Minggu, 18 April 2010

Renungan Senin Paskah II, 5 April 2010

Percaya Walau Tak Melihat
Yohanes 20: 24 – 29
Tidak melihat namun percaya” kiranya telah menjadi pengalaman hidup banyak orang sejak lahir di dunia ini. Anak-anak diberi ceritera oleh orangtuaya pasti percaya akan apa yang diceriterakan, para murid/peserta didik di sekolah diberi aneka informasi atau pengajaran atau peristiwa oleh para guru langsung pecaya meskipun tidak atau belum melihat apa yang diajarkan atau diinformasikan,dst.. Dengan percaya terhadap apa yang belum pernah mereka lihat tersebut, mereka tumbuh berkembang menjadi bahagia, selamat dan damai sejahtera. Dalam Warta Gembira hari ini Tomas ditegor atau diperingatkan oleh Yesus karena berkata kepada teman-temannya: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya”. Kita semua adalah orang beriman, yang antara lain berarti percaya pada sesuatu ‘yang tak kelihatan’ atau ‘yang belum atau tak mungkin kita lihat’. Maka baiklah kebenaran ini kita hayati di dalam hidup sehari-hari antara lain dengan saling percaya satu sama lain. Memang untuk itu masing-masing dari kita juga harus menjadi orang yang dapat dipercaya, antara lain menyampaikan atau memberitakan apa-apa yang benar dan baik, pengalaman perjumpaan dengan Tuhan di dalam hidup sehari-hari. Karya Tuhan atau Penyelenggaraan Ilahi.senantiasa ada di dalam diri sesama kita yang berkehendak baik, dan rasanya kita semua berkehendak baik. Marilah kita saling mempercayai satu sama lain agar kita semua di dalam keadaan bahagia, damai sejahtera.

Yang ingin disampaikan disini adalah kita ternyata sering tidak konsisten dalam hal ‘percaya’. Kalau bicara gossip kok mudah percaya ya? tapi kalau dikatakan bahwa Tuhan itu hadir dalam keseharian kita kok pada tidak percaya ya? Padahal dua-duanya kan tidak ‘melihat ‘ juga. Memang sulit untuk bisa percaya akan kehadiran Tuhan, tanpa pengalaman akan sentuhan kasih Tuhan. Maka berbahagialah kita yang selalu menyadari bahwa kita ada dalam perlindungan kasih Tuhan senantiasa; kita ada dalam penyelenggaraan Ilahi – Providentia Devina. Kita tidak pernah merasa sendirian dan ditinggalkan sesuai janji Sang Imanuel. Untuk yang belum merasakan kasih Tuhan, gampang kok, Dia hanya sejauh doa. Hati-hati juga, sekali kita ‘kesetrum’ bisa-bisa berakibat seperti Rasul Tomas yang melejit menjadi pemberita Injil luar biasa di India .
Kalau kita bisa percaya pada Tuhan yang tidak terlihat maka mulai saat ini, janganlah juga terlibat penyampaian pesan-pesan yang belum dan tidak terbukti kebenarannya seperti isu, gossip bahkan hoax. Sehingga yang dikabarkan hanyalah kebenaran dan berita sukacita. Bicarakanlah kebaikan dan kelebihan orang lain, bukan kekurangan dan kelemahannya. Kenapa? Percayakah anda bahwa manusia sulit berubah karakternya setelah berusia 19 tahun, maka fokuslah pada kelebihannya, maka ia akan berkembang searah dengan kekuatan yang dimilikinya. Bukan memperbesar kekurangannya. Dengan demikian kita justru menjadi pembawa kabar sukacita, bukan bigos – biang gosip dan akhirnya yang ada hanyalah “damai sejahtera’ diantara kita semua.


Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...