Bekerja Membawa Berkat
Efesus 4 : 28
Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.
Kali ini Paulus memberikan sebuah alasan lagi bagi kita untuk bekerja, yaitu agar kita mampu memberi kepada mereka yang membutuhkan. Ketika berkat-berkat Tuhan turun atas pekerjaan kita, semua itu bukanlah untuk disimpan dan dipergunakan sendiri saja. Ada kewajiban kita juga untuk memberi kepada orang lain, dan ini juga jangan dilupakan.
Inilah yang seharusnya menjadi pemikiran kita ketika Tuhan menghadirkan kelimpahan berkatNya secara materi dalam kehidupan kita. Ketika kita diberkati kekayaan, akan ada banyak godaan yang siap membuat kita menjauh dari Tuhan dan mengancam gagalnya kita untuk menuai janji-janji keselamatanNya. Jika tidak hati-hati maka kita bisa terpeleset jatuh ke dalamnya. Itulah sebabnya kita harus benar-benar menyiapkan mental kita dengan baik sejak dini ketika kesuksesan dan kekayaan mulai menghampiri kita. Dalam Amsal kita bisa melihat sebuah doa dari Agur bin Yake. "Dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebelum aku mati, yakni: Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku." (Amsal 30:7-8). Ini doa yang sungguh baik kita panjatkan terlebih ketika kita masih belum yakin akan kekuatan iman kita menghadapi limpahan materi. Agur bin Yake melanjutkan dengan memberi alasannya. "Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku." (ay 9). Gaya hidup dunia akan selalu cenderung berorientasi kepada kemewahan. Dan kita sebagai pengikut Kristus bukannya dilarang untuk hidup berlimpah. Yang penting adalah apa yang harus kita lakukan dalam menyikapi kekayaan itu. Apakah kita akan bersyukur dan mempergunakannya untuk membantu orang-orang yang lemah, menjadi terang dan garam di dunia, atau kita malah semakin menjauh dari Tuhan, itulah yang seharusnya menjadi pertimbangan kita. Ada banyak jerat yang akan siap memerangkap kita bila kita berorientasi kepada kekayaan atau kemewahan. "Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan." (ay 9).
Jika belum mencapai tingkat kemakmuran seperti itu, kita pun tidak boleh kecil hati. Hidup berkecukupan sesungguhnya sudah merupakan berkat tak terhingga dari Tuhan. Seperti apa cukup dalam Alkitab? "Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." (1 Timotius 6:8). Jika kedua hal ini ada pada kita, seharusnya kita sudah bisa bersyukur atas hal tersebut. Dan ingat pula bahwa ibadah yang disertai rasa cukup, disertai ucapan syukur yang sungguh-sungguh akan membawa keuntungan besar. "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar." (1 Timotius 6:6)
Bekerja keras melakukan pekerjaan yang baik dengan tangan sendiri, seperti itulah yang seharusnya dilakukan oleh anak-anak Tuhan. Bukan hanya menunggu diberi, apalagi meminta ke kiri dan ke kanan. Tuhan menuntut keseriusan dalam bekerja, bukan hanya untuk kita sendiri atau pimpinan, tetapi secara spesifik Tuhan pun menuntut kita untuk memberi yang terbaik seperti kita melakukannya untuk Tuhan. (Kolose 3:23). Pengkotbah juga mengingatkan akan hal ini. "Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi." (Pengkotbah 9:10). Selagi masih bisa, selagi masih ada waktu dan kesempatan, selagi masih diberikan kemampuan, tenaga dan otak, marilah kita menjadi pekerja-pekerja yang tangguh. Tuhan akan dengan senang hati memberkati apapun yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh untuk Dia.