Allah Menolong Orang Yang DikasihiNya
Lukas 18: 7
Lukas 18: 7
Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka
Orang dunia menggantungkan harapannya pada saldo tabungan, meraih pendidikan setinggi mungkin dengan harapan memiliki masa depan cemerlang, atau berharap kepada orang lain yang seringkali membuat kecewa. Tetapi Pemazmur memberikan resep bagi anak TUHAN yang merasa tertekan jiwanya: berharap kepada ALLAH. Harapan kepada ALLAH yang berlaku eksklusif bagi anak TUHAN ini tentu bukan sekedar harapan kosong, bahkan melebihi harapan yang dimiliki orang dunia. Sebuah ilustrasi untuk menyatakan perbedaan antara harapan yang nyata dengan harapan semu yang hanya untuk mengulur waktu:
Seorang patih (pembantu raja) divonis hukuman mati oleh rajanya akibat kesalahannya. Dengan kecerdikannya, patih ini memohon agar diberi kesempatan hidup satu tahun lagi, karena memiliki misi mengajar kuda milik raja untuk dapat berbicara. Penasaran ingin membuktikan kecanggihan ilmu patihnya itu, raja mengubah vonis mati. Sebagai gantinya, si patih diberi kesempatan satu tahun untuk mengajar kuda raja berbicara. Patih pun pulang ke rumahnya dengan membawa kuda raja sebagai muridnya.
Ternyata yang ingin tahu ilmu si patih itu bukan hanya sang raja; teman patih inipun bertanya, apakah benar dia dapat mengajar kuda berbicara? Dengan entengnya patih ini menjawab, bahwa sesungguhnya dia tidak dapat mengajar kuda berbicara. Tapi ada yang diperolehnya dari membohongi raja: mengulur waktu kematian menjadi satu tahun kemudian.
Harapan di dalam ilustrasi di atas hanyalah harapan sementara, harapan semu. Sangat berbeda dengan harapan kepada ALLAH. Kuasa TUHAN sudah jelas tidak ada taranya. Kendati ALLAH Mahakuasa, namun seandainya saja DIA tidak mengasihi kita, maka kita tidak dapat berharap kepada DIA untuk mengulurkan Tangan-NYA menolong kita. Atau seandainya TUHAN tidak memiliki kesetiaan dalam menolong, DIA hanya akan menolong sekali dua kali saja lalu akhirnya bosan menolong kita. Namun karena kasih dan kesetiaan TUHAN yang terus kita rasakan, kasih dan kesetiaan TUHAN itu menjamin jiwa kita tidak tertekan.
Setiap hari manusia memiliki kebutuhan. Setiap hari pula TUHAN selalu menyediakan berkat yang baru bagi anak-anak-NYA. Itulah sebabnya TUHAN YESUS mengajarkan agar kita berdoa kepada BAPA, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Artinya, setiap hari ini kita memiliki kebutuhan yang berbeda, dan DIA selalu memberikan berkat sesuai dengan kebutuhan kita. Berkat-NYA selalu baru setiap pagi juga mengandung arti kesetiaan TUHAN yang tidak bosan-bosannya untuk memberikan berkat-NYA setiap hari.
Orang dunia menggantungkan harapannya pada saldo tabungan, meraih pendidikan setinggi mungkin dengan harapan memiliki masa depan cemerlang, atau berharap kepada orang lain yang seringkali membuat kecewa. Tetapi Pemazmur memberikan resep bagi anak TUHAN yang merasa tertekan jiwanya: berharap kepada ALLAH. Harapan kepada ALLAH yang berlaku eksklusif bagi anak TUHAN ini tentu bukan sekedar harapan kosong, bahkan melebihi harapan yang dimiliki orang dunia. Sebuah ilustrasi untuk menyatakan perbedaan antara harapan yang nyata dengan harapan semu yang hanya untuk mengulur waktu:
Seorang patih (pembantu raja) divonis hukuman mati oleh rajanya akibat kesalahannya. Dengan kecerdikannya, patih ini memohon agar diberi kesempatan hidup satu tahun lagi, karena memiliki misi mengajar kuda milik raja untuk dapat berbicara. Penasaran ingin membuktikan kecanggihan ilmu patihnya itu, raja mengubah vonis mati. Sebagai gantinya, si patih diberi kesempatan satu tahun untuk mengajar kuda raja berbicara. Patih pun pulang ke rumahnya dengan membawa kuda raja sebagai muridnya.
Ternyata yang ingin tahu ilmu si patih itu bukan hanya sang raja; teman patih inipun bertanya, apakah benar dia dapat mengajar kuda berbicara? Dengan entengnya patih ini menjawab, bahwa sesungguhnya dia tidak dapat mengajar kuda berbicara. Tapi ada yang diperolehnya dari membohongi raja: mengulur waktu kematian menjadi satu tahun kemudian.
Harapan di dalam ilustrasi di atas hanyalah harapan sementara, harapan semu. Sangat berbeda dengan harapan kepada ALLAH. Kuasa TUHAN sudah jelas tidak ada taranya. Kendati ALLAH Mahakuasa, namun seandainya saja DIA tidak mengasihi kita, maka kita tidak dapat berharap kepada DIA untuk mengulurkan Tangan-NYA menolong kita. Atau seandainya TUHAN tidak memiliki kesetiaan dalam menolong, DIA hanya akan menolong sekali dua kali saja lalu akhirnya bosan menolong kita. Namun karena kasih dan kesetiaan TUHAN yang terus kita rasakan, kasih dan kesetiaan TUHAN itu menjamin jiwa kita tidak tertekan.
Setiap hari manusia memiliki kebutuhan. Setiap hari pula TUHAN selalu menyediakan berkat yang baru bagi anak-anak-NYA. Itulah sebabnya TUHAN YESUS mengajarkan agar kita berdoa kepada BAPA, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Artinya, setiap hari ini kita memiliki kebutuhan yang berbeda, dan DIA selalu memberikan berkat sesuai dengan kebutuhan kita. Berkat-NYA selalu baru setiap pagi juga mengandung arti kesetiaan TUHAN yang tidak bosan-bosannya untuk memberikan berkat-NYA setiap hari.