Bertahan Hingga Akhir
Maleaki 3: 1-4
Maleaki 3: 1-4
1. Pendahuluan.
Kitab Malekahi merupakan kitab yang diletakkan terakhir dalam Alkitab Perjanjian Lama dan ditulis oleh nabi Maleakhi sekitar abad kelima Sebelum Masehi, sesudah Bait Allah di Yerusalem dibangun kembali. Buku ini terutama dimaksudkan untuk mendorong para imam dan rakyat supaya membaharui kesetiaan mereka kepada perjanjian dengan Tuhan. Sudah jelas bahwa ada kemerosotan dalam kehidupan dan cara beribadat umat Tuhan. Pada zaman itu kehidupan orang-orang di Yerusalem penuh dengan kekerasan dan frustasi. Kota itu kebanyakan merupakan reruntuhan saja. Perselisihan-perselisihan muncul antara orang-orang yang kembali dari pembuangan dan menuntut tanah yang dahulu dimiliki nenek-moyangnya di satu pihak, dengan di pihak lain, orang-orang yang menduduki tanah itu dan bertani disana selama pembuangan itu. Hasil-hasil panen sedikit, untuk memperoleh makanan dan hal-hal lain yang sangat perlu adalah sulit, sebab itu pasar gelap dan inflasi muncul. Akhirnya masyarakat itu kalah dan malas. Di pihak lain, sikap acuh tak acuh dan malas terhadap agama dan kesusilaan yang disebut Maleaki, berarti bahwa reformasi Nehemia belum terjadi. Para imam (atau orang-orang lewi) mengorbankan (mempersembahkan sebagai korban) binatang yang timpang dan sakit dan memandang bulu/orang dalam administrasi hukum; dengan demikian jabatan mereka yang suci dicemarkandi mata rakyat. Orang-orang sering tidak membayar persembahan persepuluhan, sebab itu para imam juga terpaksa meninggalkan tugas-tugasnya dan mencari nafkah. Perceraian dan perzinahan menjadi lazim. Orang-orang upahan ditindas dan tidak menerima gaji, dan orang-orang berkuasa mencari keuntungan dengan memperlakukan orang-orang lemah secara tidak adil. Ilmu sihir dilaksanakan, kepercayaan keagamaan asing dan Yahudi mulai menjadi tercampur dan perbedaan antara oran-orang Yahudi dan bukan Yahudi kurang jelas. Para imam dan rakyat menipu Tuhan: mereka tidak memberikan kepada Tuhan apa yang harus mereka persembahkan kepada-Nya dan tidak hidup sesuai dengan ajaran-Nya. Itu semua oleh sebab faktor ketidak pedulian generasi muda bangsa Israel tentang ajaran Firman Tuhan yang benar, sebab sudah banyak dipengaruhi agama-agama lain disekitar kehidupan masa pembuangan di Babel. Tetapi Tuhan akan datang untuk mengadili dan menyucikan umat-Nya. Ia akan mengirim utusan-Nya untuk menyiapkan jalan dan mewartakan perjanjian Tuhan.
2. Penjelasan
a) Sebab orang-orang Yahudi dan terlebih para imam mereka menyusahkan hati Tuhan dengan perkataan mereka, karena mereka beranggapan dan mengatakan bahwa Tuhan berkenan dengan orang-orang yang berbuat jahat. Orang-orang demikian itu sering makmur, dan kemakmuran dianggap sebagai tanda bahwa mereka baik dimata Tuhan. Disamping itu, ada orang-orang yang bertanya: “Dimanakah Allah yang menghukum ?”. Pertanyaan demikian itu mungkin dipakai jika orang menuntut kelakuan yang lebih etis dari orang-orang yang jahat tersebut. Orang-orang Yahudi itu mencari Tuhan, yaitu memasuki ibadah di Bait Suci dan menunggu hari kedatanganNya, (bnd. 3:1-2) tetapi mereka tidak menginsafi bahwa gambaran yang benar tentang hari itu termasuk hukuman dan hukuman itu dapat menimpa mereka. Mereka yakin bahwa Tuhan akan membawa kepada mereka hak khusus dan kemakmuran yang lebih besar. Sebab itu merekka kekurangan perasaan pertanggung-jawaban terhadap Tuhan, dan tidak apa-apa jika tingka-laku mereka tidak etis; memang orang yang berbuat jahat itu memperoleh keuntungan dan orang benar dirugikan. b) Tetapi Nabi Maleaki menggambarkan masa depan dengan cara yang sangat berbeda. (Bnd. Ajaran Amos 5: 18-20), tentang “hari Tuhan”, yaitu “Hari itu kegelapan, bukan terang”). Ayat 1. Kata “Utusan-Ku: Kata Ibraninya dapat berarti “malaikatKu” juga. Dalam perikop ini utusan tidak diidentifikasikan sebagai seorang tokoh yang tertentu: ada kemungkinan bahwa pikiran tentang utusan ini diambil dari malaikat yang mendahului umat Israel di padang gurun dan menuntun mereka ke suatu tempat yang telah Allah sediakan bagi mereka (bnd. Kel.23:20). Tetapi sekaligus perbedaannya harus diperhatikan; tugas Maleaki bukanlah demikian, tetapi mempersiapkan jalan di hadapan Tuhan yang datang untuk menghukum. “Mempersiapkan jalan” kata ini hampir sama dalam Yesaya 40:3jalan harus dipersatukan untuk Tuhan yang memimpin umatNya pulang ke Jerusalem, sedang dalam ayat ini adalah sebagai hakim. Pertama-tama, Tuhan akan mengutus utusanNya untuk memurnikan Bait Suci, imam-imam dan korban-korbannya, lalu Tuhan sendiri akan datang untuk menghakimi orang-orang berdosa. Hukuman dalam dua tahap demikian adalah merupakan ciri-khas eskatologis Maleaki. c) Kehadiran Utusan tersebut sangat menakutkan. Memang Maleaki memakai ungkapan-ungkapan yang terkenal dari Keluaran 23:20 dan Yesaya 40:3. Dihadapan Utusan itu, semua orang akan merasa sangat lemah, seakan-akan baru dikalahkan; mereka semua akan tahu bahwa mereka bersalah, seakan-akan mereka dituduh di depan pengadilan dan tanpa pembelaan. Mereka harus dimurnikan, dan sama seperti emas dan perak dimurnikan dalam api yang sangat panas, dengan demikian pemurnian mereka akan menyebabkan mereka banyak menderita. Dan jika orang-orang Yahudi pada umumnya akan menjadi berkenan kepada Tuhan, maka para ulama dan pemimpin di bidang keagamaan harus dimurnikan pertama-tama. d) Lalu sesudah Bait Suci ditahirkan, dan imam-imam mempersembahkan korban yang benar, Tuhan sendiri akan datang. Dia akan menghukum orang-orang berdosa, yang tidak emmperhatikan pekerjaan utusan itu, orang-orang berdosa yang tidak bertobat, dan yang tidak memperbaiki tingkah-lakunya. Maleaki, sama seperti para nabi yang agung yang mendahuluinya, lebih menekankan hal etika dari pada rituil atau upacara; tetapi sekaligus dia mengerti bahwa sikap yang menghina atau bersikap acuh tak acuh terhadap simbol-simbol dan kebiasaan-kebiasaan keagamaan, sesungguhnya menghina agama dan kesusilaan sendiri.
3. Renungan
Sama seperti orang-orang Yahudi pada zaman Maleaki, orang-orang Kristen harus memandang Allah sebagai Hakim dan dengan cara bagaimana penghakimanNya dipergunakan kepada mereka sendiri. Orang-orang Kristen sering mencoba meluputkan dirinya sendiri dari kebenaran yang demikian karena dua alasan: Pertama; mereka terlalu menekankan kasih Allah, sehingga mereka membayangkan Dia sebagai semacam orangtua yang memanjakan anak-anaknya, yang memenuhi semua keinginan mereka, juga keinginan-keinginan jahat, dan tidak memakai disiplin. Dengan demikian, kasih Allah dianggap sebagai lemah dan sentimental, dan ada bahaya bahwa mereka menyangka bahwa semua kesalahan mereka akan diampuni secara otomatis. Kedua; ada orang-orang Kristen yang cenderung berpikir bahwa mereka sendiri akan dikasihi Allah, sedang orang-orang lain akan dihukum. Mereka menganggap dirinya sendiri sebagai yang berkenan kepada Allah dan yang dipilih oleh Allah, dan orang-orang lain ditolak, juga orang-orang Kristen yang berhubungan dengan golongan-golongan lain atau yang pendapatnya berbeda. Orang-orang demikian dapat menjadi puas dengan dirinya sendiri dan menganggap diri sebagai orang yang benar dihadapan Allah, dan ada bahaya bahwa mereka tidak memperhatikan kebiasaan-kebiasaan mereka yang tidak sesuai dengan ajaran Kristen.Memang mereka agak sama dengan orang-orang Yahudi pada zaman Maleaki, yang berpikir bahwa mereka akan diselamatkan pada hari Tuhan yang akan datang, dan bangsa-bangsa lain akan dihukum atau dibinasakan. Tetapi semua orang Kristen harus mengerti bahwa mereka bertanggung-jawab terhadap Allah. Mereka harus tetap berjaga-jaga supaya mereka jangan jatuh dalam pencobaan atau melupakan tujuan kehidupan mereka. Hal ini ditekankan Paulus dalam I Korintus 9: 27, yang berbunyi: “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak”. Disamping itu, orang-orang Kristen harus selalu hidup bahwa seakan-akan Allah akan datang dengan segera sebagai Hakim. Orang-orang Kristen tidak bisa berusaha menentukan atau meramalkan waktu hari Tuhan itu, tetapi harus tetap siap-sedia. Hari itu datang seperti pencuri pada malam hari (bnd. I Tess. 5: 12; Lukas 12:39). Bagi setiap angkatan ada kebenaran penting dalam Roma 13:12, yaitu bahwa “Hari sudah jauh malam, telah hampir siang”, dan nasihat Paulus dalam ayat berikut selalu relevan, yaitu “Marilah kita meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang !.....marilah kita hidup dengan sopan....kenakanlah Tuhan Yesus sebagai perlengkapan senjata perang”. Orang yang menyadari Tuhan sebagai Hakim, dan yang tetap bertanggung-jawab terhadap Dia serta berusaha hidup sesuai dengan kehendakNya, menghadapi penghakiman sekarang dalam kehidupan ini, dan apabila ia bertemu dengan Tuhan muka dengan muka, maka ia akan mengalami kasih Allah dan masuk dalam kebahagiaanNya. Tetapi orang yang meluputkan diri dari penghakiman sekarang, akan mengalami pentahiran atau hukuman. Oleh sebab itu kita hendaknya mempertahankan ajaran Firman yang benar dalam kehidupan kekristenan kita agar tidak mudah tercampuri dengan kenistaan dan kepalsuan. Kita hendaknya mempertahankan kebenaran Firman itu, sebagai mana firman Tuhan pada Bileam agar memperkatakan yang benar dari Tuhan. Sebagaimana Yakobus 1: 12 “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” Kita harus tetap memeprtahankan iman percaya kita dalam segala hal baik suka maupun duka yang datang dihadapan kita. Walaupun begitu berat rasanya menghadapi persoalan dan bencana dunia ini namun kita tetap mempertahankan iman percaya kita sampai akhirnya. Wahyu 2: 10 mengatakan : “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” (bnd. 1 Petrus 4: 12-19). Berhubunga dengan Advent ke II ini kita menyongsong kedatangan Kristus didalam hidup kita. Tentu kita diajak untuk tetap mempertahankan iman pengharapan kita kepadaNya dengan perbuatan yang benar dan berkenan dihadapanNya, agar Ia berkenan hadir didalam kehidupan kita. Ada penerimaan akan hidup kita yang Ia kehendaki oleh karena kita mau melakukan perkataanNya dari Firman yang benar. Pelaku kebenaran adalah pelaku Firman Tuhan yang menjaga kekudusan hidupnya dengan kebenaran dan keadilan, sehingga Tuhan berkenan hadir didalam hati kita yang mau kudus itu. Selamat menantikan Kristus dan Selamat Advent II. Amin (EM)
Kitab Malekahi merupakan kitab yang diletakkan terakhir dalam Alkitab Perjanjian Lama dan ditulis oleh nabi Maleakhi sekitar abad kelima Sebelum Masehi, sesudah Bait Allah di Yerusalem dibangun kembali. Buku ini terutama dimaksudkan untuk mendorong para imam dan rakyat supaya membaharui kesetiaan mereka kepada perjanjian dengan Tuhan. Sudah jelas bahwa ada kemerosotan dalam kehidupan dan cara beribadat umat Tuhan. Pada zaman itu kehidupan orang-orang di Yerusalem penuh dengan kekerasan dan frustasi. Kota itu kebanyakan merupakan reruntuhan saja. Perselisihan-perselisihan muncul antara orang-orang yang kembali dari pembuangan dan menuntut tanah yang dahulu dimiliki nenek-moyangnya di satu pihak, dengan di pihak lain, orang-orang yang menduduki tanah itu dan bertani disana selama pembuangan itu. Hasil-hasil panen sedikit, untuk memperoleh makanan dan hal-hal lain yang sangat perlu adalah sulit, sebab itu pasar gelap dan inflasi muncul. Akhirnya masyarakat itu kalah dan malas. Di pihak lain, sikap acuh tak acuh dan malas terhadap agama dan kesusilaan yang disebut Maleaki, berarti bahwa reformasi Nehemia belum terjadi. Para imam (atau orang-orang lewi) mengorbankan (mempersembahkan sebagai korban) binatang yang timpang dan sakit dan memandang bulu/orang dalam administrasi hukum; dengan demikian jabatan mereka yang suci dicemarkandi mata rakyat. Orang-orang sering tidak membayar persembahan persepuluhan, sebab itu para imam juga terpaksa meninggalkan tugas-tugasnya dan mencari nafkah. Perceraian dan perzinahan menjadi lazim. Orang-orang upahan ditindas dan tidak menerima gaji, dan orang-orang berkuasa mencari keuntungan dengan memperlakukan orang-orang lemah secara tidak adil. Ilmu sihir dilaksanakan, kepercayaan keagamaan asing dan Yahudi mulai menjadi tercampur dan perbedaan antara oran-orang Yahudi dan bukan Yahudi kurang jelas. Para imam dan rakyat menipu Tuhan: mereka tidak memberikan kepada Tuhan apa yang harus mereka persembahkan kepada-Nya dan tidak hidup sesuai dengan ajaran-Nya. Itu semua oleh sebab faktor ketidak pedulian generasi muda bangsa Israel tentang ajaran Firman Tuhan yang benar, sebab sudah banyak dipengaruhi agama-agama lain disekitar kehidupan masa pembuangan di Babel. Tetapi Tuhan akan datang untuk mengadili dan menyucikan umat-Nya. Ia akan mengirim utusan-Nya untuk menyiapkan jalan dan mewartakan perjanjian Tuhan.
2. Penjelasan
a) Sebab orang-orang Yahudi dan terlebih para imam mereka menyusahkan hati Tuhan dengan perkataan mereka, karena mereka beranggapan dan mengatakan bahwa Tuhan berkenan dengan orang-orang yang berbuat jahat. Orang-orang demikian itu sering makmur, dan kemakmuran dianggap sebagai tanda bahwa mereka baik dimata Tuhan. Disamping itu, ada orang-orang yang bertanya: “Dimanakah Allah yang menghukum ?”. Pertanyaan demikian itu mungkin dipakai jika orang menuntut kelakuan yang lebih etis dari orang-orang yang jahat tersebut. Orang-orang Yahudi itu mencari Tuhan, yaitu memasuki ibadah di Bait Suci dan menunggu hari kedatanganNya, (bnd. 3:1-2) tetapi mereka tidak menginsafi bahwa gambaran yang benar tentang hari itu termasuk hukuman dan hukuman itu dapat menimpa mereka. Mereka yakin bahwa Tuhan akan membawa kepada mereka hak khusus dan kemakmuran yang lebih besar. Sebab itu merekka kekurangan perasaan pertanggung-jawaban terhadap Tuhan, dan tidak apa-apa jika tingka-laku mereka tidak etis; memang orang yang berbuat jahat itu memperoleh keuntungan dan orang benar dirugikan. b) Tetapi Nabi Maleaki menggambarkan masa depan dengan cara yang sangat berbeda. (Bnd. Ajaran Amos 5: 18-20), tentang “hari Tuhan”, yaitu “Hari itu kegelapan, bukan terang”). Ayat 1. Kata “Utusan-Ku: Kata Ibraninya dapat berarti “malaikatKu” juga. Dalam perikop ini utusan tidak diidentifikasikan sebagai seorang tokoh yang tertentu: ada kemungkinan bahwa pikiran tentang utusan ini diambil dari malaikat yang mendahului umat Israel di padang gurun dan menuntun mereka ke suatu tempat yang telah Allah sediakan bagi mereka (bnd. Kel.23:20). Tetapi sekaligus perbedaannya harus diperhatikan; tugas Maleaki bukanlah demikian, tetapi mempersiapkan jalan di hadapan Tuhan yang datang untuk menghukum. “Mempersiapkan jalan” kata ini hampir sama dalam Yesaya 40:3jalan harus dipersatukan untuk Tuhan yang memimpin umatNya pulang ke Jerusalem, sedang dalam ayat ini adalah sebagai hakim. Pertama-tama, Tuhan akan mengutus utusanNya untuk memurnikan Bait Suci, imam-imam dan korban-korbannya, lalu Tuhan sendiri akan datang untuk menghakimi orang-orang berdosa. Hukuman dalam dua tahap demikian adalah merupakan ciri-khas eskatologis Maleaki. c) Kehadiran Utusan tersebut sangat menakutkan. Memang Maleaki memakai ungkapan-ungkapan yang terkenal dari Keluaran 23:20 dan Yesaya 40:3. Dihadapan Utusan itu, semua orang akan merasa sangat lemah, seakan-akan baru dikalahkan; mereka semua akan tahu bahwa mereka bersalah, seakan-akan mereka dituduh di depan pengadilan dan tanpa pembelaan. Mereka harus dimurnikan, dan sama seperti emas dan perak dimurnikan dalam api yang sangat panas, dengan demikian pemurnian mereka akan menyebabkan mereka banyak menderita. Dan jika orang-orang Yahudi pada umumnya akan menjadi berkenan kepada Tuhan, maka para ulama dan pemimpin di bidang keagamaan harus dimurnikan pertama-tama. d) Lalu sesudah Bait Suci ditahirkan, dan imam-imam mempersembahkan korban yang benar, Tuhan sendiri akan datang. Dia akan menghukum orang-orang berdosa, yang tidak emmperhatikan pekerjaan utusan itu, orang-orang berdosa yang tidak bertobat, dan yang tidak memperbaiki tingkah-lakunya. Maleaki, sama seperti para nabi yang agung yang mendahuluinya, lebih menekankan hal etika dari pada rituil atau upacara; tetapi sekaligus dia mengerti bahwa sikap yang menghina atau bersikap acuh tak acuh terhadap simbol-simbol dan kebiasaan-kebiasaan keagamaan, sesungguhnya menghina agama dan kesusilaan sendiri.
3. Renungan
Sama seperti orang-orang Yahudi pada zaman Maleaki, orang-orang Kristen harus memandang Allah sebagai Hakim dan dengan cara bagaimana penghakimanNya dipergunakan kepada mereka sendiri. Orang-orang Kristen sering mencoba meluputkan dirinya sendiri dari kebenaran yang demikian karena dua alasan: Pertama; mereka terlalu menekankan kasih Allah, sehingga mereka membayangkan Dia sebagai semacam orangtua yang memanjakan anak-anaknya, yang memenuhi semua keinginan mereka, juga keinginan-keinginan jahat, dan tidak memakai disiplin. Dengan demikian, kasih Allah dianggap sebagai lemah dan sentimental, dan ada bahaya bahwa mereka menyangka bahwa semua kesalahan mereka akan diampuni secara otomatis. Kedua; ada orang-orang Kristen yang cenderung berpikir bahwa mereka sendiri akan dikasihi Allah, sedang orang-orang lain akan dihukum. Mereka menganggap dirinya sendiri sebagai yang berkenan kepada Allah dan yang dipilih oleh Allah, dan orang-orang lain ditolak, juga orang-orang Kristen yang berhubungan dengan golongan-golongan lain atau yang pendapatnya berbeda. Orang-orang demikian dapat menjadi puas dengan dirinya sendiri dan menganggap diri sebagai orang yang benar dihadapan Allah, dan ada bahaya bahwa mereka tidak memperhatikan kebiasaan-kebiasaan mereka yang tidak sesuai dengan ajaran Kristen.Memang mereka agak sama dengan orang-orang Yahudi pada zaman Maleaki, yang berpikir bahwa mereka akan diselamatkan pada hari Tuhan yang akan datang, dan bangsa-bangsa lain akan dihukum atau dibinasakan. Tetapi semua orang Kristen harus mengerti bahwa mereka bertanggung-jawab terhadap Allah. Mereka harus tetap berjaga-jaga supaya mereka jangan jatuh dalam pencobaan atau melupakan tujuan kehidupan mereka. Hal ini ditekankan Paulus dalam I Korintus 9: 27, yang berbunyi: “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak”. Disamping itu, orang-orang Kristen harus selalu hidup bahwa seakan-akan Allah akan datang dengan segera sebagai Hakim. Orang-orang Kristen tidak bisa berusaha menentukan atau meramalkan waktu hari Tuhan itu, tetapi harus tetap siap-sedia. Hari itu datang seperti pencuri pada malam hari (bnd. I Tess. 5: 12; Lukas 12:39). Bagi setiap angkatan ada kebenaran penting dalam Roma 13:12, yaitu bahwa “Hari sudah jauh malam, telah hampir siang”, dan nasihat Paulus dalam ayat berikut selalu relevan, yaitu “Marilah kita meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang !.....marilah kita hidup dengan sopan....kenakanlah Tuhan Yesus sebagai perlengkapan senjata perang”. Orang yang menyadari Tuhan sebagai Hakim, dan yang tetap bertanggung-jawab terhadap Dia serta berusaha hidup sesuai dengan kehendakNya, menghadapi penghakiman sekarang dalam kehidupan ini, dan apabila ia bertemu dengan Tuhan muka dengan muka, maka ia akan mengalami kasih Allah dan masuk dalam kebahagiaanNya. Tetapi orang yang meluputkan diri dari penghakiman sekarang, akan mengalami pentahiran atau hukuman. Oleh sebab itu kita hendaknya mempertahankan ajaran Firman yang benar dalam kehidupan kekristenan kita agar tidak mudah tercampuri dengan kenistaan dan kepalsuan. Kita hendaknya mempertahankan kebenaran Firman itu, sebagai mana firman Tuhan pada Bileam agar memperkatakan yang benar dari Tuhan. Sebagaimana Yakobus 1: 12 “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” Kita harus tetap memeprtahankan iman percaya kita dalam segala hal baik suka maupun duka yang datang dihadapan kita. Walaupun begitu berat rasanya menghadapi persoalan dan bencana dunia ini namun kita tetap mempertahankan iman percaya kita sampai akhirnya. Wahyu 2: 10 mengatakan : “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” (bnd. 1 Petrus 4: 12-19). Berhubunga dengan Advent ke II ini kita menyongsong kedatangan Kristus didalam hidup kita. Tentu kita diajak untuk tetap mempertahankan iman pengharapan kita kepadaNya dengan perbuatan yang benar dan berkenan dihadapanNya, agar Ia berkenan hadir didalam kehidupan kita. Ada penerimaan akan hidup kita yang Ia kehendaki oleh karena kita mau melakukan perkataanNya dari Firman yang benar. Pelaku kebenaran adalah pelaku Firman Tuhan yang menjaga kekudusan hidupnya dengan kebenaran dan keadilan, sehingga Tuhan berkenan hadir didalam hati kita yang mau kudus itu. Selamat menantikan Kristus dan Selamat Advent II. Amin (EM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar