Pakaian Keselamatan
Yesaya 61:10
Yesaya 61:10
Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya.
Setiap peristiwa dan pengalaman hidup yang terjadi dihayati sebagai yang kudus. Sehingga kita tidak lagi membuat pembedaan suatu peristiwa dan pengalaman hidup sebagai sesuatu “yang kudus” dan terpisah dengan “yang sekuler”. Sebaliknya kita akan memperlakukan setiap orang dan setiap situasi dengan sikap yang benar, adil, serba hati-hati dan dipenuhi oleh roh yang takut akan Tuhan. Apabila setiap peristiwa dan pengalaman merupakan manifestasi dari karya keselamatan Tuhan, maka kita akan terus belajar merangkulnya dengan sikap iman dan memaknainya secara kreatif. Ini dimungkinkan bagi mata orang yang suci hatinya. Sebab hanya orang yang suci hatinya saja yang mampu merangkul atau menerima setiap peristiwa yang paling pahit dan sedih. Sebaliknya mereka yang hidup cemar dalam dosa, tidak akan sanggup untuk menerima hal yang paling “sederhana/kecil” dalam suatu peristiwa yang pahit. Apalagi jika mereka harus diperhadapkan dengan suatu hal yang “besar” dalam suatu peristiwa pahit seperti peristiwa yang tragis dan penderitaan! Mereka segera meledak-ledak penuh kemarahan dan mencaci-maki Allah. Setelah itu mereka kehilangan kendali, lumpuh dan tidak berdaya.
Kehadiran Kristus bukan hanya dapat menimbulkan perbantahan teologis, tetapi Dia juga ditentukan oleh Allah untuk menjatuhkan dan membangkitkan banyak orang. KedatanganNya ke dalam dunia bukan sekedar membawa suatu revolusi perubahan pemikiran dalam perjalanan sejarah, tetapi juga kedatangan Kristus membawa arah perjalanan sejarah bergerak ke arah dirinya. Kehidupan umat manusia bergerak ke arah diriNya. Ini berarti kehadiran, pemikiran, dan karya Kristus menjadi parameter atau tolok ukur yang terus-menerus menyeleksi dan memberi pencerahan kepada umat manusia sepanjang abad. Bahkan keselamatan dan hidup kekal tidak dapat dilepaskan dari iman kepadaNya. Itu sebabnya di hadapan Kristus setiap orang dipanggil untuk berani melepaskan segala kebanggaan dan kebenarannya. Selama kita masih memiliki kebanggaan-kebanggaan duniawi dan kebenaran-kebenaran yang bertentangan dengan kehendak Allah, maka Kristus yang adalah batu penjuru Allah dapat berubah menjadi batu sentuhan bagi kita. Sebab kita tersandung jatuh karena kita berbenturan dengan Kristus. Tetapi sebaliknya bagi setiap orang yang rendah-hati, terbuka terhadap anugerah dan keselamatan Allah; maka kehadiran Kristus justru akan membangkitkan dia untuk menjadi alat Tuhan yang efektif. Kita dapat melihat orang-orang yang dibangkitkan oleh kuasa Kristus seperti: Albert Schweitzer (14 Januari 1875 – 4 September 1965), Mother Teresa (26 Augustus 1910 – 5 September 1997), Paus Yohanes Paulus II (18 Mei 1920 – 2 April 2005), dan sebagainya. Karena itu panggilan kita yang utama selaku umat percaya adalah agar kehidupan kita dapat senantiasa selaras dan sesuai dengan kehendak Kristus.
Sudahkah kita yakin bahwa pakaian keselamatan itu sudah benar- benar kita pakai...? Bila sudah, nikmatilah sukacita dari kasih Tuhan Yesus. Jubah ini telah Yesus kuduskan melalui darah-Nya sendiri. Jangan kotori jubah ini dengan perkara-perkara dursila! Mengenakan jubah kebenaran di tengah-tengah dunia yang kotor membutuhkan langkah hati-hati dan kewaspadaan yang tinggi.
Setiap peristiwa dan pengalaman hidup yang terjadi dihayati sebagai yang kudus. Sehingga kita tidak lagi membuat pembedaan suatu peristiwa dan pengalaman hidup sebagai sesuatu “yang kudus” dan terpisah dengan “yang sekuler”. Sebaliknya kita akan memperlakukan setiap orang dan setiap situasi dengan sikap yang benar, adil, serba hati-hati dan dipenuhi oleh roh yang takut akan Tuhan. Apabila setiap peristiwa dan pengalaman merupakan manifestasi dari karya keselamatan Tuhan, maka kita akan terus belajar merangkulnya dengan sikap iman dan memaknainya secara kreatif. Ini dimungkinkan bagi mata orang yang suci hatinya. Sebab hanya orang yang suci hatinya saja yang mampu merangkul atau menerima setiap peristiwa yang paling pahit dan sedih. Sebaliknya mereka yang hidup cemar dalam dosa, tidak akan sanggup untuk menerima hal yang paling “sederhana/kecil” dalam suatu peristiwa yang pahit. Apalagi jika mereka harus diperhadapkan dengan suatu hal yang “besar” dalam suatu peristiwa pahit seperti peristiwa yang tragis dan penderitaan! Mereka segera meledak-ledak penuh kemarahan dan mencaci-maki Allah. Setelah itu mereka kehilangan kendali, lumpuh dan tidak berdaya.
Kehadiran Kristus bukan hanya dapat menimbulkan perbantahan teologis, tetapi Dia juga ditentukan oleh Allah untuk menjatuhkan dan membangkitkan banyak orang. KedatanganNya ke dalam dunia bukan sekedar membawa suatu revolusi perubahan pemikiran dalam perjalanan sejarah, tetapi juga kedatangan Kristus membawa arah perjalanan sejarah bergerak ke arah dirinya. Kehidupan umat manusia bergerak ke arah diriNya. Ini berarti kehadiran, pemikiran, dan karya Kristus menjadi parameter atau tolok ukur yang terus-menerus menyeleksi dan memberi pencerahan kepada umat manusia sepanjang abad. Bahkan keselamatan dan hidup kekal tidak dapat dilepaskan dari iman kepadaNya. Itu sebabnya di hadapan Kristus setiap orang dipanggil untuk berani melepaskan segala kebanggaan dan kebenarannya. Selama kita masih memiliki kebanggaan-kebanggaan duniawi dan kebenaran-kebenaran yang bertentangan dengan kehendak Allah, maka Kristus yang adalah batu penjuru Allah dapat berubah menjadi batu sentuhan bagi kita. Sebab kita tersandung jatuh karena kita berbenturan dengan Kristus. Tetapi sebaliknya bagi setiap orang yang rendah-hati, terbuka terhadap anugerah dan keselamatan Allah; maka kehadiran Kristus justru akan membangkitkan dia untuk menjadi alat Tuhan yang efektif. Kita dapat melihat orang-orang yang dibangkitkan oleh kuasa Kristus seperti: Albert Schweitzer (14 Januari 1875 – 4 September 1965), Mother Teresa (26 Augustus 1910 – 5 September 1997), Paus Yohanes Paulus II (18 Mei 1920 – 2 April 2005), dan sebagainya. Karena itu panggilan kita yang utama selaku umat percaya adalah agar kehidupan kita dapat senantiasa selaras dan sesuai dengan kehendak Kristus.
Sudahkah kita yakin bahwa pakaian keselamatan itu sudah benar- benar kita pakai...? Bila sudah, nikmatilah sukacita dari kasih Tuhan Yesus. Jubah ini telah Yesus kuduskan melalui darah-Nya sendiri. Jangan kotori jubah ini dengan perkara-perkara dursila! Mengenakan jubah kebenaran di tengah-tengah dunia yang kotor membutuhkan langkah hati-hati dan kewaspadaan yang tinggi.