Minggu, 27 Desember 2009

RENUNGAN NATAL 25 DESEMBER 2009

Merayakan Kelahiran Tuhan Yesus
Lukas 2 : 15 - 20
Apa sesungguhnya rahasia Allah yang dinampakkan-Nya dalam Natal itu bagi kita dan seisi dunia? Dalam Natal, ada penegasan bahwa Allah harus dimuliakan, karena Ia setia terhadap janji-Nya yang telah dipenuhi-Nya melalui putra Natal itu, yaitu TUHAN Yesus Kristus (Kejadian 3:15). Penegasan ini menunjuk kepada Allah sebagai yang menjanjikannya kepada semua umat manusia, sehingga Natal adalah janji Allah bagi semua, yang dipenuhi-Nya juga untuk semua (Yesya 9:5-6). Dalam Natal, Allah mewujudkan janji-Nya dengan kehadiran Putra Natal, Sang Mesias, Yesus Kristus (Galatia 4:4). Kehadiran Putra Natal ini adalah untuk semua, karena Allah menguntukkan-nya bagi semua, yaitu isi dunia. Kelahiran Yesus adalah dikandang domba yang sebenarnya tidak layak dihuni, juga bukan dikota besar namun di kota kecil Betlehem. Jadi mengapa kebanyakan perayaan natal dalam kelimpahan dan kemewahan ?. Kelahiran Yesus pertama sekali didengar oleh para gembala yang notabene dipinggirkan dan dianggap remeh oleh masyarakat Yahudi pada saat itu. Yang seharusnya tradisi orang Yahudi memainkan musik pada anak yang baru lahir, namun bagi kelahiran Yesus tidak ada; yang ada hanyalah para malaikat menyanyikan lagu pujian. Menyambut kelahiran Sang Raja. Dan para malaikat itulah yang memberitahukan peristiwa itu kepada para gembala. Para gembala adalah orang baik, dalam arti tatanan sosial. Gembala adalah orang yang lemah-lembut, penuh kasih sayang memelihara domba-dombanya, mengobati yang luka, mencari yang tersesat dan membawa kembali di pangkuannya. Alkitab memberi kesan positif terhadap gembala. Dua tokoh penting dalam sejarah Israel, yaitu Musa dan Daud adalah mantan gembala. Mazmur 23 mengumpamakan Tuhan sebagai gembala. Yesus sendiri diberi gelar sebagai gembala yang baik.

Pada zaman pra-natal, gembala dipandang rendah seperti pemungut cukai. Gembala dianggap sebagai orang-orang kasar yang mengindahkan berbagai macam peraturan. Para Rabbi Yahudi merendahkan mereka karena tidak memperdulikan agama danmengabaikan aturan penggunaan air, dan sering menggembalakan ternak ditanah orang lain.
Jadi para imam Yahudi menganggap para gembala sebagai orang yang tidak dapat dipercaya, sehingga mereka tidak diperbolehkan sebagai saksi di pengadilan. Mereka dicap sebagai orang yang tidak bermoral, tidak tahu tatanan bahkan tidak beragama. Mereka dianggap anggota masyarakat yang hina dan tidak pantas mengambil peran ‘lebih’ dalam kehidupan masyarakat.
Kalau begitu, sukacita apa yang hendak kita lihat dalam peristiwa itu. Natal bukan berarti kemewahan, akan tetapi kesederhanaan. Sapaan yang pertama akan peristiwa natal adalah kepada orang-orang yang diremehkan.
Natal adalah pemberian khusus pada semua orang dari TUHAN Allah, sesuai dengan rencana kekal-Nya di dalam Yesus Kristus (Matius 1:21; efesus 1:4-14). Natal menunjukkan bahwa Allah itu mahasetia, Ia telah memenuhi janji-Nya dalam Natal, sehingga Ia patut dipermuliakan (Roma 11:36). Natal membuktikan bahwa Allah yang mahasetia mewujudkan janji-Nya dengan kehadiran Yesus Kristus, yang menggenapkan Perjanjian Berkat TUHAN Allah bagi dunia (Galatia 4:4-6). Natal merujuk kepada kenyataan bahwa Allah melalui Putra Natal itu berkuasa membumikan sejahtera-Nya kepada dunia secara utuh. Alasan untuk kebenaran ini adalah sebagai berikut:
1. Natal menunjukkan bahwa Allah adalah sumber damai sejahtera (shalom) yang sejati, yang diuntukkan-Nya bagi isi dunia (Yesaya 32:1-2, 17; 33:15-16; Yohanes 3:16)..
2. Natal membuktikan bahwa Allah adalah sumber damai sejahtera itu berkuasa membumikannya kepada manusia sebagai pemberian anugerah yang khusus (Yohanes 14:27).
3. Natal menegaskan bahwa Allah Sang Pemilik damai sejahtera itu mengaruniakannya kepada mereka yang ditentukan-Nya dari semula untuk memikmatinya (I Yohanes 4:7-10; Yohanes 10:28-29; Efesus 1:4-14; 2:8-10).
4. Natal memastikan bahwa damai sejahtera Allah dapat dinikmati kini, di sini, dan dimana saja oleh siapa saja yang diperkenankan-Nya (Yesaya 32:17; Yohanes 14:6), dimana dengan memiliki-Nya, mereka dapat berbagi shalom itu (Lukas 2:15-20; Matius 5:9) .
Sebagai Sumber damai sejahtera, Allah menyediakannya untuk semua manusia. Sebagai Sumber damai sejahtera, Allah menjamin bahwa Ia apat mengaruniakan kepada semua mereka yang dikehendaki-Nya. Sebagai Pemberi damai sejahtera, Allah mengaruniakannya untuk semua yang ditentukan-Nya, sesuai kebaikan-Nya, sebagai pemberian khusus dari pada-Nya. Sebagai Pemberi damai sejahtera, TUHAN Allah memastikan bahwa “damai sejahtera” itu dapat dinikmati oleh semua, kini di sini, hari ini, khususnya mereka yang diperkenankan-Nya.Menghadirkan sukacita natal bukanlah hal yang mudah kita lakukan, akan tetapi firman Tuhan menyuarakan bagi setiap insan dan jemaat HKBP pada tahun ini untuk berhati menyapa yang diremehkan dan yang dipandang sebelah mata. Kita diajak tahun ini mengingat kasih Tuhan dalam pelayanan Diakonia HKBP tahun ini.
Natal merujuk bukti bahwa TUHAN Allah mahasetia, yang memenuhi janji-Nya bagi umat manusia dari segala bangsa, karena itu Natal adalah bagi semua isi dunia, yang olehnya Ia harus dimuliakan (Kejadian 3:15; Galatia 4:4; Yohanes 3:16). Natal menegaskan bukti bahwa Allah yang mahasetia itu oleh kedaulatan-Nya memilih memperkenankan kita untuk menikmati damai sejahtera-Nya secara khusus, dengan menerima berkat khusus, yaitu kesukaan besar (great salvation) melalui Yesus Kristus , Mesias (Al-masih) Juruselamat dunia (Lukas 4:18-19). Apakah Anda adalah bagian dari mereka yang memaknai dan menikmati Natal secara pribadi dan komunitas? Apakah arti Natal bagi orang lain di sekitar Anda? Bila Anda dapat memaknakannya dan berbagi, terimalah ucapan selamat dari saya atas rahasia pemberian Allah bagi Anda yang telah Anda terima. Jadikan natal inklusif bagi semua. Selamat Natal, Tuhan memberkati.



Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...