Selasa, 05 Oktober 2010

Renungan Hari Senin, tgl. 27 September 2010

Menggunakan Kekerasan : Menyesatkan
Amsal 16 : 29
Orang yang menggunakan kekerasan menyesatkan sesamanya, dan membawa dia di jalan yang tidak baik
Kalau kita cermati berita-berita saat ini sungguh memilukan. Tindak kekerasan yang merajalela, di berbagai daerah Indonesia . Tindak kekerasan yang meliputi kaum aparat yang diberondong senjata api, perampokan bank, perkelahian antar warga masyarakat. Tindakan tersebut menarik perhatian pemerintah agar lebih serius menangani masalah dalam negeri. Sehingga dibutuhkan keseriusan pemerintah untuk mempelajari akar persoalan yang dihadapi masyarakat. Kekerasan itu muncul oleh karena rakyat sudah mengalami frustasi sosial. Lemahnya penegakan hukum dan pertikaian elite bangsa yang sering kali ditayangkan media massa. Orang cenderung melihat hidup tak lagi mempunyai makna. Hidup orang lain cenderung dinilai sangat murah, sama sekali tak dihargai martabatnya sebagai manusia.
Orang percaya diingatkan tentang hal-hal kekerasan itu akan selalu ada disekitar kita. Jangan sampai kita melupakan Tuhan dan hanya meng ingat kekerasan karena dendam dan iri hati, akar pahit yang selalu dipupuk tanpa kita sadari  memuncak mengakibatkan perkelahian dan kemurkaan.
kekerasan ini masih berlangsung. Akankah kita diam? Tentu saja tidak. Namun melawan kekerasan bukanlah dengan kekerasan. Pukulan polisi, kurungan penjara, cacimaki, bukanlah ukuran bagi tindakan non-kekerasan kita. Bahkan Anda bisa mendapatkan itu semua ketika Anda melakukan kekerasan.
Negera sebenarnya memiliki seluruh sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencegah dan menanggulangi kekerasan yang terjadi di masyarakat. Sistim peradilan kriminal dengan polisi, jaksa, hakim dan lembaga pemasyarakatan ada di tangan negara untuk mencegah dan menanggulangi kekerasan tindak kriminal, dalam hal ini juga termasuk kewenangan untuk mengendalikan senjata yang ada di di masyarakat ada tangan aparatus negara. Perijinan, pendataan dan penindakan atas pemilikan senjata termasuk pengawasanya seharusnya mampu untuk mencegah merebaknya senjata ilegal di kalangan masyarakat. Fungsi inteljen memainkan peran yang sangat signifikan dalam hal ini, sebagai fungsi cegah tangkal.
Bolehkah kita membalas kejahatan dengan kejahatan? Bolehkah kita main hakim sendiri tanpa tahu apa persoalan yang sebenarnya? Dalam kehidupan kita sehari-hari aksi main hakim sendiri sering terjadi. Para pencuri ayam yang kepergok sering menjadi bulan-bulanan massa. Orang berpikir bahwa kalau seorang pencuri dihukum secara beramai-ramai itu suatu tindakan yang baik. Padahal menyiksa orang lain, apa pun bentuknya, merupakan suatu perbuatan yang tidak berkenan di hati Tuhan. Yang dikehendaki Tuhan adalah pengampunan. Yang dikehendaki Tuhan dari manusia adalah kasih satu terhadap yang lain. Kekerasan yang dilakukan bukan suatu jalan baik yang mesti ditunjukkan oleh orang-orang yang beriman kepada Tuhan. Karena itu, sebagai orang beriman, kita ditantang untuk meninggalkan kekerasan dalam bentuk apa pun. Kekerasan yang dilakukan hanya menumbuhkan balas dendam dalam diri sesama kita. Mari kita berusaha untuk selalu menempatkan pengampunan di atas segala-galanya. Hanya dengan kerelaan hati untuk mengampuni sesama, kita dapat menciptakan suatu suasana hidup yang lebih baik.

Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...