Rabu, 24 Maret 2010

Renungan Minggu Palmarum, 28 Maret 2010

SEMERBAK WANGI PENGORBANAN CINTA
Markus 14: 3-9

Adegan terakhir menuju Golgota juga dikisahkan Markus melalui ekspresi cinta yang semerbak mewangi. Pada waktu itu YESUS berada di Betania, sedang menikmati makan di rumah Simon, si kusta. Orang Yahudi memiliki kebiasaan makan dengan berbaring di tas dipan rendah dengan bersandar pada siku tangan kiri dan menggunakan tangan kanan untuk mengambil makanan. Siapapun yang datang kepada orang yang sedang makan sambil berbaring ini akan berdiri persis di atasnya. Dalam gambaran situasi seperti itulah datang seorang perempuan yang membawa minyak narwastu murni untuk mengurapi kepala YESUS. Kebiasaan pada waktu itu adalah menuangkan beberapa tetes minyak wangi kepada tamu ketika ia masuk ke rumah atau ketika ia sedang makan. Yang dilakukan perempuan itu bukan menuang beberapa tetes tapi memecahkan penutup botol dan seluruh isinya dicurahkan kepada YESUS.
1. Ayat 3: Dorongan apakah yang membuat perempuan itu memecahkan penutup botol minyak narwastu dan mencurahkan ke atas kepala YESUS ?
2. Ayat 4-5: Wajarkah jika orang menilai tindakan perempuan itu sebagai pemborosan? Setujukah Anda dengan pendapat ”lebih baik menyumbangkan uang kepada orang miskin daripada melakukan pemborosan dengan memakai minyak mahal untuk mengurapi YESUS?”
3. Ayat 6-9: Mengapa Anda pelajari dari sikap perempuan yang mengurapi YESUS?

Perjalanan menuju Golgota ternyata tidak selalu kelabu. Ada saat indah yang dialami YESUS melalui pengorbanan seorang perempuan. Peristiwa ini terjadi kurang lebih seminggu sebelum penderitaan salib. Ketika dunia mendesahkan nafas benci ternyata masih ada sahabat yang tetap mencintai. Lihatlah tindakan seorang perempuan yang mempersembahkan cinta dan penghargaannya yang besar kepada YESUS, Sang Guru melalui pencurahan minyak narwastu yang mahal. Bagi orang lain ini merupakan pemborosan namun bagi KRISTUS ini adalah simbolisasi kematian dan penguburannya. Hal ini bisa dipahami bila mengingat kebiasaan orang Timur yang memandikan dan meminyaki orang mati. Setelah tubuh mayat diminyaki, botol minyak wangi yang isinya sudah dipergunakan itu dipecahkan, lalu pecahan-pecahannya ditaruh bersama dengan mayat di dalam kubur. Perempuan itu melakukan tindakan kasih yang tepat. Mencintai dan menolong orang miskin bisa kapan saja namun mengekspresikan cinta kepada sang Guru terbatas waktunya sebab salib sudah semakin dekat. Dorongan hati penuh cinta perempuan itu telah melahirkan pengorbanan yang besar tanpa berpikir bahwa itu adalah sebuah pemborosan. Hati yang penuh cinta selalu memberi yang terbaik bukan sisa-sisa; sisa tenaga, sisa pikiran, sisa waktu atau sisa uang. Dorongan cinta tidak permah melahirkan ekspresi asal memberi.
Cinta sejati selalu berarti: kesadaran menyiapkan secara khusus pemberian yang terindah, terbaik dan paling berharga; mempersembahkan yang maksimal bukan yang minimal.
Menjelang masa sengsara yang akan segera dijalani oleh Tuhan Yesus, ternyata bahwa penghargaan kedua belas murid terhadap Tuhan Yesus masih kurang dibandingkan dengan perempuan yang mencurahkan min¬yak Narwastu ke atas kepala Tuhan Yesus.
Nama perempuan yang mencurahkan minyak Narwastu ke kepala Tuhan Yesus itu tidak disebut di sini. Ada yang be¬ranggapan bahwa wanita tersebut adalah Maria Magdalena, tetapi pendapat seperti itu bersifat spekulatif (tebakan). Ada yang menyamakan perempuan ini dengan Maria dalam Yo¬hanes 12:3, tetapi kedua peristiwa tersebut jelas berbeda. Dalam Matius 26:7 dan Markus 14:3, minyak Narwastu itu dicurahkan ke atas kepala Tuhan Yesus dan peristiwa tersebut terjadi di rumah Simon si kusta. Dalam Yohanes 12:3, minyak Narwastu tersebut dicurahkan ke kaki Tuhan Yesus dan peristiwa tersebut terjadi di rumah Lazarus, saudara Maria, yang dibangkitkan Tuhan Yesus dari antara orang mati. Murid-murid Tuhan Yesus (yang kemungkinan dimotori oleh Yudas Is¬kariot) menjadi gusar melihat peristiwa tersebut dan menganggap peristiwa tersebut sebagai pemborosan. Menurut Markus 14:5, minyak Narwastu itu nilainya lebih dari tiga ratus dinar. Bila dijadikan rupiah, nilai minyak nar¬wastu itu lebih dari lima belas juta rupiah. Dengan dipecahkannya buli-buli tempat menyimpan minyak Narwastu, maka minyak tersebut hanya bisa dipakai sekali saja, sehingga tidak mengherankan bila tindakan wanita terse¬but dianggap sebagai suatu pemborosan.
Kesimpulan:
a. Motivasi Memberi. Bila kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan Yesus, kita akan rela mem¬beri tenaga, waktu, dan uang secara berlebihan kepada Tuhan Yesus. Bila kasih kita kurang, kita akan memperhitungkan untung-rugi! Berikanlah yang terwangi dan terharum bagi Tuhan, sehingga namamu tetap wangi dan harum.
b. Persembahkanlah dengan segenap hatimu (bnd. Roma 12 : 1 “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati”. Seluruh tubuh dan hidup kita berikan bagi Tuhan dengan mmepergunakannya dengan sebaik mungkin.
c. Sebagaimana wanita itu memberikan minyak Narwastu yang terbaik dari tutup botol yang dipecahkan menandakan yang terbaru. Demikian halnya kita diajak untuk memberikan yang terbaru bagi Tuhan sebagaimana setiap saat kita tetap dibaharui dalam RohNya.
d. Menjaga Nama Baik Tuhan dengan melakukan firmanNya. Minggu ini minggu Palmarum (maremare)= Kita mau menyambut kedatangan Yesus dengan hati yang suci dan siap menerimaNya. Sebagaimana perempuan tersebut dengan perilakunya yang baik terhadap Yesus akan selalu diingat dan dikenang orang banyak. Bagaimana kita bisa dikenang oleh karena perbuatan baik kita bagi orang lain. Yesus tetap dikenang dan dipercaya karena dalam hidupNya selalu membuahkan ajaran yang luar biasa dan melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah terlebih pengorbananNya menjadi keselamatan dunia. Sebagaimana peribahasa yang mengatakan: Gajah meninggalkan gading, harimau meninggalkan belang, Manusia meninggalkan nama. Nama baik akan tetap wangi dan dikenang sebagaimana wanginya minyak Narwastu, semerbak wangi perngorbanan cinta kita kepada Yesus. Amin


Jamita Evangelium Minggu Advent II – 8 Desember 2024

Pauli  Hamu Dalan Di Jahowa       (Persiapkan Jalan Untuk Tuhan) Jesaya 40 :1 - 5   1)      Huria nahinaholongan dibagasan Jesus Kri...