Selasa, 20 April 2010

Renungan Hari Kamis, 22 April 2010

Allah Memaafkan Kita
Mika 7 : 18
Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia?
Jarang sekali ada seseorang yang telah dirugikan/ disakiti bisa langsung memaafkan orang yang menyakitinya. Umumnya yang terjadi adalah benih dendam. Maka orang yang memaafkan kesalahan orang lain, berarti ia mampu membuang jauh-jauh benih dendam dalam hatinya meskipun telah dirugikan/ disakiti. Tuhan tidak menginginkan kita sebagai pendendam. Kita dibentuk sesuai rupa Allah, yang Maha Mengampuni. Ada beberapa perumpamaan yang diberikan Yesus, misalnya anak domba yang hilang, atau seperti pada Mat 18:21-35 tentang perumpamaan seorang hamba yang berhutang pada raja. Ayat bacaan hari ini juga berbicara tentang itu, yakni dari doa yang diajarkan Yesus. Mungkin kita sering membaca ayat2 tersebut, tapi pada pelaksanaanya, sebuah pintu maaf sulit sekali dibuka ketika kita merasa disakiti atau dikhianati. Ada orang yang butuh berhari2, berbulan2, bahkan bertahun2 untuk dapat memaafkan seseorang. Adakah dampak buruk bagi kita jika kita tidak memaafkan? atau, adakah batas dalam memaafkan?

Ketika Petrus bertanya berapa kali dia harus mengampuni saudaranya yang bersalah, dan mengira 7 kali sudah cukup, Yesus menjawab sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Artinya, kita harus siap memaafkan tanpa batas. Di akhir perumpamaan sang hamba dan raja tadi, Yesus berkata "Maka BapaKu yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." Artinya disini, Tuhan tidak akan mengampuni kita, jika kita tidak mengampuni orang lain. Dan kata maaf itu tidak hanya dibibir saja, tetapi harus tulus iklas, dari hati. Bagaimana jika dosa2 kita sampai tidak diampuni Tuhan? sementara kita manusia yang setiap hari cenderung untuk berbuat dosa. Tuhan tidak pernah jenuh untuk mengampuni anak2Nya yang bertobat. Kita harus belajar untuk mampu berbuat seperti itu juga. Betul sekali filsafat Tiongkok kuno. Memang hadiah yang terbesar dalam dunia dan hidup kita adalah maaf dan pengampunan kesalahan / dosa kita. Itu adalah hadiah yang paling besar dari Allah berhubung pemaafan ini menuntut Dia menjelma menjadi manusia dan mati membayar upah dosa kesalahan kita supaya hak kita sebagai anak dapat di kembalikan dan kita bisa hidup kekal bersamaNya selama-lamanya. Sangat luar biasa kasih Sayang ini dan sangat besar hadiah ini untuk manusia. Sebab tanpa hadiah ini kita akan lenyap selama-lamanya dalam maut dan api neraka sebagai debu.
Dendam dan sikap benci lama kelamaan dapat menimbulkan berbagai penyakit bagi diri kita, dan hal itu tentu tidak kita inginkan. Apabila ada diantara anda yang masih belum mengampuni orang yang menyakiti anda, berdoalah. Buka pintu hati anda, berikan maaf secara tulus, dan minta bantuan Tuhan untuk bersama2 dalam proses maaf itu, supaya anda dikuatkan. Sebuah ketulusan, meskipun terkadang berat, bahkan mahal harganya, pasti dihargai berlipat kali oleh Tuhan. Ingatlah Tuhan menguji hati. Dia tidak akan meninggalkan kita sendirian dalam sebuah usaha tulus untuk mengampuni.


Jamita Epistel Minggu EXAUDI (Sai tangihon ma soarangku, Ale jahowa- Pslm.27:7)– 12 Mei 2024

Hatuaon ni Halak Partigor     (Kebahagiaan Orang Benar) Mateus 13 : 10  – 17   1)       Hamuna nahinaholongan dibagasan Kristus Jesu...