Mendapat Pengampunan
Roma 4 : 7
Roma 4 : 7
"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya;
Kesaksian di atas adalah kesaksian Daud (Mazmur 32) setelah ia memperoleh pengampunan dari Tuhan atas segala kesalahannya. Kesaksian semacam ini juga dapat diungkapkan oleh setiap orang percaya, manakala ia sungguh-sungguh menerima pengampunan dari Tuhan-nya atas segala kesalahan yang pernah dibuatnya. Mungkin bagi banyak orang mengakui dosa, telah dilakukan setiap hari dalam doa-doanya. Bahkan mengakui kesalahan bisa menjadi ucapan bibir yang begitu gampang keluar dari mulut, tanpa disertai kesungguhan dan penghayatan akan segala yang diucapkannya itu. Mengakui dosa atau kesalahan bisa menjadi semacam ucapan "rutin" setiap orang tanpa mengetahui apa sebenarnya dosa atau kesalahan yang telah diperbuatnya. Kita sering mendengar doa, atau mungkin doa kita sendiri demikian, "... ya Tuhan ampunilah dosa-dosaku," namun sesungguhnya dosa yang mana dan dosa apa yang telah kita perbuat kita sendiri tidak tahu. Kita tidak tahu dosa atau kesalahan kita karena mungkin terlalu banyak kesalahan yang telah kita lakukan terhadap Tuhan dan sesama, sehingga kita tidak tahu lagi mana yang harus kita mintakan pengampunan-Nya. Karena itu, tidak sedikit orang yang hidupnya tetap dirundung kegelisahan dan hatinya tidak tenang meskipun berulang-ulang ia sudah minta pengampunan atas kesalahannya. Sebab setelah ia minta pengampunan dari Tuhan, segera ia lupa akan ucapannya dan segera melakukan kesalahan yang sama. Demikian sepanjang hidupnya banyak orang dipenuhi dengan kata penyelesalan sekaligus dipenuhi kesalahan yang sama juga. Tuhan sendiri tidak pernah mendengar penyesalan orang-orang yang sebenarnya tidak tahu akan apa yang ia sendiri ucapkan. Karena penyesalan semacam itu hanyalah ucapan bibir yang tidak ada artinya. Namun Tuhan berkenan atas penyesalan seperti yang diucapkan dan dilakukan oleh Daud. Karena Daud tahu betul apa yang telah diperbuatnya, dan sadar benar terhadap apa yang diucapkannya. Ia telah melakukan pertobatannya dengan sungguh-sungguh, dan ia sadar benar atas kesalahan yang pernah dibuatnya. Setelah mendapatkan pengampunan, Daud merasa berarti dan berharga lagi di hadapan Tuhan-nya. Ia telah mengakhiri pergumulannya yang panjang dan sekarang ia bisa merasakan persekutuan yang sebenarnya dengan Tuhan. Persekutuan itu tidak lagi terhalang oleh dosa-dosanya. Kesukacitaan Daud sungguh menyemangati pengabdiannya kepada Tuhan dan sesama. Sekarang tidak sia-sia Daud mengabdikan dirinya kepada Tuhan, karena ia tahu benar bahwa Tuhan berkenan memakainya kembali. Pengalaman Daud ini bisa menjadi pengalaman setiap orang percaya. Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar dari kebahagiaan orang yang telah diampuni kesalahannya. Dan tidak ada kesukacitaan yang melebihi kesukacitaan orang yang telah meninggalkan dosanya. Kanya karena iman, bukan karena perbuatan, kita dapat bersekutu dengan Allah: "Tetapi kepada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan sebagai kebenaran". Dan, kita membaca dalam Roma 3:28, "Karena kami yakin bahwa manusia dibenarkan karena iman, bukan karena melakukan hukum Taurat." Tidak ada cara lain -- bukan dengan uang ataupun perbuatan baik – yang dapat membuat Allah menerima diri kita yang berdosa. Kita tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. Kita hanya dapat diselamatkan oleh Anak Allah, yaitu Yesus yang menjalani hidup tanpa cela, mati sebagai kurban sempurna atas dosa-dosa kita dan bangkit dari kubur.
Kesaksian di atas adalah kesaksian Daud (Mazmur 32) setelah ia memperoleh pengampunan dari Tuhan atas segala kesalahannya. Kesaksian semacam ini juga dapat diungkapkan oleh setiap orang percaya, manakala ia sungguh-sungguh menerima pengampunan dari Tuhan-nya atas segala kesalahan yang pernah dibuatnya. Mungkin bagi banyak orang mengakui dosa, telah dilakukan setiap hari dalam doa-doanya. Bahkan mengakui kesalahan bisa menjadi ucapan bibir yang begitu gampang keluar dari mulut, tanpa disertai kesungguhan dan penghayatan akan segala yang diucapkannya itu. Mengakui dosa atau kesalahan bisa menjadi semacam ucapan "rutin" setiap orang tanpa mengetahui apa sebenarnya dosa atau kesalahan yang telah diperbuatnya. Kita sering mendengar doa, atau mungkin doa kita sendiri demikian, "... ya Tuhan ampunilah dosa-dosaku," namun sesungguhnya dosa yang mana dan dosa apa yang telah kita perbuat kita sendiri tidak tahu. Kita tidak tahu dosa atau kesalahan kita karena mungkin terlalu banyak kesalahan yang telah kita lakukan terhadap Tuhan dan sesama, sehingga kita tidak tahu lagi mana yang harus kita mintakan pengampunan-Nya. Karena itu, tidak sedikit orang yang hidupnya tetap dirundung kegelisahan dan hatinya tidak tenang meskipun berulang-ulang ia sudah minta pengampunan atas kesalahannya. Sebab setelah ia minta pengampunan dari Tuhan, segera ia lupa akan ucapannya dan segera melakukan kesalahan yang sama. Demikian sepanjang hidupnya banyak orang dipenuhi dengan kata penyelesalan sekaligus dipenuhi kesalahan yang sama juga. Tuhan sendiri tidak pernah mendengar penyesalan orang-orang yang sebenarnya tidak tahu akan apa yang ia sendiri ucapkan. Karena penyesalan semacam itu hanyalah ucapan bibir yang tidak ada artinya. Namun Tuhan berkenan atas penyesalan seperti yang diucapkan dan dilakukan oleh Daud. Karena Daud tahu betul apa yang telah diperbuatnya, dan sadar benar terhadap apa yang diucapkannya. Ia telah melakukan pertobatannya dengan sungguh-sungguh, dan ia sadar benar atas kesalahan yang pernah dibuatnya. Setelah mendapatkan pengampunan, Daud merasa berarti dan berharga lagi di hadapan Tuhan-nya. Ia telah mengakhiri pergumulannya yang panjang dan sekarang ia bisa merasakan persekutuan yang sebenarnya dengan Tuhan. Persekutuan itu tidak lagi terhalang oleh dosa-dosanya. Kesukacitaan Daud sungguh menyemangati pengabdiannya kepada Tuhan dan sesama. Sekarang tidak sia-sia Daud mengabdikan dirinya kepada Tuhan, karena ia tahu benar bahwa Tuhan berkenan memakainya kembali. Pengalaman Daud ini bisa menjadi pengalaman setiap orang percaya. Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar dari kebahagiaan orang yang telah diampuni kesalahannya. Dan tidak ada kesukacitaan yang melebihi kesukacitaan orang yang telah meninggalkan dosanya. Kanya karena iman, bukan karena perbuatan, kita dapat bersekutu dengan Allah: "Tetapi kepada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan sebagai kebenaran". Dan, kita membaca dalam Roma 3:28, "Karena kami yakin bahwa manusia dibenarkan karena iman, bukan karena melakukan hukum Taurat." Tidak ada cara lain -- bukan dengan uang ataupun perbuatan baik – yang dapat membuat Allah menerima diri kita yang berdosa. Kita tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. Kita hanya dapat diselamatkan oleh Anak Allah, yaitu Yesus yang menjalani hidup tanpa cela, mati sebagai kurban sempurna atas dosa-dosa kita dan bangkit dari kubur.