Senin, 04 Oktober 2010

Renungan Hari Sabtu, tgl. 25 September 2010

Mengajar Dan Menghajar Anak
Amsal 13 : 24
Siapa tidak menggunakan tongat, benci kepada anaknya, tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.
Lihatlah bahwa ketika kita memanjakan anak secara berlebihan dan tidak memberi hukuman ketika mereka berbuat salah, itu bukan berarti kita menyayangi anak, malah dikatakan sebaliknya, bahwa itu berarti kita membenci mereka. Saya sering menggambarkan anak kecil bagaikan kertas kosong. Seperti apa isinya nanti sangatlah tergantung dari seperti apa kita menulisnya. Jika kita ingin mereka menjadi orang-orang yang takut akan Tuhan dan hidup mencerminkan Kristus kelak, maka kita harus mulai mendidik mereka dengan benar sejak dini. Dan itu termasuk memberi hukuman yang bukan didasari oleh pelampiasan, tetapi oleh kasih. Alkitab tidak mengajarkan kita untuk memberi hukuman yang hanya didasari kekerasan sebagai pelampiasan kemarahan.
Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan berpikir yang terbatas. Ada kalanya kita tidak mengerti apa yang menjadi rencana Tuhan, dan kemudian menjadi bingung. Akibat ketidakpahaman ini kita bisa jadi memprotes Tuhan, menganggap Tuhan tidak adil, atau bahkan menyalahkan Tuhan ketika Dia sepertinya mengijinkan hal-hal yang “aneh”, yang mungkin memberatkan, untuk terjadi dalam kehidupan kita. Ketika kita merasa berada dalam pihak yang menjadi korban misalnya, terkadang Tuhan malah menyuruh kita untuk memulai perdamaian terlebih dahulu. Ada hal-hal yang secara manusiawi sulit kita terima pada saat-saat tertentu. Ketika Tuhan mendisiplinkan kita, dan itu sakit rasanya, kita pun bisa berteriak dan menganggap Tuhan terlalu keras atau pilih kasih. Ketika Dia menghukum kita, kita menganggap bahwa Tuhan berlaku kasar dan tidak sesuai dengan sosokNya yang penuh kasih. We tend to take everything only according to our thoughts and knowledge. Tapi kita harus tahu bahwa terkadang kita butuh teguran bahkan hukuman, bukan dengan tujuan menyakiti kita, melainkan untuk membangun diri kita agar menjadi layak di hadapanNya, seperti apa yang Dia rindukan bagi kita semua.
Tapi ingatlah bahwa sebentuk teguran, peringatan atau hukuman, lembut atau keras, semua itupun termasuk hal-hal yang bertujuan untuk mendatangkan kebaikan. Kita ditegur agar lebih baik, kita dimarahi agar tidak terus melakukan kesalahan, kita dihukum agar tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. Itu juga mendatangkan kebaikan. Yang pasti, Tuhan menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak, menghajar anak-anakNya agar menjadi pribadi yang benar, sehingga layak di hadapanNya dan layak menerima janji-janjiNya. Tidak selamanya hidup ini mudah dan menyenangkan. Ada masa-masa dimana kita harus menangis akibat penderitaan atau kegagalan. Tapi jangan menyerah, jangan putus asa.

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...