Rabu, 28 April 2010

Renungan Hari Kamis, 29 April 2010

Gundah Gulana
Mazmur 42 : 5
Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan
Pemazmur mengatakan bagaimana jika jiwanya dalam keadaan gundah gulana, yaitu suatu pengalaman hidup yang sedang susah, jiwanya tertekan, sedang stress, lalu dia bertanya kepada Tuhan, bagaimana aku bisa masuk ke Rumah Tuhan? Bagimana aku bisa beribadah, atau berdoa, atau menyanyi? Dari doanya itu Pemazmur menemukan jalan keluarnya, mengapa engkau tertekan dan gelisah? Berharaplah kepada Tuhan ! Maka Allah akan datang dan menolong. DIA adalah Penolongku dan Allahku! Pemazmur mengajarkan kepada kita, bahwa kita bisa curhat kepada Tuhan. Kita bisa menyampaikan perasaan kita yang sedang mengalami gundah gulana. Tuhan akan membuka tangan-NYA untuk menolong kita, maka hanya benar-benar menjadi harapan dalam hidup kita. Sikap hati yang sedang mengalami gundah gulana, maka perasaan yang demikian harus segera dibereskan bersama dengan Tuhan. Bagaimana bisa membereskan dengan Tuhan? Tidak lain, kita harus terus menerus mempunyai hubungan yang dekat dengan Tuhan. Baik melalui Firman Tuhan atau doa.

Paulus mengatakan "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13). Ini penghiburan besar bagi kita yang sedang menghadapi masalah menumpuk. Ada tiga kunci disini: Pencobaan seberat apapun itu adalah biasa, tidak akan melebihi kemampuan kita, dan di sisi lain Allah yang setia akan tetap membuka jalan bagi kita untuk bertahan. Ada kalanya kita melemah karena tangan Tuhan seperti tidak kunjung terulur untuk melepaskan kita.
"Berharaplah kepada Allah!" itu seruan Pemazmur yang terus mengingatkan jiwanya, mengendalikan jiwanya agar tidak padam dan menyerah. "Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" Ini sikap yang harus kita lakukan. Kita harus mampu mengendalikan jiwa kita, terutama dalam kondisi tertekan dan gelisah agar tidak melupakan Tuhan. Tetap bersyukur dan terus berpegang kepada Tuhan Sang Penolong yang pasti akan mengulurkan tanganNya pada suatu ketika. Akan sangat berbahaya jika kita membiarkan jiwa kita tidak terkendali, oleh sebab itu kita harus mampu menjaga jiwa kita untuk tetap ingat kebaikan Tuhan, kesetiaan dan kasihNya kepada kita. Dia akan memberikan jalan keluar, sehingga kita dapat menanggungnya.


Jamita Epistel Minggu EXAUDI (Sai tangihon ma soarangku, Ale jahowa- Pslm.27:7)– 12 Mei 2024

Hatuaon ni Halak Partigor     (Kebahagiaan Orang Benar) Mateus 13 : 10  – 17   1)       Hamuna nahinaholongan dibagasan Kristus Jesu...