Senin, 01 Maret 2010

Renungan Hari Selasa, 2 Maret 2010

Kasih Sayang Tuhan
Mazmur 103 : 13
"Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia"
Bagimana kita meposisikan diri sebagai orangtua maupun sebagai anak? Kadangkala diposisi anak kita sulit sekali melihat teguran sebagai tanda kasih sayang orangtua kepada kita. Sebagai anak kita seringkali mengartikan teguran sebagai pem-batasan terhadap hak dan kebebasan seorang anak. Sementara itu diposisi orangtua kita kadang mengalami kesulitan dalam menempatkan motif kasih dalam teguran. Kalau orangtua marah kadang motif kasih itu tidaklah tampak. Lalu, apakah berarti ayat diatas memunculkan “pertentangan”secara realita? Ya. Kalau begitu apakah ayat ini bertentangan dalam esensi apa yang dimaksudkan Tuhan kepada kita? Tentu saja tidak. Ayat ini menempatkan kita untuk melihat maksud tersebut diluar apa yang mungkin kita alami dan terapkan sehari-hari. Kegagalan melihat teguran dalam motif kasih dan mewujudkan kasih dalam teguran bukanlah kegagalan Firman Tuhan untuk berbicara dan mengarahkan maksudNya kepada kita semua. Allah ingin kita mengetahui bahwa dialah Bapa yang mengajarkan apa artinya teguran-Nya; bagaimana kita sebagai orangtua menggunakan teguran dan bagaimana seorang anak merespon teguran yang datang sewaktu-waktu.
Teguran bukanlah pelampiasan kemarahan dan pembatasan hak ataupun kebebasan kita. Teguran adalah wujud kasih dimana Bapa atau orangtua kita hendak mencurahkan isi hati. Teguran merupakan keseluruhan per-kataan yang diperlukan bagi kita semua. Ia tidak menyembunyikan isi hati dengan perkataan yang manis namun tidak mendidik. Ia tidak munafik dan menebarkan kebencian melalui kata-kata yang menyerang dan menusuk dibelakang (back stabber). Bentuk pendisiplinan yang terkadang hadir dalam bentuk hukuman dari Tuhan bukan terjadi atas keinginan untuk menyakiti dan menyiksa kita, tapi sebaliknya, karena Tuhan mengasihi kita dan hendak mendidik kita seperti layaknya seorang ayah mengajari anaknya. "Maka haruslah engkau insaf, bahwa TUHAN, Allahmu, mengajari engkau seperti seseorang mengajari anaknya." (Ulangan 8:5). Ingatlah bahwa dalam banyak kesempatan, penderitaan yang kita lalui adalah sebuah proses pemurnian dan pendisiplinan untuk mendatangkan kebaikan bagi kita sendiri juga. Hal inilah yang digambarkan oleh Yakobus. "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun." (Yakobus 1:2-4). Jadi ketika kita sedang dididik Tuhan, meski terkadang sakit rasanya, bersyukurlah karena itu tandanya Tuhan mengasihi kita seperti bapa yang sayang anaknya.

Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...