Allah Maha Pengasih Dan Pengampun
Nehemia 9 : 26 -31
Nehemia 9 : 26 -31
Kita bersyukur jika dalam Alkitab ada beberapa tokoh pemimpin yang mempunyai jiwa melayani, seperti Nehemia. Kita akan mempelajari profil Nehemia sebagai pemimpin yang melayani.
(1) Telinga yang mendengar (ayat 1-5). Ketika rakyat berteriak dan mengadukan kondisi ekonomi/kesejahteraan mereka akibat dipersulit oleh pihak penguasa, yang notabene sesama orang Yahudi, Nehemia menjadi marah, bukan kepada rakyat yang mengeluh, tetapi kepada penguasa yang tidak memperhatikan rakyat, bahkan cenderung menekan dan menindas sesamanya. (2) Mulut yang berbicara (ayat 6-13). Nehemia menyampaikan keluhan masyarakat kepada penguasa saat itu. Ia tidak berbicara kepada sembarang orang, tetapi kepada orang yang memang berhak mengambil keputusan dan tindakan. Nehemia sungguh-sungguh telah berusaha agar suaranya didengarkan oleh mereka demi kesejahteraan rakyat bukan demi kepentingan pribadi. (3) Tangan dan kaki yang bekerja (Neh. 4:21-23). Nehemia patut diteladani karena ia bukan hanya memberi perintah tapi juga memberi teladan. Ia menggunakan tangan dan kakinya bukan untuk menunjuk orang lain atau menggoyang-goyangkan kaki saja, melainkan menggunakannya untuk bergerak mengawasi dan memegang alat dan bekerja. (4) Hati yang tidak menuntut (ay. 14–19). Nehemia sebenarnnya mempunyai hak untuk mendapat fasilitas tanah, makanan dan anggur serta upeti/pajak dari rakyat karena ia adalah seorang bupati, tetapi ia tidak menuntut atau mengeluh, karena ia orang yang takut akan Allah (Neh. 5:15). Bagaimana dengan kita sebagai pemimpin gereja? Mari kita menjadi seorang pemimpin yang mau menggunakan fungsi “mulut, telinga, tangan dan kaki” kita dengan benar; bukan sembarangan berbicara, tidak mau mendengar, atau tidak bekerja dan juga tidak menjadi teladan. Sebaliknya, marilah kita takut akan Allah, sehingga kita memakai hati dan pikiran kita untuk mengerjakan bagian kita dengan baik.
Di sini Nehemia bertindak sebagai tokoh pemerintahan/politik dan bukan sebagi tokoh agama. Meskipun begitu ia meneruskan banyak hal keagamaan ; Nehemia menegakkan kembali imamat orang Lewi, persembahan perpuluhan, memberlakukan peraturan hari sabat, dan melarang perkawinan campuran. Jadi sebagai pemimpin politik Nehemia sangat memperhatikan berlakunya kaidah-kaidah agama Israel . Pribadi Nehemia juga sangat mendukung keagamaan, ia berdoa, meskipun doa-doanya tidak panjang dan lebih bersifat praktis. Nehemia sangat praktis dan mampu memimpin orang lain. Nehemiah sendiri merasa bahwa semua yang dilakukannya itu sebagai panggilan Allah.
Setelah umat Allah mengalami pembuangan, Nehemia merasa perlu mengadakan pembaharuan. Pembaharuan diawali dengan mengumpulkan seluruh umat Allah pada saat bulan puasa. Mereka membaca beribadah, baca firman dan berdoa. Yesua, Kadmiel muncul sebagai pengkhotbah. Ia memberikan siraman rohani bagi umat Allah agar dapat disegarkan kembali jiwa mereka yamng sudah rapuh. Salah satu bagian khotbah Yesua Kadmiel adalah menyoroti sifat nenek moyang Israel dan perbuatan Allah kepada umatNya. Itulah yang menjadi bagian nas khotbah minggu ini.
Allah itu Maha Pengampun, pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Disebutkan dalam nas renungan kita tentang sifat Allah ini. Allah tetap membuka diri memberikan pengampunan serta pertolongan ketika mereka menyesali dosa dan berseru dengan sungguh-sungguh memohon pertolongan. Semua ini disebabkan karena pada dirinya Allah tidak bisa menyangkal diriNya sebagai yang penuh kasih. Kasih Allah tidak berkesudahan sebab Allah adalah kasih. Dengan kasih Allah dapat bersabar terhadap umatNya yang keras kepala dan pembrontak, dengan kasih Allah tetap setia. walaupun umatnya sering tidak setia, dengan kasih Allah tetap menyayangi umatnya dan mengampuni keselahan mereka. Namun harus ditambahkan jikalau umatNya (jikalau kita manusia) mau mengaku dosa dan berbalik kepadaNya. Dan kasih Allah yang spektakuler telah dinyatakan melalui kematian Yesus di kayu salib demi memberi jalan pengampunan bagi manusia yang telah berdosa. Banyak orang tidak tahu bahwa inilah konsistensi Allah terhadap keadilanNya. Bukankah Allah telah menjatuhkan ponis bahwa upah dosa adalah maut? Bukankah semua orang telah berdosa?. Dan itu berarti akhir kehidupan semua manusia sudah jelas yakni berakhir pada kemaatian kekal. Namun di dalam Yesus Kristus Allah mengambil alih hukuman dosa yang seharusnya dijatuhkan atau ditanggung oleh manusia. Dengan kata lain Allah telah menghukum dosa-dosa manusia di dalam Yesus Kristus. Hal inilah yang dikemukakan Paulus dalam Roma 3:23-26. Dan barang siapa percaya kepadaNya. (Yesus Kristus) telah mendapat pengampunan dosa (Kis.rasul 10:43), tidak di hukum (Yohanes 3:18), beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:36; 6:47; 11:25).
Ada sebuah penggalan kisah menarik dari sejarah kehidupan Napoleon. Pada suatu hari ada seorang ibu yang mendatangi Napoleon dan meminta pengampunan bagi putranya. Saat itu putranya akan dihukum mati.Napoleon pun mengingatkan bahwa kejahatan anaknya sudah keterlaluan, dan keadilan yang paling tepat bagi tindakan kriminal yang dilakukan anaknya adalah hukuman mati. Begini jawaban si ibu,"sir, not justice, but mercy.." "Tetapi yang aku mohon bukanlah keadilan, namun belas kasihan". Demikian katanya. Napoleon kemudian menjawab: "tapi anakmu tidak layak menerima belas kasihan!" Dan si ibu kembali berkata sambil menangis: "tuan, bukanlah belas kasihan namanya jika ia layak menerimanya.." Napoleon tertegun sejenak, kemudian berkata: "benar juga..ibu benar.. aku mau memberikan belas kasihan." Dan anaknya pun dibebaskan.
dari kisah itu kita bisa mendapat gambaran mengenai bagaimana sebenarnya bentuk belas kasih itu. Belas kasih dianugrahkan pada manusia yang sebenarnya tidak layak menerimanya. Itulah inti dasar dari sebuah belas kasih. Kita manusia yang setiap hari berlumur dosa, dan ganjaran yang sesuai adalah kebinasaan. Tapi lihatlah betapa Tuhan mengasihi kita. Dia penuh belas kasih, sangat mengasihi kita, hingga mau menganugerahkan Kristus untuk menyelamatkan kita dari kebinasaan. (Yohanes 3:16).
Kita datang menghadap Tuhan bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan tangan yang sangat kotor, bahkan berdarah. Kita datang dengan kesadaran penuh bahwa sebenarnya kita layak menerima penghakiman, jika kita bicara soal keadilan semata, tanpa berhak untuk protes. Namun itulah besarnya kasih Tuhan pada kita. Dia tidak ingin satupun dari kita binasa. Allah siap mengampuni saya dan anda, tidak peduli sebesar apa kesalahan kita di masa lalu. Ketika kita datang padaNya dengan hati yang hancur, tangan yang kotor dan berdarah, belas kasihNya pun akan turun atas kita. Kehendak Tuhan adalah kita semua diselamatkan dan dimenangkan. Belas kasihanNya membebaskan kita. Adalah Tuhan sendiri yang menghapus dosa kita, dan Dia tidak lagi mengingat-ingat dosa kita. (Yesaya 43:25) Ketika manusia penuh dosa dan seharusnya layak binasa, kasih Allah yang besar siap memberi pengampunan dan menyelamatkan manusia sepenuhnya. Itulah belas kasih Tuhan. Belas kasih artinya memberikan pengampunan dan kebebasan kepada yang sebenarnya tidak layak menerimanya. Tuhan memberkati. Amin (EM)
(1) Telinga yang mendengar (ayat 1-5). Ketika rakyat berteriak dan mengadukan kondisi ekonomi/kesejahteraan mereka akibat dipersulit oleh pihak penguasa, yang notabene sesama orang Yahudi, Nehemia menjadi marah, bukan kepada rakyat yang mengeluh, tetapi kepada penguasa yang tidak memperhatikan rakyat, bahkan cenderung menekan dan menindas sesamanya. (2) Mulut yang berbicara (ayat 6-13). Nehemia menyampaikan keluhan masyarakat kepada penguasa saat itu. Ia tidak berbicara kepada sembarang orang, tetapi kepada orang yang memang berhak mengambil keputusan dan tindakan. Nehemia sungguh-sungguh telah berusaha agar suaranya didengarkan oleh mereka demi kesejahteraan rakyat bukan demi kepentingan pribadi. (3) Tangan dan kaki yang bekerja (Neh. 4:21-23). Nehemia patut diteladani karena ia bukan hanya memberi perintah tapi juga memberi teladan. Ia menggunakan tangan dan kakinya bukan untuk menunjuk orang lain atau menggoyang-goyangkan kaki saja, melainkan menggunakannya untuk bergerak mengawasi dan memegang alat dan bekerja. (4) Hati yang tidak menuntut (ay. 14–19). Nehemia sebenarnnya mempunyai hak untuk mendapat fasilitas tanah, makanan dan anggur serta upeti/pajak dari rakyat karena ia adalah seorang bupati, tetapi ia tidak menuntut atau mengeluh, karena ia orang yang takut akan Allah (Neh. 5:15). Bagaimana dengan kita sebagai pemimpin gereja? Mari kita menjadi seorang pemimpin yang mau menggunakan fungsi “mulut, telinga, tangan dan kaki” kita dengan benar; bukan sembarangan berbicara, tidak mau mendengar, atau tidak bekerja dan juga tidak menjadi teladan. Sebaliknya, marilah kita takut akan Allah, sehingga kita memakai hati dan pikiran kita untuk mengerjakan bagian kita dengan baik.
Di sini Nehemia bertindak sebagai tokoh pemerintahan/politik dan bukan sebagi tokoh agama. Meskipun begitu ia meneruskan banyak hal keagamaan ; Nehemia menegakkan kembali imamat orang Lewi, persembahan perpuluhan, memberlakukan peraturan hari sabat, dan melarang perkawinan campuran. Jadi sebagai pemimpin politik Nehemia sangat memperhatikan berlakunya kaidah-kaidah agama Israel . Pribadi Nehemia juga sangat mendukung keagamaan, ia berdoa, meskipun doa-doanya tidak panjang dan lebih bersifat praktis. Nehemia sangat praktis dan mampu memimpin orang lain. Nehemiah sendiri merasa bahwa semua yang dilakukannya itu sebagai panggilan Allah.
Setelah umat Allah mengalami pembuangan, Nehemia merasa perlu mengadakan pembaharuan. Pembaharuan diawali dengan mengumpulkan seluruh umat Allah pada saat bulan puasa. Mereka membaca beribadah, baca firman dan berdoa. Yesua, Kadmiel muncul sebagai pengkhotbah. Ia memberikan siraman rohani bagi umat Allah agar dapat disegarkan kembali jiwa mereka yamng sudah rapuh. Salah satu bagian khotbah Yesua Kadmiel adalah menyoroti sifat nenek moyang Israel dan perbuatan Allah kepada umatNya. Itulah yang menjadi bagian nas khotbah minggu ini.
Allah itu Maha Pengampun, pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Disebutkan dalam nas renungan kita tentang sifat Allah ini. Allah tetap membuka diri memberikan pengampunan serta pertolongan ketika mereka menyesali dosa dan berseru dengan sungguh-sungguh memohon pertolongan. Semua ini disebabkan karena pada dirinya Allah tidak bisa menyangkal diriNya sebagai yang penuh kasih. Kasih Allah tidak berkesudahan sebab Allah adalah kasih. Dengan kasih Allah dapat bersabar terhadap umatNya yang keras kepala dan pembrontak, dengan kasih Allah tetap setia. walaupun umatnya sering tidak setia, dengan kasih Allah tetap menyayangi umatnya dan mengampuni keselahan mereka. Namun harus ditambahkan jikalau umatNya (jikalau kita manusia) mau mengaku dosa dan berbalik kepadaNya. Dan kasih Allah yang spektakuler telah dinyatakan melalui kematian Yesus di kayu salib demi memberi jalan pengampunan bagi manusia yang telah berdosa. Banyak orang tidak tahu bahwa inilah konsistensi Allah terhadap keadilanNya. Bukankah Allah telah menjatuhkan ponis bahwa upah dosa adalah maut? Bukankah semua orang telah berdosa?. Dan itu berarti akhir kehidupan semua manusia sudah jelas yakni berakhir pada kemaatian kekal. Namun di dalam Yesus Kristus Allah mengambil alih hukuman dosa yang seharusnya dijatuhkan atau ditanggung oleh manusia. Dengan kata lain Allah telah menghukum dosa-dosa manusia di dalam Yesus Kristus. Hal inilah yang dikemukakan Paulus dalam Roma 3:23-26. Dan barang siapa percaya kepadaNya. (Yesus Kristus) telah mendapat pengampunan dosa (Kis.rasul 10:43), tidak di hukum (Yohanes 3:18), beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:36; 6:47; 11:25).
Ada sebuah penggalan kisah menarik dari sejarah kehidupan Napoleon. Pada suatu hari ada seorang ibu yang mendatangi Napoleon dan meminta pengampunan bagi putranya. Saat itu putranya akan dihukum mati.Napoleon pun mengingatkan bahwa kejahatan anaknya sudah keterlaluan, dan keadilan yang paling tepat bagi tindakan kriminal yang dilakukan anaknya adalah hukuman mati. Begini jawaban si ibu,"sir, not justice, but mercy.." "Tetapi yang aku mohon bukanlah keadilan, namun belas kasihan". Demikian katanya. Napoleon kemudian menjawab: "tapi anakmu tidak layak menerima belas kasihan!" Dan si ibu kembali berkata sambil menangis: "tuan, bukanlah belas kasihan namanya jika ia layak menerimanya.." Napoleon tertegun sejenak, kemudian berkata: "benar juga..ibu benar.. aku mau memberikan belas kasihan." Dan anaknya pun dibebaskan.
dari kisah itu kita bisa mendapat gambaran mengenai bagaimana sebenarnya bentuk belas kasih itu. Belas kasih dianugrahkan pada manusia yang sebenarnya tidak layak menerimanya. Itulah inti dasar dari sebuah belas kasih. Kita manusia yang setiap hari berlumur dosa, dan ganjaran yang sesuai adalah kebinasaan. Tapi lihatlah betapa Tuhan mengasihi kita. Dia penuh belas kasih, sangat mengasihi kita, hingga mau menganugerahkan Kristus untuk menyelamatkan kita dari kebinasaan. (Yohanes 3:16).
Kita datang menghadap Tuhan bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan tangan yang sangat kotor, bahkan berdarah. Kita datang dengan kesadaran penuh bahwa sebenarnya kita layak menerima penghakiman, jika kita bicara soal keadilan semata, tanpa berhak untuk protes. Namun itulah besarnya kasih Tuhan pada kita. Dia tidak ingin satupun dari kita binasa. Allah siap mengampuni saya dan anda, tidak peduli sebesar apa kesalahan kita di masa lalu. Ketika kita datang padaNya dengan hati yang hancur, tangan yang kotor dan berdarah, belas kasihNya pun akan turun atas kita. Kehendak Tuhan adalah kita semua diselamatkan dan dimenangkan. Belas kasihanNya membebaskan kita. Adalah Tuhan sendiri yang menghapus dosa kita, dan Dia tidak lagi mengingat-ingat dosa kita. (Yesaya 43:25) Ketika manusia penuh dosa dan seharusnya layak binasa, kasih Allah yang besar siap memberi pengampunan dan menyelamatkan manusia sepenuhnya. Itulah belas kasih Tuhan. Belas kasih artinya memberikan pengampunan dan kebebasan kepada yang sebenarnya tidak layak menerimanya. Tuhan memberkati. Amin (EM)