahwa selain pengetahuan dan kepintaran yang dimilikinya dari dunia ini, dia juga memerlukan Hikmat dan pengetahuan dari Allah, karena Hikmat dan pengetahuan dari Allah itulah yang akan melengkapi segala sesuatu yang dimilikinya untuk menjadi sempurna di hadapan Allah.