Minggu, 27 Desember 2009

RENUNGAN EPISTEL NATAL II 26 DESEMBER 2009

Mengasihi Dalam Terang Kristus
1 Yohanes 2 : 7 – 10
Kehadiran Yesus Kristus yang lahir di palungan Betlehem membangkitkan identitas manusia untuk berperan sebagai lilin terang di tengah kegelapan. Terdapat sejumlah karakteristik lilin terang. Pertama, terdapat perbedaan fundamental antara terang dan gelap. Di sinilah karakteristik utama dan pertama dari terang dunia. Mengusahakan dan menjaga perbedaan moralitas di tengah masyarakat busuk merupakan panggilan dan tanggung jawab kita yang memang tidak mudah. John Stott mengatakan diperlukan masyarakat yang berstatus dan bersifat sebagai counter culture untuk mengimbangi lajunya kebusukan dan kegelapan (1988).
Kedua, terang selalu menguasai kegelapan dan tidak pernah ditelan oleh kegelapan, betapapun kecilnya terang itu. Menyalakan anak korek api di tengah malam pekat, sekalipun tidak bisa menerangi kegelapan tersebut tetapi api anak korek itu tetap terlihat dan tidak tertelan. Di tengah konteks krisis moral di negara kita, baik dalam hal korupsi, perilaku buruk pejabat publik maupun masyarakat kekerasan, Natal melagukan kidung pengharapan bahwa orang-orang benar yang berjuang sebagai terang tidak mungkin ditenggelamkan oleh kegelapan sekalipun mereka minoritas.
Ketiga, lilin itu membakar dirinya sehingga ia dapat menjadi terang. Tanpa pengorbanan, sulit menjadi terang. Seorang pejabat publik yang ingin mempertahankan dirinya bersih, tidak bisa tidak harus menyangkal diri, misalnya untuk tidak memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan mengeruk uang rakyat bagi kepentingan diri, mengatur fasilitas yang wah dan kunjungan kerja dan studi banding luar negeri yang tidak tepat guna. Menyangkal diri dan rela hidup sederhana seperti Yesus yang lahir di palungan adalah ciri khas dan tanggung jawab terang itu.


Keempat, terang itu memiliki sifat berani menyatakan kebenaran. Yesus Kristus mengatakan Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu (Matius 5:15). Terang itu menyadari dirinya dibutuhkan sehingga ia tidak memilih untuk bersembunyi.
Bagai menara mercusuar yang berdiri tegak di pelabuhan/ pantai, menjadi terang berarti berani menyatakan kebenaran. Di sinilah kita melihat antitesis tajam antara sistem pemerintahan totaliter-otoritarian-diktatorial dan demokrasi. Sistem pemerintahan yang pertama adalah sistem yang mematikan lilin dan menghambat orang menjadi terang sedangkan sistem kedua membuka ruang agar terang itu dapat dinyatakan. Teolog penentang Adolf Hitler, Dietrich Bonhoeffer (1906-1945) menyatakan Melarikan diri ke dalam persembunyian, berarti mengingkari panggilan Yesus (dikutip oleh Stott, 1988).
Lilin Natal sejati adalah Yesus yang menjadi terang di tengah kegelapan. Lebih penting diri menjadi terang ketimbang sekedar menyalakan lilin terang secara simbolis di malam Natal. Selamat Natal! Mengapa gelap kerap membuat orang takut? Karena berada dalam kegelapan membuat kita merasa tidak aman. Karena kita tidak bisa melihat apa yang ada di sekitar kita. Kemudian merasa terancam. Gelisah dan kuatir. Berbagai pikiran buruk muncul. Curiga dengan keadaan sekeliling. Gentar dan gamang. Kegelapan membuat kita cendering lumpuh. Tidak sanggup berbuat apa-apa. Tidak berdaya. Keadaan demikian sungguh-sungguh tidak nyaman. Tidak menyenangkan. Dan satu-satunya cara melawan kegelapan adalah dengan menghadirkan terang. Sepekat apapun kegelapan itu tidak akan sanggup mengalahkan terang. Walau mungkin terang itu hanya seberkas. Cuma sepercik. Begitu terang hadir, pada saat yang sama gelap sirna. Gelap tidak berkuasa atas terang. Kenyataan itu membuat penggambaran kehadiran Tuhan Yesus dalam kehidupan manusia dengan simbol terang, sungguh sangat tepat. Apa makna terang yang dibawa Tuhan Yesus? Mengasu ke Matius 4:12-23 ada dua hal. Pertama, terang yang dibawa Tuhan Yesus adalah terang yang mengungkapkan kebe-naran. Sudah menjadi tabiat dasar manusia yang berdosa untuk lebih mencintai gelap daripada terang. Karena perbuatannya yang jahat, manusia membenci terang. Terang hanya akan mengungkapkan segala kejahatan, keburukan dan celanya. Hadirnya Tuhan Yesus menyingkap semua selubung. Tidak ada lagi yang tersembunyi. Kedua, terang yang dibawa Tuhan Yesus adalah terang yang mengarahkan. Me-nuntun dan membimbing. Orang yang tidak memiliki terang itu akan berjalan dalam kege-lapan. Tidak tahu arah tujuan. Hanya akan berputar-putar di tempat. Hingga akhirnya tersesat. Tidak sedikit orang kemudian menjadi pesimis bahkan putus asa. Berusaha sekuat tenaga tapi tidak berhasil keluar dari kegelapan. Mengapa? Karena kita kerap mengandal-kan kekuatan kita sendiri. Merasa mampu dan bisa. Sekarang, pertanyaannya bagaimana supaya Terang itu jadi milik kita? Tidak ada cara lain, selain menerima Terang itu. Caranya? Bertobatlah! Berbaliklah dari jalanmu ke jalan Tuhan. Angkat matamu dari bumi dan lihatlah ke sroga. Ganti arah pandanganmu. Berhentilah berjalan menjauh dari Tuhan. Sebaliknya mulailah berjalan bersama Tuhan. Bersama-Nya kita akan melewati gelap sepekat apapun dengan tegar. Kegelapan tidak lagi


Jamita Evangelium Minggu ROGATE (Martangiang) – 5 Mei 2024

Sai Na Manjalo DO Nasa Na Mangido      (Setiap Orang Yang Meminta Akan Menerima) Matius 7: 1 - 11   a)       Huria ni Tuhanta ia Matiu...