Syukur Atas Keselamatan
Yesaya 12 : 1 – 6
Yesaya 12 : 1 – 6
Ada 3 kata yang menyatakan expresi ibadah kita kepada Allah: a. Pengucapan Syukur (Thanksgiving) - kita berterimakasih karena kebaikan Allah atas apa yang telah diberikan/diperbuatNya kepada kita. Mis : untuk berkatnya, kesehatan, keselamatan dll. b. Pujian (Praise) adalah ucapan dari mulut kita yarg memuji Allah karena Dia Allah, kita memuji keagungannya, pribadinya. c. Penyembahan (Worship) = tunduk, membungkuk, meniarapkan diri. Kel. 4 :31 - .... Sujud menyembah .... ini bukan hanya semata-mata sikap fisik tapi juga sikap spiritual - menundukkan diri di dalam jiwa kepada Allah karena kekudus annya. Perhatikan gambaran Alkitabiah tentang penyembahan dalam Yesaya 6: 1-4.
Firman Tuhan menasihatkan kita, "Sebab itu, marilah kita, melalui Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya" (Ibrani 13:15). Pemberian kita untuk Tuhan tidak hanya berupa kesaksian dan materi atau uang, tetapi juga dapat berupa "ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya". Tuhan akan menghargai pemberian kita itu sebagai korban syukur kita kepada-Nya.
Ketika kita menjadi pengikut seseorang atau sebuah perusahaan, selalu ada konsekuensi yang harus kita pikul sebagai respon kita karena telah diterima sebagai seorang pengikut. Ketika pertama kali kita ikut dengan seseorang atau sebuah perusahaan, awalnya tentu kita merasa senang jika lamaran kita diterima dan kita bekerja di sana. Namun, harus ada konsekuensi yang harus dijalankan sebagai seorang pegawai. Kita harus mengikuti peraturan-peraturan kantor yang ditetapkan (masuk jam berapa, keluar jam berapa, pakaiannya bagaimana, dsb). Dan tentunya kita harus mengikuti peraturan itu sebagai respon atas ucapan syukur kita dan tangung jawab kita sudah diterima di tempat itu.
Ada konsekuensi sikap dan respon sebagai tanggapan ketika kita mengikuti seseorang atau lembaga. Sebenarnya demikian juga dengan anak-anak Tuhan. Ketika kita sudah menerima anugerah keselamatan yang begitu luar biasa, dan ketika kita diangkat menjadi murid sekaligus anak-Nya. Ada konsekuensi yang harus kita pikul dan kita kerjakan sebagai respon atas keselamatan yang sudah diberikan. 1Petrus 1:13-20 ini merupakan ajaran mengenai respon yang diharapkan sebagai anak-anak Tuhan. Dalam perikop sebelumnya, Petrus sudah memaparkan bagaimana Karya Kristus yang besar, yang telah membangkitkan kita dari antara orang mati, yang memberikan pengharapan dan kekuatan baru, terlebih kematian Kristus itu telah memberikan kita keselamatan. Kita yang diselamatkan memiliki kehidupan yang baru, karena kita telah diubah menjadi manusia baru. Betapa kita bersyukur atas semua karya Tuhan yang dilimpahkan kepada kita. Namun, tidak hanya berhenti pada ungkapan syukur saja. Sebagai manusia baru, yang memiliki status baru, kita diberikan konsekuensi-konsekuensi praktis yang harus kita tanggapi sebagai respon anugerah yang Tuhan berikan. Karena itu di ayat 13 , Petrus melanjutkan dengan perkataan “sebab itu”. Kata ini merupakan kata sambung yang menyatakan sebab akibat. Namun karena ditambah kata “itu” maka ini lebih cenderung mengarah ke akibat. Ini sama seperti ketika waktu kecil guru kita memberitahu hukuman-hukuman yang akan diberikan jika kita melanggar, terus terakhirnya ia bilan “Sebab itu, jangan langgar peraturan ya”. Perkataan jangan melanggar aturan itu merupakan akibat karena penyebab-penyebanya. Demikian Petrus hendak memberitahu kita bahwa sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, ada akibat atau konsekuensi yang harus kita jalankan.’
Karena itu, marilah kita sebagai anak-anak Tuhan, mengucap syukur atas anugerah yang sudah diberikan terlebih telah memberikan AnakNya yang tunggal untuk menyelamatkan kita orang berdosa dari kefanaan kepada kekekalan. Bukan hanya mengucap syukur, tapi juga melakukan konsekuensi yang harus kita pikul. Siapkanlah akal budi kita, Waspadalah terhadap yang jahat, Letakkanlah pengharapan penuh kepada Tuhan yang berkuasa. Hiduplah taat dan menjauh dari nafsu dunia, dan terakhir kuduskanlah dirimu dalam segala hal.
Firman Tuhan menasihatkan kita, "Sebab itu, marilah kita, melalui Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya" (Ibrani 13:15). Pemberian kita untuk Tuhan tidak hanya berupa kesaksian dan materi atau uang, tetapi juga dapat berupa "ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya". Tuhan akan menghargai pemberian kita itu sebagai korban syukur kita kepada-Nya.
Ketika kita menjadi pengikut seseorang atau sebuah perusahaan, selalu ada konsekuensi yang harus kita pikul sebagai respon kita karena telah diterima sebagai seorang pengikut. Ketika pertama kali kita ikut dengan seseorang atau sebuah perusahaan, awalnya tentu kita merasa senang jika lamaran kita diterima dan kita bekerja di sana. Namun, harus ada konsekuensi yang harus dijalankan sebagai seorang pegawai. Kita harus mengikuti peraturan-peraturan kantor yang ditetapkan (masuk jam berapa, keluar jam berapa, pakaiannya bagaimana, dsb). Dan tentunya kita harus mengikuti peraturan itu sebagai respon atas ucapan syukur kita dan tangung jawab kita sudah diterima di tempat itu.
Ada konsekuensi sikap dan respon sebagai tanggapan ketika kita mengikuti seseorang atau lembaga. Sebenarnya demikian juga dengan anak-anak Tuhan. Ketika kita sudah menerima anugerah keselamatan yang begitu luar biasa, dan ketika kita diangkat menjadi murid sekaligus anak-Nya. Ada konsekuensi yang harus kita pikul dan kita kerjakan sebagai respon atas keselamatan yang sudah diberikan. 1Petrus 1:13-20 ini merupakan ajaran mengenai respon yang diharapkan sebagai anak-anak Tuhan. Dalam perikop sebelumnya, Petrus sudah memaparkan bagaimana Karya Kristus yang besar, yang telah membangkitkan kita dari antara orang mati, yang memberikan pengharapan dan kekuatan baru, terlebih kematian Kristus itu telah memberikan kita keselamatan. Kita yang diselamatkan memiliki kehidupan yang baru, karena kita telah diubah menjadi manusia baru. Betapa kita bersyukur atas semua karya Tuhan yang dilimpahkan kepada kita. Namun, tidak hanya berhenti pada ungkapan syukur saja. Sebagai manusia baru, yang memiliki status baru, kita diberikan konsekuensi-konsekuensi praktis yang harus kita tanggapi sebagai respon anugerah yang Tuhan berikan. Karena itu di ayat 13 , Petrus melanjutkan dengan perkataan “sebab itu”. Kata ini merupakan kata sambung yang menyatakan sebab akibat. Namun karena ditambah kata “itu” maka ini lebih cenderung mengarah ke akibat. Ini sama seperti ketika waktu kecil guru kita memberitahu hukuman-hukuman yang akan diberikan jika kita melanggar, terus terakhirnya ia bilan “Sebab itu, jangan langgar peraturan ya”. Perkataan jangan melanggar aturan itu merupakan akibat karena penyebab-penyebanya. Demikian Petrus hendak memberitahu kita bahwa sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, ada akibat atau konsekuensi yang harus kita jalankan.’
Karena itu, marilah kita sebagai anak-anak Tuhan, mengucap syukur atas anugerah yang sudah diberikan terlebih telah memberikan AnakNya yang tunggal untuk menyelamatkan kita orang berdosa dari kefanaan kepada kekekalan. Bukan hanya mengucap syukur, tapi juga melakukan konsekuensi yang harus kita pikul. Siapkanlah akal budi kita, Waspadalah terhadap yang jahat, Letakkanlah pengharapan penuh kepada Tuhan yang berkuasa. Hiduplah taat dan menjauh dari nafsu dunia, dan terakhir kuduskanlah dirimu dalam segala hal.