Selasa, 23 Maret 2010

Renungan Hari Rabu, 24 Maret 2010

Kemuliaan Yang Dijanjikan
Roma 8 : 18
Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita
Kita sebagai orang Kristen seakan-akan dikurung oleh penderitaan dalam jangka waktu tertentu, kita selalu menanti-nantikan hari di mana kita akan dibebaskan, tetapi hari itu seringkali terasa begitu lama. Saat ini kita memerlukan sesuatu untuk meringankan beban kita. Penghiburan apa yang dapat kita temui di dalam hidup ini ? adakah seseorang yang dapat kita ajak berbagi beban, atau haruskah kita mengalami penderitaan ini sendiri saja di dalam kurungan yang terasing ?

Semua pengharapan ini tidak selalu berjalan mulus, kadang kala anda akan mengalami liku-liku bahkan kegagalan. Anak yang sudah menghabiskan hampir separuh harta kekayaan kita ternyata tidak berguna, tidak menghormati orang tua bahkan gagal dalam menempuh sekolahnya. Tidak jarang kita mendengar anak-anak yang dikirim ke luar negeri sekolah, mereka menghambur-hamburkan uang orang tuanya, terlibat narkotika dan seks bebas. Cita-cita anda tidak pernah tercapai, apalagi ditambah dengan masa krisis ekonomi yang berkepanjangan, usaha dan dagang yang mulai sulit dan lapangan pekerjaan yang susah di dapat. Banyak orang merasa kecewa; bahkan mereka yang tamat luar negeri terpaksa harus pulang ke negeri asal gara-gara tidak berhasil mendapat pekerjaan. Anda mulai frustrasi, stress. Mengapa? Sebab orientasi manusia adalah sesuatu yang berhasil itu baru disebut sukses, apabila tidak berhasil maka dianggap sebagai suatu kegagalan atau sial. Nah ketika kita gagal, maka muncul rasa kecewa dan putus asa yang bercampur-baur. Oleh sebab itu rasul Paulus merasa perlu menasehati kita.

Ayat 18, "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." Kemuliaan itu merupakan pengharapan setiap orang percaya. Alkitab yang kita baca ini mencatat bahwa, rasul Paulus mengatakan yang menantikan pengharapan itu adalah "seluruh makluk". Perhatikan bahwa, yang dimaksud "seluruh makluk" di sini adalah "seluruh ciptaan Allah", kecuali "manusia". Mengapa dikatakan begitu? Sebab di dalam ayat 23, Paulus baru mengatakan "kita juga", yang artinya kita manusia. Jelas dalam penantian itu harus melalui "proses" yang cukup panjang, dan "proses" tersebut tidak semuanya berjalan mulus dan lancar. Ada liku-likunya, di sana-sini ada berbagai kesulitannya dan penderitaan. Nah ini semua bukan merupakan keadaan yang dirindukan dan diharapkan oleh manusia; karena manusia sesuai dengan naturnya yang berdosa lebih menyukai yang senang-senang, instan dan kekayaan dari pada kesusahan, lambat-laun serta kesusahan. Karena rencana Allah bagi umat tebusanNya begitu pasti, kita dapat menghadapi kesulitan-kesulitan yang terburuk, musuh yang paling menakutkan dan cobaan-cobaan yang berat dengan penuh keyakinan.
Seindah-indahnya kita mengikut Yesus kita akan mengalami di satu sisi dalam kehidupan kita yaitu penderitaan, tetapi di sisi lain kita juga menemukan bahwa ada pertolongan bagi mereka yang sangat lelah dengan pencobaan mereka, Allah menyediakan penghiburan untuk membuat kita tetap maju, jika kita ingin menyelesaikan perjalanan hidup kita menuju kemuliaan. Sesungguhnya manusia mulai merasa gelisah dan tidak tahan akan segala kesusahan, penderitaan yang dia alami. Namun Tuhan ingin menguji kita, seberapa kuat kita boleh bertahan? Yang sangat menghibur kita lagi adalah, ingat bahwa penderitaan itu sifatnya sementara, karena kita menyembah pada Allah yang penuh pengharapan dan pasti.



Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...