Selasa, 05 Oktober 2010

BAHAN SERMON PARHALADO, 21 SEPTEMBER 2010

Mendengar Suara Hati
Yohanes 8 : 1 - 11
Baru-baru ini ada berita tentang seorang wanita yang akan dihukum rajamkarena ketahuan berbuat zinah. Berita tersebut terdengar ke seluruh dunia, sampai akhirnya Presiden Brazil menawarkan suaka politik kepada seorang perempuan Iran yang dihukum setelah didakwa melakukan perzinahan. Presiden Luiz Inacio Lula da Silva mengatakan dalam sebuah rapat umum kampanye bahwa dia meminta kepada Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad untuk mengizinkan Brazil mengambil perempuan itu. Sakinah Mohamad Ashtiani didakwa karena berzinah tahun 2006 dan dihukum sampai mati dengan dirajam. Pejabat-pejabat Iran mengatakan, mereka telah menarik bagian perajaman dari hukuman itu, tetapi perempuan itu masih menghadapi hukuman mati. Silva mengatakan, dia ingin Iran tahu bahwa apabila perempuan membawa masalah di sana, dia akan disambut di Brazil.
Dari ternyata hal hukum rajam itu sudah lama ada bahkan sebelum zaman Yesus dalam Perjanjian Lama, hingga pada masa Yesus dalam nas ini.
Latar Belakang: Tuhan Yesus dihadapkan pada suatu jebakan dari ahli Taurat dan orang Farisi.
Jebakan ini berhubungan dengan dua hukum yang bertentangan pada masa itu. Yaitu hukum Taurat yang masih dijunjung tinggi oleh orang Yahudi, yang menyatakan hukuman mati atas orang yang berzinah dengan cara pelemparan batu ( Ul. 22;24) dan hukum pemerintahan Roma yang melarang tindakan hukuman mati bagi siapa pun menurut hukum adat istiadat Yahudi ( hukum Taurat). Bandingkan dengan Yoh 18:31. Jika Tuhan Yesus menuruti hukum Taurat, Ia akan dituntut oleh pemerintahan Roma karena bertindak main hakim sendiri. Jika Tuhan Yesus menuruti hukum Roma dan menolak hukum Taurat, maka Tuhan Yesus akan dicap sebagai penghianat bangsa dan akan dibenci oleh bangsa Yahudi.

MENGAPA YESUS TIDAK MERAJAM PELACUR ? 
Dalam salah satu fragment di injil Yohanes disebutkan bahwa Yesus tidak merajam pelacur, karena merupakan wujud kasih sayang Yesus terhadap manusia dan hendak merubah hukum taurat, sebagaimana dipaparkan dalam kutipan ayat-ayat berikut : Episode ini dibaca secara tidak teliti oleh orang-orang kristen sehingga tidak memperolah pengertian yang benar dalam memahami ayat diatas. Sepintas memang tampak bahwa tidak terjadi hukuman rajam dan memang betul bahwa
tidak terjadi hukuman rajam ketika itu. lalu ketidak-adaan rajam diklaim bahwa Yesus meniadakan rajam.
Hal diatas ini adalah pandangan yang sangat tidak alkitabiah,, kalaupun alkitabiah adalah alkitabiah yang sepotong. mestinya alkitab harus dibaca secara menyeluruh hingga ketemu sebab musababnya. apakah memang sejatinya hukum A harus dihapus atau ditegakkan, atau jika hukum A tidak dilaksanakan apakah sebabnya? Sebab inilah yang harus sama-sama kita teliti agar terkuak
kebenaran bagi semua manusia.  Ada beberapa keganjilan dalam fragment diatas;
Pertama : Terhukum adalah wanita seorang saja adalah tidak mungkin, dan aneh yang dibawa kepada Yesus adalah hanya pelacur seorang, padahal menurut ketentuan Taurat, mestinya pria yang melacur dan perempuan yang melacur harus dibawa serta untuk diadili atau dirajam, apalagi ayat diatas jelas menegaskan bahwa pelacur tersebut tertangkap basah (Yoh 8:4). Artinya ketika proses perzinahan laki-laki dan pelacur tersebut tengah terjadi, mereka kepergok massa. menurut hukum taurat mestinya mereka berdua, laki-laki yang melacur dan pelacur itu yang harus dihukum lihat ayat-ayat berikut :  Imamat 20:10 Bila seorang laki-laki berzinah dengan isteri orang lain, yakni berzinah dengan isteri sesamanya manusia, pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzinah itu. Ulangan 17:5 Maka engkau harus membawa laki-laki atau perempuan yang telah melakukan perbuatan jahat itu ke luar ke pintu gerbang, kemudian laki-laki atau perempuan itu harus kau lempari dengan batu sampai mati. Ulangan 22:24 Maka haruslah mereka keduanya kamu bawa ke luar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati: gadis itu, karena walaupun di kota, ia tidak berteriak-teriak, dan laki-laki itu, karena ia telah memperkosa isteri sesamanya manusia. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu. Mengapa hanya perempuan saja yang dibawa ke Yesus, untuk diadili?
Kedua : Farisi dan ahli taurat dalam penggalan ayat Yoh 8:5, orang Farisi dan ahli taurat berkata : Musa dalam hukum Taurat merintahkan kita....dst. Betul sekali seluruh orang Yahudi diperintahkan demikian, yaitu merajam para pezina laki-laki dan perempuan. tetapi tidakkah terlihat suatu keanehan lagi... ?? Ya.. sangat aneh.. karena orang Farisi dan ahli taurat menuntut seseorang dihakimi menurut Taurat sedangkan mereka (Ahli taurat dan Farisi) sama sekali tidak pernah melaksanakan Hukum Taurat... jika anda tidak percaya bahwa orang yang disebut sebagai ahli Taurat dan Farisi ternyata tidak pernah melaksanakan Hukum Taurat.. sungguh ironi.. tentu ini ada dasarnya , silahkan buka ayat berikut : Joh 7:14 Waktu pesta itu sedang berlangsung, Yesus masuk ke Bait Allah lalu mengajar di situ. Joh 7:19 Bukankah Musa yang telah memberikan hukum Taurat kepadamu? Namun tidak seorangpun di antara kamu yang melakukan hukum Taurat itu. Mengapa
kamu berusaha membunuh Aku?" Jelas tampak sekarang keanehan tsb, kenapa orang yang tidak melaksanakan Taurat tapi mengaku-aku malaksanakan Taurat, tentu saja MUNAFIK, nah orang2
munafik ini (MAT 6:2, mat 6:5, mat 7:5 dll) menuntut orang lain melaksanakan hukumt Taurat..???? sungguh aneh...
Ketiga: Kenapa Yesus harus menanggapi omongan Farisi, dari dua keanehan diatas lalu apa gunanya Yesus menanggapi omongan Farisi ?, jelas telah diketahui bahwa orang Farisi itu hendak mencobai Yesus (Yoh 8:6). lalu apa gunanya Yesus menanggapi makanya Yesus asyik aja nulis terus di tanah, sebuah kewaspadaan yang sangat tinggi kini mulai tampak dalam pribadi Yesus. mohon dicermati lagi kali ini.
Keempat: Kewaspadaan Tinggi Yesus dalam hal menanggapi pelacur ini sangat tinggi  kewaspadaannya, kenapa? keanehan lagi muncul disini. Kenapa Ahli Taurat tidak menghukum
sendiri Pelacur tersebut ? kenapa? tetapi justeru meyerahkan kepada Yesus yang ajarannya-pun sangat mereka ragui? melihat keanehan pertama bahwa cuma wanita tersebut yang dibawa, maka Yesus segera sadar bahwa belum tentu wanita tersebut berzina, jika kemudian Yesus mengikuti saja kemauan Farisi dan ahli taurat tentu Yesus akan menjatuhkan hukuman mati. jika ini dilaksanakan maka keinginan sejak awal orang Farisi dan Ahli TAurat terwujud dengan manisnya..yaitu MEMBUNUH YESUS (YOh :18, Yoh 7:1, Yoh 7:19), karena Yesus telah memutuskan hukuman mati bagi "pelacur" yang belum tentu bersalah (lihat point pertama diatas), alias memutuskan hukuman mati kepada wanita biasa, dengan demikian hukum mata-balas mata, nyawa balas nyawa harus diaplikasikan thd Yesus. Sedangkan terhadap orang Farisi dan ahli Taurat tidaklah akan dihukumi sebagai pembohong seperti dalam ten commandment, karena memang sejak semula mereka tidak pernah melaksanakan Hukum taurat, .. dalam kasus ini Yesus cukup waspada.
Kelima: Jangan berbuat dosa lagi penutup epilog ini ditutup oleh perkataan Yesus dengan : jangan berbuat dosa lagi... kenapa Yesus tidak mengatakan Jangan berbuat Zina lagi.. kenapa? Yesus pun mempertanyakan kepada para ahli taurat dan Farisi siapa yang tidak berbuat dosa, bukan pertanyaan siapa yang tidak berbuat zina melempar duluan? kenapa.. satu jawaban yang mungkin adalah karena sejumlah keanehan2 diatas.
Keenam: Kenapa Yesus sendiri tidak menghukum wanita tsb, ini bisa karena uraian-uraian diatas, atau bisa juga karena Yesus pun sebenarnya pernah "berdosa" karena Yesus telah mengaku dosa ketika dibaptis Yohanes.
Ketujuh: Yesus sosok manusia yang jujur dan konsekuen dengan perkataannya Jika Yesus tidak melakukan perajaman, tentu ada sebab musabab yang logis, tidak karena alasan Yesus hendak merubah Taurat, karean Yesus tegas menyatakan bahwa tidak akan merubah taurat, dan lebih baik dunia dan langit ini hancur daripada hukum Taurat berubah, seperti ayat berikut : Luk 16:17 Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal. Mat 5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Dengan demikian tidak ada alasan Yesus merubah Taurat. Kalau merubah, artinya Yesus plin plan... setujukah anda bahwa Yesus plin-plan, tentu tidak. jalan paling logis memahami keanehan ayat diatas adalah, seperti yang saya paparkan diatas, bahwa wanita tersebut tidak berzina.
Aplikasi
1.       Dietrich Bonhoeffer: Cheap grace dan costly grace. Jangan berpikir bahwa orang yang berdosa bisa berdosa seenaknya, kemudian bisa minta ampun lagi. Itu membuat pengorbanan Yesus menjadi murah. Jadi orang bisa tak berdosa lagi, bila melihat harga yang mahal dari pengorbanan Yesus. Pepatah Chinese: 1 langkah jatuh, menyesal seumur hidup. Tapi, dalam Tuhan, ada pengampunan (I Yoh. 1:9). Jadi bagi orang berdosa, ada pengharapan dan pengampunan. Lalu bagaimana sikap kita kepada orang berdosa??? Selama masih hidup, ia masih ada kemungkinan berdosa, tapi juga ada kemungkinan bertobat. Sepanjang orang itu masih ke gereja, orang itu mendengar Firman Tuhan, ia bisa berdosa. Orang Farisi adalah orang yang tak memberi kesempatan bagi orang berdosa. Kalau gereja seperti ini, maka gereja itu akan terkenal sebagai gereja yang tak memiliki kasih.
2.       Yesus menghadapi dilema: maju kena mundur kena. Mengapa Yesus melarang berdosa lagi? (1) ada konsekuensi penghukuman (2) Yesus sudah membebaskan diadari perempuan itu dari hukuman (ay.7, 11: bukan alasan untuk tidak mendisplin dosa jemaat tetapi menyatakan rencana penebusan Allah di salib. Aplikasi: (1) jangan mempermainkan anugerah Tuhan dengan terus berdosa karena ada konsekuensi; (2) Tuhan Yesus sudah membebaskan kita, apa balasan kita? jangan berbuat dosa lagi tetapi memuliakan Dia dengan tubuhmu.
3.       Dua hal: (1) Apa yg menjadi standar manusia menghukum seseorang? Taurat, adat, hukum negara? Manusia masih bisa kompromi, tetapi Allah tidak bisa kompromi. Upah dosa= maut. (2) Cara pandang Tuhan Yesus menghadapi orang berdosa à belas kasih, simpati, rahmat kepada yg berdosa. Ilustrasi: kontrak mati pencopet di Yogyakarta, sekali mencopet tidak bisa bertobat lagi karena sudah terikat kontrak mati. (cf. Harian Kompas). Itulah cara dunia ketika memandang seorang berdosa: tiada ampun, tiada belas kasihan. David Atkinson: pengampunan adalah suatu konsep perubahan dinamis. Pengampunan mematahkan perangkap ke dalam suatu determinisme fatalistik. Pengampunan sadar akan adanya kenyataan kejahatan, kesalahan dan ketidakadilan, namun berusaha menanggapi kesalahan dengan cara yg kreatif untuk kemungkinan-2 baru.
4.       Rumah ibadah dijadikan tempat pengadilan bukan lagi tempat untuk beribadah. Ada hakim, pendosa dan pendakwa. Tetapi tidak ada pengacara. Mereka tidak datang untuk menyelesaikan dosa tetapi untuk menghakimi. Yesus tahu maksud busuk mereka. Mereka melepaskan pria itu, tetapi menangkap perempuan itu. 1. Yesus tahu apa yang menjadi motifasi mereka. Ada yang mengatakan Yesus menulis, Hukum Taurat, hukum kasih, daftar2 dosa. 2. Kalimat Tuhan Yesus tidak memberikan hukuman itu tetapi lebih menyadarkan mereka akan keberadaan mereka, siapa mereka dan bagaimana mereka sendiri. Maka mereka pergi. 3. Kesempatan itu Tuhan Yesus berikan agar perempuan itu mengalami perubahan.
5.      Suatu ketika saat seorang pendeta sedang mengajar anak-anak kecil, ada seorang anak kecil bertanya kepada Pendeta, "Pendeta, sedemikian berharganya kah kita sehingga Tuhan Yesus mau berkorban demi kita?" Pendeta itu heran namun akhirnya tersenyum dengan pertanyaan polos dari anak tersebut. Anak itu benar, seberharga apakah kita ini, manusia, sehingga Tuhan Yesus mau datang ke bumi, menderita dan wafat di salib demi kita semua? Pendeta itu lalu mengeluarkan selembar uang sebesar Rp 50.000,00 lalu memperlihatkannya di depan anak-anak tersebut. Pendeta itu bertanya, "Siapakah di antara kalian yang menginginkan uang ini?" Spontan semua anak mengangkat tangannya sambil berteriak, "Saya! Saya!" Tentu saja, siapa yang tidak mau diberikan uang 50 ribu rupiah gratis? Berapa banyak permen dan snack yang bisa dibeli dengan uang sebesar itu?
Pendeta itu lalu meremas uang itu keras-keras, lalu kembali memperlihatkan uang itu pada anak-anak. "Siapakah di antara kalian yang masih menginginkan uang ini?" tanya pendeta itu kembali. "Saya! Saya!" kata anak-anak itu, biar pun penampilannya jelek, uang kan tetap uang. Dirapikan sedikit nanti bagus lagi kok. Uang itu tidak diberikan kepada siapa pun, sebaliknya, uang itu dilemparkan ke tanah, diinjak-injak hingga bercampur dengan debu dan tanah. Uang itu sekarang benar-benar kusam dan kotor. Sekali lagi pendeta itu mengangkat uang itu dan bertanya, "Siapakah di antara kalian yang masih menginginkan uang yang kumel ini?" Pendirian anak-anak itu tidak berubah, biar pun jelek, kotor, toh itu tetaplah uang sebesar 50 ribu rupiah! "Demikianlah nilai kita di mata Tuhan. Sejelek apapun, sebodoh apapun, sekotor apapun, semiskin apapun, betapapun berdosanya kita, Tuhan tidak menganggap kita berbeda. Nilai kita di mata Tuhan begitu besar, bahkan dosa-dosa kita sekalipun tidak menutupi nilai kita di mata Tuhan. Tuhan berusaha agar kita tidak hancur, agar kita tidak lenyap. Karena itu Ia mengutus anak-Nya, Yesus Kristus, untuk menyelamatkan kita dari dosa dan kehancuran." Karena itu percayalah, sehina apapun kamu di dunia ini, tangan Tuhan tetap terbuka untukmu."

Jamita Minggu Kantate (Endehon hamu ma di Jahowa ende na imbaru) – 28 April 2024

Ingkon Mamujimuji Jahowa do Angka na Usouso Di Ibana  ( Orang Yang Mencari Tuhan Akan Memuji NamaNya) Psalmen 22: 26 – 32     a)  ...